Analisis Komparatif Pendapatan, Penyerapan Dan Produktifitas Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi System Rice of Intensification (SRI) DAN Non System Rice of Intensification (SRI) Studi Kasus di Desa Kara

Kapila, MadeDian (2013) Analisis Komparatif Pendapatan, Penyerapan Dan Produktifitas Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi System Rice of Intensification (SRI) DAN Non System Rice of Intensification (SRI) Studi Kasus di Desa Kara. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memegang peranan penting dari perekonomian.. Di balik masalah yang dihadapai di sektor pertanian saat ini, dalam kenyataanya pertanian juga masih menjadi peran penting dalam ketenagakerjaan di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya menjadikan konsumsi beras sebagai konsumsi pokok yang diharapkan dapat mencukupi kebutuhan penduduk. Dalam laporan Badan Ketahanan Pangan tahun 2012, di tahun 2010 masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebanyak 100,76 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 139 kilogram per kapita per tahun dengan jumlah penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun ini (Koran Tempo, 2012). Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan kuantitas dan kualitas beras untuk menjadi hal yang terpenting untuk konsumsi pangan masyarakat. Pergantian sistem pertanian mulai banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kualitas dan kuntitas pangan. Pencanangan program tersebut sudah mulai dilaksanakan dan dikembangkan diberbagai wilayah di Indonesia. Salah satu contoh penerapan usahatani ini dengan memakai sistem SRI (System of Rice Intensification). Penanaman dengan metode ini dilandasi dari beberapa hal yang harus diperhatikan. Poin pertama dengan metode SRI ini adalah membuat tanaman padi memiliki banyak anakan. Dengan menanam bibit padi muda berumur tujuh hari serta penanaman secara dangkal dan tunggal. Poin kedua dengan menghilangkan genangan air di sawah. Karena perendaman ini dapat menghambat pertumbuhan gulma dan menghambat pertumbuhan padi itu sendiri. Poin yang terakhir penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) menjadikan siklus nutrisi yang sangat handal (Purwasamita, 2012). Semakin berkembangnya teknologi baru dalam penanaman padi yang dilakukan ini terkait juga dengan sumberdaya manusia yang ada dalam pelaksanaannya. Rendahnya tingkat pendidikan petani juga diikuti oleh rendahnya produktivitas kerja. Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap kesempatan kerja di sektor pertanian. Kesempatan kerja di sektor petanian sebenarnya cukup menjanjikan dalam pelaksanaannya karena negara Indonesia adalah negara agraris. Penerapan inovasi SRI (The System of Rice Intensification) mengutamakan dari segi lingkungan serata diharapkan menguntungkan dari segi penerimaan yang lebih tinggi pula, selain itu penggunaan tenaga kerja juga lebih sedikit, maka bisa dilihat bahwa dengan metode SRI mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi serta akan dapat mengkatkan kesejahteraan petani dalam pendapatan yang akan diterima. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat pendapatan antara usahatani padi System Rice of Intensification (SRI) dengan Non System Rice of Intensification (SRI). 2. Menganalisis penyerapan dan tingkat produktivitas tenaga kerja antara usahatani padi System Rice of Intensification (SRI) dengan Non System Rice of Intensification (SRI) Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Karanggebang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, karena di daerah tersebut terdapat petani yang melakukan kegiatan usahatani padi dengan metode SRI. Pengambilan sampel responden petani padi metode SRI menggunakan sensus dengan jumlah 24 petani. Sedangkan sampel responden Non SRI teknik pengambilan sampel yang digunakan metode simple random sampling dengan jumlah responden 24 petani. Hasil penelitian didapatkan hasil antara lain, perbandingan pendapatan yang diperoleh para petani dengan menggunakan metode SRI sebesar Rp21.543.700,-/ha dan untuk para petani Non SRI pendapatan yang diperoleh lebih rendah yaitu sebesar Rp 11.224.600,-/ha. Dari perhitungan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang lakukan oleh petani berpengaruh nyata terhadap pendapatan yang diterima. Berdasarkan penggunaan tenaga kerja yang dicurahkan dari semua kegiatan terlihat bahwa dengan menggunakan metode SRI sebesar 413,62 HKSP ini lebih rendah dibandingkan dengan metode Non SRI yang mencapai 619,38 HKSP. Terlihat juga dari kegiatan dalam usahatani padi di Desa Karanggebang yang menjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kedua uasahatani tersebut yang paling banyak penyerapannya pada tahapan penanaman dengan nilai 126,93 untuk padi SRI dan 229,33 untuk padi non SRI. Untuk tingkat produktivitas tenaga kerja pada kedua usahatani tersebut memiliki nilai yang cukup jauh. Produktivitas tenaga kerja pada usahatani padi dengan metode SRI sebesar 13,18 kg per HKSP sedangkan pada cara Non SRI memiliki produktivitas tenaga kerja sebesar 8,72 kg per HKSP dalam satu musim tanam.

