Uji Daya Hasil 7 Klon Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.).

Aulia, AnaLutfi (2013) Uji Daya Hasil 7 Klon Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis komoditi hortikultura yang penting karena merupakan salah satu sumber pendapatan petani dan bahan baku industri prosesing. Produktivitas kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 16.51 ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.94 ton/ha. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan produktivitas 0,12 persen yaitu 15.96 ton/ha (BPS, 2011). Produktivitas kentang di Indonesia masih berada dibawah produktivitas kentang di Eropa yang mencapai 25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008). Salah satu kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas kentang adalah penyakit hawar daun yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans. Hawar daun merupakan penyakit utama yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 100 %. Suatu cara pengendalian penyakit hawar daun yang dianggap paling aman dan menguntungkan adalah penggunaan kultivar kentang yang resisten terhadap penyakit tersebut. Dengan demikian untuk mendapatkan suatu klon atau kultivar kentang yang bermutu baik maka diperlukan adanya pengujian-pengujian lapang terhadap kultivar-kultivar kentang yang mampu berproduksi tinggi dan tahan terhadap penyakit busuk daun. Salah satu kegiatan pengujian tersebut ialah uji daya hasil. Kuswanto (2008) memaparkan bahwa pengujian daya hasil merupakan tahap akhir dari program pemuliaan tanaman. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai potensi daya hasil dari 7 klon tanaman kentang. Hipotesis yang diajukan yaitu di antara klon yang di uji terdapat klon tanaman kentang yang memiliki keunggulan berdaya hasil tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalitejo, Kecamatan Tosari, Pasuruan, dengan ketinggian tempat 1800 m dpl, suhu rata-rata 12-170C, curah hujan 100 mm/bulan, pH 6,5, serta jenis tanah adalah andosol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012-Januari 2013. Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, timbangan analitik, meteran, papan nama, mistar, label, spidol, sprayer, gunting, kamera, fungisida, insektisida. Bahan–bahan yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam), pupuk NPK (16:16:16) dan 7 klon kentang, yaitu: UB, Granola-transgenik, Superjhon-transgenik, Atlantik-transgenik, Granola (kontrol), Superjhon (kontrol), dan Atlantik (kontrol). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 kali ulangan. Pengamatan meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun, jumlah cabang, persentase tumbuh (%), jumlah tanaman terserang, intensitas serangan penyakit hawar daun, jumlah umbi pertanaman (umbi), bobot umbi pertanaman (gram), hasil umbi perhektar dan bobot segar umbi sesuai grade. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANOVA) rancangan acak kelompok. Bila hasil pengujian diperoleh perbedaaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan masing-masing klon dengan menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis klon berpengaruh terhadap terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah tanaman terserang, jumlah umbi pertanaman, bobot umbi pertanaman dan hasil umbi per hektar, namun tidak berpengaruh terhadap persentase tumbuh dan intensitas serangan penyakit hawar. Pada perlakuan klon UB menunjukkan perkembangan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah umbi pertanaman adalah yang paling tinggi, diikuti dengan perlakuan klon SK (Superjhon-kontrol) dan dengan pertumbuhan terendah yaitu pada tanaman kentang dengan perlakuan klon AK (Atlantik-kontrol), dengan diikuti perlakuan terendah lainnya yaitu perlakuan klon AT (Atlantik-transgenik). Sedangkan untuk intensitas serangan penyakit yang paling rentan untuk terkena serangan penyakit yaitu pada perlakuan klon AT (Atlantik-transgenik) diikuti dengan perlakuan AK (Atlantik-kontrol) dan untuk klon paling tahan yaitu pada perlakuan klon SK (Superjhon-kontrol) yang diikuti dengan perlakuan klon UB. Hasil umbi per hektar tertinggi terdapat pada perlakuan klon SK (Superjhon-kontrol) yaitu 54,73 ton.ha-1, tidak berbeda dengan UB yang menghasilkan 47,63 ton.ha-1 diikuti dengan ST (Superjhon-transgenik) yang menghasilkan 36,63 ton.ha-1. Sedangkan hasil bobot segar umbi terendah terdapat pada perlakuan klon AK (Atlantik-kontrol) ialah sebesar 15,15 ton.ha-1.

