Analisis Spesialisasi Perdagangan Dan Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar Internasional

Ningrum, ReniDismalaSurya (2013) Analisis Spesialisasi Perdagangan Dan Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar Internasional. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sektor pertanian Indonesia memiliki sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan bagi perekonomian nasional adalah subsektor perkebunan. Kopi merupakan komoditas perkebunan yang dijadikan komoditas ekspor unggulan diantara komoditas perkebunan lain. Hal ini terbukti dengan kopi termasuk dalam peringkat ke 4 pada rata-rata total nilai ekspor komoditas primer perkebunan pada rentang tahun 2008-2010. Selama 3 tahun tersebut komoditas kopi menyumbang nilai ekspor komoditas primer perkebunan rata-rata sebesar 4,1%. Ekspor kopi dari Indonesia sebagian besar (97%) masih dalam bentuk kopi biji dan hanya sekitar 3% dari total ekspor berupa kopi olahan yang berupa kopi sangrai (roasted) dan terlarut (soluble). Menurut data dari FAO pada tahun 2010, posisi produksi dan ekspor kopi biji Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam lalu disusul Colombia dan India. Negara-negara lain yang termasuk dalam sepuluh besar produsen dan pengekspor kopi biji di dunia yaitu Ethiopia, Peru, Guatemala, Mexico, dan Honduras. Persaingan Indonesia dengan negara lain di pasar internasional dan kecenderungan Indonesia untuk mengekspor kopi menyebabkan perlunya dilakukan analisis daya saing kopi Indonesia dan spesialisasi perdagangan dalam perdagangan kopi tingkat dunia. Daya saing memberikan gambaran tentang keberadaan ekspor kopi Indonesia di pasar internasional dan untuk menentukan Indonesia sebagai negara eksportir atau importir maka perlu dilakukan penganalisaan tentang spesialisasi perdagangan kopi. Sebelum melakukan analisis tentang spesialisasi perdagangan dan daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional maka perlu dilakukan analisis tentang perkembangan komoditi kopi Indonesia terlebih dahulu agar dapat mengetahui perkembangan komoditi kopi Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan komoditi kopi Indonesia, spesialisasi perdagangannya dan daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional selama tahun 1991-2010. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis spesialisasi perdagangan kopi Indonesia. Indeks ini digunakan untuk melihat apakah Indonesia cenderung menjadi negara pengekspor (eksportir) kopi atau negara pengimpor (importir) kopi. Pengukuran daya saing dilakukan dengan menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). Komoditi kopi Indonesia cenderung mengalami perkembangan yang positif selama periode tahun 1991-2010. Perkembangan luas areal kopi Indonesia selama periode 1991-2010 berdasarkan data dari FAO cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,37%. Sejalan dengan luas areal tanam kopi, Produksi kopi Indonesia juga cenderung mengalami peningkatan pada rentang tahun 1991-2010 dengan rata-rata sebesar 2,25%. Volume ekspor kopi Indonesia cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 1,92%. Selama periode 1991-2010 nilai ekspor kopi Indonesia juga cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 1,31%. Indonesia cenderung sebagai negara eksportir kopi dengan rata-rata nilai ISP yang tinggi yaitu sebesar 0,96. Berdasarkan teori siklus produk, kopi Indonesia berada pada tahap kematangan. Pada tahap ini negara merupakan negara net exporter. Nilai rata-rata ISP kopi Indonesia lebih rendah dari Brazil (1,00), Vietnam (1,00), dan Colombia (0,99) tetapi lebih tinggi dari India (0,91). Indonesia memiliki daya saing kopi yang kuat di pasar Internasional yang ditunjukkan dengan nilai indeks RCA sebesar 5,42. Daya saing kopi Indonesia lebih lemah di pasar internasional dibandingkan Brazil (21,07), Vietnam (29,01), dan Colombia (75,61) tetapi lebih kuat dari India (3,42). Indeks RCA kopi Indonesia yang lebih rendah dibandingkan Colombia, Brazil, dan Vietnam disebabkan karena nilai ekspor kopi Indonesia (501.680.450 US$) lebih rendah dibandingkan Colombia (1.452.828.100 US$), Brazil (2.277.331.550 US$), dan Vietnam (759.918.250 US$), dan nilai ekspor total Indonesia (71.789.800.000 US$) yang lebih rendah dari Brazil (85.459.150.000 US$) serta pangsa ekspor kopi didalam total ekspor Indonesia (0,8%) yang lebih rendah dari Colombia (11,2%), Brazil (3%), dan Vietnam (4,2%). Nilai indeks RCA kopi Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan India disebabkan karena nilai ekspor kopi Indonesia yang lebih besar dari India (248.315.950 US$) dan pangsa ekspor kopi didalam total ekspor Indonesia yang lebih besar dari India (0,5%). Indonesia perlu meningkatkan volume dan nilai ekspor kopi salah satunya yaitu dengan peningkatan produksi agar dapat mengekspor kopi dengan volume yang lebih banyak dan mendapatkan nilai ekspor kopi yang lebih tinggi. Produksi kopi Indonesia cenderung meningkat berdasarkan penelitian tetapi agar Indonesia dapat mengekspor kopi lebih banyak dan mendapatkan nilai ekspor yang lebih tinggi maka produksi kopi Indonesia perlu lebih ditingkatkan. Peningkatan produksi dapat dilakukan salah satunya dengan peningkatan produktivitas. Berdasarkan penelitian produktivitas kopi Indonesia cenderung mengalami penurunan sehingga perlu lebih ditingkatkan dengan pengolahan tanah dan cara budidaya yang tepat. Dalam rangka peningkatan spesialisasi perdagangan kopi Indonesia, Indonesia perlu meningkatkan nilai ekspor kopi. Nilai ekspor kopi dapat ditingkatkan dengan peningkatan volume dan harga ekspor kopi. Harga ekspor kopi dapat ditingkatkan dengan peningkatan kualitas kopi. Untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional, Indonesia perlu meningkatkan nilai ekspor kopinya agar memiliki pangsa ekspor kopi di dalam ekspor total yang lebih besar sehingga berdampak pada daya saing kopi Indonesia yang lebih kuat di pasar internasional.