English Abstract

The agricultural sector in Indonesia is still important role of the economy. Behind the problems faced by the agricultural sector today, in fact the agricultural also still be an important role in employment in Indonesia. Indonesias population growth rate increased every year which make rice as the main food can fullfil the demand of people. In Food Security Agency report in 2012, in 2010 the Indonesian people consume rice as much as 100.76 and rise in 2012 to 139 kilograms per capita per year with a population of around 245 million this year (Koran Tempo, 2012). Therefore it is necessary to increase the quantity and quality of rice to be the most important thing for peoples food consumption. Substitute farming systems has done by many people in Indonesia in improving the quality and food kuntitas. The launching of the program has started and developed in various regions in Indonesia. One example of the application of this farming system using SRI (System of Rice Intensification). Farming with this method has a lot of thing to consider. The first point to make with this SRI method that rice plants must have a lot of sprout. By planting young rice seedlings was seven days and a single shallow planting. The second point by eliminating standing water in the fields. Because of this immersion can inhibit the growth of weeds and rice. The last points is using local microorganisms (MOL) makes a very reliable nutrient cycling (Purwasamita, 2012). The next development of new technology in rice cultivation is carried out is also related to human resources that exist in the implementation. The low level of education of farmers is also followed by low labor productivity. The productivity figures imply that the agricultural sector is currently in a state that has been saturated with job opportunities in the agricultural sector. Employment opportunities in the agricultural sector is actually quite promising in practice because Indonesia is an agrarian country. Application of innovation SRI (The System of Rice Intensification) priority in terms of environmental benefit in terms of serata expected higher revenues as well, but it also uses less labor, it can be seen that with SRI methods have higher labor productivity and will be able to mengkatkan welfare of farmers in the revenue to be received. The purpose of this study is: 1. Analysis cost ratio in revenue and income between SRI (System Rice of Intensification) dengan non SRI (System Rice of Intensification). 2. Absorption and worker productivity between System Rice of Intensification (SRI) and NON System Rice of Intensification (SRI). This research has been done with purposive in Karanggebang village, Jetis district, Ponorogo, because in that village has a farmer who using the SRI method. Sample has taken from farmers who use SRI and non SRI with simple random sampling method, each of it are 24 farmers for SRI and 24 Farmers for non Sri method. The results showed among other results, comparison of the income of farmers using SRI methods for Rp21.543.700, -/ha and for non-SRI farmers lower earned income of Rp 11,224,600, -/ha. Based on the use of labor shed of all the activities shown that by using the SRI method at 413.62 HKSP is lower than that of Non SRI methods which reached 619.38 HKSP. From the calculation results of the t test can be concluded that the changes in farming systems by farmers who do have real impact on the income received. Based activities in rice farming in the village Karanggebang menjukkan amount of labor used in the two most widely uasahatani absorption in cropping sequences with values 126.93 and 229.33 for SRI paddy to non-SRI paddy. To the level of labor productivity on the farm both have considerable value. Labor productivity in rice farming with SRI method of 13,18 kg per HKSP while on the way non-SRI has labor productivity amounted to 8,72 kg per HKSP in one growing season.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2013/214/051308146
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 11 Nov 2013 10:28
Last Modified: 20 Oct 2021 05:57
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129329
[thumbnail of SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI.pdf

Download (10MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item