Daya Saing Komoditas Kakao (Theobroma cacao L.) Domestik di Tingkat Pasar Dunia

Firdaus, AdhanialMeinuri (2013) Daya Saing Komoditas Kakao (Theobroma cacao L.) Domestik di Tingkat Pasar Dunia. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perdagangan internasional dan liberalisasi perdagangan memberikan dampak yang positif terhadap negara-negara yang masih belum terpenuhi dalam sektor sumberdaya. Tujuan perdagangan internasional diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan serta penambahan devisa negara dengan mengoptimalkan ekspor dari sumber daya yang dimiliki. Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang memiliki nilai pertumbuhan ekspor yang tinggi pada sektor non-migas dari tahun 1998-2011 sebesar 79,71 persen. Sektor pertanian merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia, terutama subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang paling tinggi penyumbang ekspor dari sektor pertanian. Dari tahun 2008-2011, data BPS menyatakan 93,85 persen dipenuhi oleh subsektor perkebunan. Salah satu subsektor perkebunan yang berperan tinggi dalam peningkatan ekspor adalah komoditas kakao. Kakao merupakan komoditas unggulan Indonesia nomor tiga setelah kelapa sawit dan karet (Deptan, 2012). Produksinya pun menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen kakao terbesar di tingkat pasar dunia. Indonesia menempati posisi kedua produsen kakao terbesar dunia hingga tahun 2010 setelah Pantai Gading (FAO, 2011). Semakin meningkatnya produksi kakao Indonesia di tingkat dunia menyebabkan semakin besarnya peluang Indonesia untuk mampu menyaingi Pantai Gading, sehingga perlu adanya analisis daya saing kakao Indonesia terhadap negara-negara penghasil (produsen) kakao terbesar dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan komoditas kakao dan menganalisis posisi kondisi daya saing kakao domestik terhadap pasar dunia, serta menganalisis spesialisasi perdagangan kakao domestik untuk mengetahui kecenderungan tingkat eksportir maupun importir pada suatu negara. Metode yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat daya saing komoditas kakao indonesia terhadap pasar dunia adalah dengan alat analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA mampu memberikan gambaran kondisi keunggulan komparatif atau posisi daya saing suatu produk dalam data time series atau kurun waktu lebih dari 10 tahun. Untuk mendukung hasil analisis RCA dipergunakan analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) yang mampu mengetahui gambaran tentang perkembangan komoditas kakao pada suatu negara akan mengalami pertumbuhan atau penurunan. Hasil penelitian tentang daya saing komoditas kakao domestik di tingkat pasar dunia antara lain: 1. Indonesia merupakan negara yang memiliki produksi relatif tinggi (1991-2010). Indonesia mampu menempati urutan kedua produksi biji kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading, disusul oleh Brazil, Ghana, dan Kamerun. Lima negara ini lah yang memiliki produksi kakao terbesar dunia. Indonesia memiliki luasan areal yang terus meningkat dengan peningkatan 0,63 persen setiap tahun (1998-2010). Meskipun luasan areal kakao semakin bertambah, produktivitas kakao Indonesia cenderung mengalami penurunan sebesar 0,22 persen (2006-2009), hal ini disebabkan kurangnya peremajaan kakao domestik sehingga produktivitas menurun. Nilai perkembangan ekspor Indonesia menempatkan Indonesia berada pada posisi ketiga dunia ekspor biji kakao dengan tingkat konsumsi kakao dalam bentuk olahan (coklat) instan dan bubuk sebesar 35,71 pesen dan 17,31 persen. 2. Posisi daya saing dapat diperoleh dari nilai indeks RCA dengan menghitung nilai relatif ekspor kakao terhadap nilai total ekspor suatu negara dibandingkan dengan nilai relatif ekspor kakao dan total nilai ekspor total di dunia. Indonesia memiliki nilai RCA tahun 1991-2010 lebih dari satu setiap tahunnya, dan selama 20 tahun terkahir rata-rata RCA Indonesia sebesar 11,69 yang artinya peranan relatif nilai ekspor biji kakao dalam total nilai ekspor Indonesia, lebih besar 11,69 dari peranan relatif nilai ekspor biji kakao dunia dalam total nilai ekspor dunia. Negara pesaing Indonesia adalah Ghana, Pantai Gading, dan Kamerun yang memiliki rata-rata nilai RCA yang tinggi dari Indonesia, hal ini dikarenakan tingkat perbandingan nilai total ekspor negara Indonesia lebih tinggi dibandingkan ketiga negara tersebut. Daya saing Brazil hanya terjadi pada tahun 1991-1996, pada tahun 1997-2010 Brazil memiliki nilai RCA yang kurang dari satu, artinya Brazil tidak memiliki tingkat daya saing pada komoditas kakao di pasar dunia. 3. Indeks Spesialisasi Perdagangan kakao Indonesia berada pada tingkatan lebih dari nol atau rata-rata ISP Indonesia adalah 0,91. Artinya, bahwa posisi Indonesia sebagai negara eksportir biji kakao cukup kuat, ini terjadi pula pada Pantai Gading, Ghana, dan Kamerun. Negara Brazil cenderung sebagai negara importir kakao, karena nilai impor kakao Brazil lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor kakao. Nilai impor yang tinggi ini ditunjang dengan tingkat konsumsi yang tinggi di wilayah Brazil. Saran untuk memperkuat posisi daya saing kakao Indonesia di tingkat pasar dunia adalah dengan peningkatan nilai ekspor biji kakao, salah satunya adalah dengan cara peningkatan produksi dan produktivitas melalui peremajaan kakao, serta penanganan pasca panen dan peningkatan nilai tambah komoditas kakao sebelum diekspor ke pasar dunia. Indonesia 70 persen kakao diekspor dalam bentuk biji kering dan konsumsi Indonesia rata-rata adalah bentuk olahan dari biji kakao. Selain itu penelitian tentang daya saing kakao olahan Indonesia perlu dilakukan karena mulai tahun 2010 Indonesia menerapkan bea keluar ekspor kakao.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2013/75/051305501
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 22 Jul 2013 09:24
Last Modified: 19 Oct 2021 08:57
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129518
[thumbnail of 1._Hard_and_Soft_Cover.pdf]
Preview
Text
1._Hard_and_Soft_Cover.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of 2._Surat_Pernyataan_Originalitas.pdf]
Preview
Text
2._Surat_Pernyataan_Originalitas.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of 3._Halaman_Persetujuan.pdf]
Preview
Text
3._Halaman_Persetujuan.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of 5._Halaman_Peruntukan.pdf]
Preview
Text
5._Halaman_Peruntukan.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of 4._Lembar_Pengesahan_2.pdf]
Preview
Text
4._Lembar_Pengesahan_2.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of 6._Ringkasan-Daftar_Isi.pdf]
Preview
Text
6._Ringkasan-Daftar_Isi.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_I_PENDAHULUAN.pdf]
Preview
Text
BAB_I_PENDAHULUAN.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_III_KERANGKA_TEORITIS.pdf]
Preview
Text
BAB_III_KERANGKA_TEORITIS.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_IV_METODE_PENELITIAN.pdf]
Preview
Text
BAB_IV_METODE_PENELITIAN.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA.pdf]
Preview
Text
BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_VI_PENUTUP.pdf]
Preview
Text
BAB_VI_PENUTUP.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_V_HASIL_DAN_PEMBAHASAN.pdf]
Preview
Text
BAB_V_HASIL_DAN_PEMBAHASAN.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of DAFTAR_PUSTAKA.pdf]
Preview
Text
DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of LAMPIRAN.pdf]
Preview
Text
LAMPIRAN.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item