English Abstract

Potato (Solanum tuberosum L.) is one of the important horticultural commodities as a source of farmers income, non-oil exports, and industrial raw materials processing. Potato productivity in Indonesia in 2009 amounted 16,51 tonnes / ha and in 2010 decreased to 15,94 tons/ha. But in 2011 having increased in productivity 0,12 percent is 15.96 tons/ha (CBS, 2011). Productivity of potatoes in Indonesia is below the productivity of potato in Europe which reached 25 tons/ha (The International Potato Center, 2008). One obstacle of the low productivity of potato Late blight disease caused by the fungus Phytopthora infestans. Late blight is a major disease that can cause yield loss up to 100%. One way of controlling late blight is considered the most safe and profitable is the use of cultivars of potato that are resistant to the disease. Thus to get a potato clones or cultivars of good quality it is necessary to field tests of the cultivar potato that capable of producing high quality and resistance to late blight. One of the research activities is the yield potential trial. Kuswanto (2008) explained that the yield potential trial is the final stage of a plant breeding program. The research was carried out aiming to obtain information on the potential yield among 7 clones. The hypothesis is among the clones tested there are clones of potato plants have the advantage of high yielding. The research was conducted in the Kalitejo Village, Tosari, Pasuruan, with altitude of 1800 m asl, average temperature 12-17⁰C, rainfall 100 mm/month, pH 6.5, and the type of soil is andosol. Research was conducted in August 2012-January 2013. Tools that were used in this research include hoe, analytical scales, gauges, nameboard, ruler, labels, markers, sprayer, scissors, camera, fungicides, insecticides. The materials used are chicken manure, fertilizer NPK (16:16:16) and 7 clones of potato, namely: UB, Granola Transgenic, Superjhon Transgenic, Atlantic Transgenic, Granola (control), Superjhon (control), and Atlantic (control). Experimental design used was Randomized Block Design (RBD) with 4 replications. Observations consists of plant height (cm), number of leaves, number of branches, the percentage of growth (%), the number of infected plants, late blight disease intensity, number of tuber crops (tubers), the weight of tuber crop (grams), tuber yield per hectare and the fresh weight of tuber base on grading. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) randomized block design. When the test obtained real difference then followed by a comparison test of each clone by using the Least Significant Difference (LSD) at the 5% level. The results showed that the treatment of various types of clones significant different on the plant height, number of leaves, number of branches, the number of infected plants, number of tuber crops (tubers), the weight of tuber crop (grams) and tuber yield per hectare but not significant on the percentage of growth and Late blight disease intensity. UB clone exhibit developmental treatment of plant height, number of branches, number of leaves, number of tuber crops is the highest, followed by treatment with SK (Superjhon-control) clone and with the lowest growth on potato clone with AK (Atlantic-control) treatment, followed by treatment with the lowest other clone are treated AT (Atlantic-transgenic). As for the intensity of the disease are most vulnerable to developing the disease at AT (Atlantic-transgenic) clone treatment followed by treatment of AK (Atlantic-control) and for the most resistant clone is SK (Superjhon-control) clone treatment followed by treatment with UB clone. Tuber yield per hectare was highest in SK (Superjhon-control) clone treatment was 54.73 ton.ha-1, that was no different from UB that produced 47.63 ton.ha-1 followed by ST (Superjhon-transgenic) that produced 36,63 ton.ha-1. While the results of the lowest tuber fresh weight obtained by AK (Atlantic-control) clone was at 15.15 ton.ha-1.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2013/249/051308989
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 15 Nov 2013 14:02
Last Modified: 20 Oct 2021 06:54
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129365
[thumbnail of SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI.pdf

Download (7MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item