English Abstract

The agricultural sector of Indonesia has a contribution to Gross Domestic Product. One of the agricultural sub-sector which plays a role in the national economy is the plantation subsector. Coffee is used as export commodities. It is proven by coffee included in the rank fourth in the total average value of primary commodity export value of plantation since of 2008 to 2010. For the 3 years, coffee commodity contributed the primary commodity export value of plantation in average 4,1%. Coffee exports from Indonesia are mostly (97%) are still in the form of coffee beans and only about 3% of total exports in the form of processed coffee, roasted coffee (roasted) and dissolved (soluble). According to data from the FAO in 2010, the position of production and export of Indonesian coffee beans ranks third largest in the world after Brazil and Vietnam and then followed by Colombia and India. Other countries which included in the top ten producers and exporters of coffee beans in the world are Ethiopia, Peru, Guatemala, Mexico, and Honduras. The competition between Indonesian and other countries in the international market and the tendency of Indonesia to export coffee cause the need the need for Indonesian coffee competitiveness analysis and trade specialization in the world coffee trade. The competitiveness gives picture about the presence of Indonesian export in the international market and to determine the Indonesian export and to determine the Indonesia as the exporter or importer, it needs analysis about the coffee trade specialization. Before doing analysis about trading specialization and Indonesian coffee competitiveness in the international market, then it needs analysis about Indonesian coffee commodity development first to know the Indonesian coffee commodity development. This study aimed to determine the Indonesian coffee commodity development , trade specialization and competitiveness of Indonesian coffee in the international market since of 1991 to 2010. Trade Specialization Ratio (TSR/ISP) is used to analyze the trade specialization Indonesian coffee. This index is used to see whether Indonesia tend to be exporters (exporters) of coffee or importing country (importer) coffee. Competitiveness measurement is done by using the method of analysis Revealed Comparative Advantage (RCA). Indonesian coffee commodities tend to experience positive growth during the period 1991-2010. Indonesian coffee acreage developments during the period 1991-2010 based on data from FAO tended to increase with an average of 2.37%. In line with the acreage planted coffee, Indonesian coffee production also tends to increase in the range of 1991-2010 with an average of 2.25%. Indonesian coffee export volume tends to decrease with an average of 1.92%. During the period 1991-2010 the value of Indonesias coffee exports also tend to decrease with an average of 1.31%. Indonesian coffee exporters tend to be as a country with an average value of ISP is high at 0.96. Based on the theory of the product cycle, Indonesian coffee is at a stage of maturity. At this stage the country is a net exporter country. The average value of Indonesian coffee ISP is lower than Brazil (1.00), Vietnam (1.00), and Colombia (0.99) but higher than India (0,91). Indonesian coffee has a strong competitive edge in the international market as indicated by the value of the RCA index of 5.42. The competitiveness of Indonesian coffee is weaker on the international market than Brazil (21.07), Vietnam (29.01), and Colombia (75.61) but more powerful than India (3,42). Indonesian coffee RCA index lower than Colombia, Brazil, and Vietnam is because the value of Indonesias coffee exports (U.S. $ 501 680 450) is lower than Colombia (U.S. $ 1,452,828,100), Brazil (U.S. $ 2,277,331,550), and Vietnam (759 918 250 U.S. $), and the total export value of Indonesia (U.S. $ 71.7898 billion) lower than Brazil (85.45915 billion U.S. $) and the share of exports in total exports of Indonesian coffee (0.8%) lower than Colombia (11.2%), Brazil (3%), and Vietnam (4.2%). Indonesian coffee RCA index value higher than India due to Indonesias coffee exports are larger than India (248 315 950 U.S. $) and the share of exports in total exports of Indonesian coffee larger than India (0.5%). Indonesia needs to increase the volume and value of exports of coffee one of which is to increase production in order to export the coffee with more volume and get the value of coffee exports higher. Indonesias coffee production is likely to increase based on the study but that Indonesia can export more coffee and get a higher export value of the Indonesian coffee production should be improved. Increased production can be done either by increasing productivity. Based on the research productivity of Indonesian coffee tends to decrease so it should be improved by cultivation and cultivation of the right way. In order to improve the coffee trade specialization Indonesia, Indonesia needs to increase the value of coffee exports. Coffee export value can be increased with an increase in volume and export price of coffee. Coffee export prices can be increased by improving the quality of coffee. To improve the competitiveness of Indonesian coffee in the international market, Indonesia needs to increase the value of coffee exports in order to have a share of coffee exports in the total exports of the larger so the impact on the competitiveness of Indonesian coffee stronger in international markets.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2013/142/051307117
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 13 Nov 2013 13:31
Last Modified: 20 Oct 2021 02:29
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129255
[thumbnail of SKRIPSI_RENI_FULL.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI_RENI_FULL.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item