Zega, TriDiknasiska (2012) Analisis Integrasi Harga Vertikal Ketela Pohon (Manihot utilissima Pohl.) di Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Ketela pohon merupakan sumber utama kalori makanan di Indonesia, selain beras dan jagung (Falcon, 1984). Adanya isu peralihan dari beras yang selama ini menjadi sumber pangan utama, khususnya di masyarakat Indonesia, kepada sumber pangan lain yang bisa mengganti dan memenuhi kebutuhan akan karbohidrat mengarahkan perhatian masyarakat dan pemerintah pada ketela pohon. Perkembangan pasar ketela pohon beberapa tahun ini dapat dilihat dari permintaan ketela pohon dunia, yakni dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun bila melihat harga yang berlaku di pasar, rata-rata per kilogramnya Rp 2.000,00 - Rp 3.000,00. Berbeda dengan harga yang diterima petani (produsen) mulai dari Rp 500,00 – Rp 1.000,00 (Disperindag, 2012). Hal ini terjadi karena petani masih bersifat sebagai penerima harga (price taker). Analisis integrasi harga diarahkan untuk menjawab informasi yang mengarah pada penentuan dan/atau perubahan harga di tingkat produsen, lembaga pemasaran maupun konsumen. Pengetahuan tentang integrasi harga akan dapat bermanfaat untuk mengetahui kecepatan respon pelaku pasar terhadap perubahan harga sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui integrasi yang terjadi pada pasar ketela pohon secara vertikal atau dengan kata lain meneliti bilamana harga ketela pohon di Jawa Timur sudah terintegrasi atau belum antara pelaku pasar, baik di tingkat produsen (petani), lembaga pemasaran (pedagang besar), maupun konsumen (pedagang pengecer). Berdasarkan hasil analisis menyatakan bahwa antara petani, pedagang besar, dan pedagang pengecer ketela pohon terjadi integrasi. Pada tahap pengujian dengan uji ADF menunjukkan variabel harga di ketiga tingkat pelaku pasar tersebut telah stasioner pada diferensiasi pertama (first difference), sehingga masing-masing berada pada ordo yang sama yaitu ordo 1. Hasil pengujian selanjutnya, yakni uji kointegrasi, uji Error Correction Model (ECM), dan uji kausalitas Granger dari setiap tahapan tersebut menunjukkan adanya integrasi harga ketela pohon antar pelaku pasar. Dalam jangka panjang pergerakan harga di pasar ketela pohon produsen dipengaruhi oleh pasar ketela pohon di tingkat pedagang besar dan konsumen. Namun demikian, integrasi yang terjadi antar produsen dan pedagang besar dalam jangka pendek akan bergerak menjauh dari keseimbangan yang ada. Sebaliknya pergerakan harga antara pedagang besar dan konsumen akan semakin mendekati keseimbangan jangka pendek. Dan hal yang sama juga terjadi antara harga di tingkat produsen dan konsumen dimana pergerakannya mendekati keseimbangan jangka pendek. Diindikasikan bahwa petani (produsen) bersifat sebagai follower yang cenderung sebagai pengikut dalam pergerakan harga ketela pohon, atau dengan kata lain belum mampu menetapkan harga jual dari komoditas ini. Sedangkan pedagang besar dan konsumen berperan sebagai leader dalam pergerakan harga di pasar ketela pohon Jawa Timur. Perbedaan yang terjadi dalam pergerakan harga di masing-masing level pemasaran tersebut mengindikasikan masih kurangnya campur tangan pemerintah dalam kebijakan harga yang berlaku. Hal ini didasari mengingat keberadaan petani (sebagai produsen ketela pohon) yang masih bersifat sebagai price taker (penerima harga), dan dikarenakan posisi tawar yang rendah dari pihak petani. Sedangkan dua level pemasaran lainnya, yakni lembaga pemasaran dan konsumen memiliki posisi tawar yang cukup kuat, sehingga disimpulkan bahwa pergerakan harga pada pasar ketela pohon di Jawa Timur dipimpin oleh keduanya. Peran serta dari semua pihak sangat diperlukan guna menciptakan kestabilan harga antar pelaku pasar, termasuk dengan tersedianya akses informasi harga ketela pohon yang berlaku di setiap level pemasaran.
English Abstract
Cassava is the calory source of food in Indonesia, instead of rice and corn (Falcon, 1984). Existence of the issue of rice diversion that has become main source of food, especially in Indonesian society, into another source of food that can replace and fulfill the need of carbohydrate directed society attention and government into cassava. Cassava market development in these recent year can be seen from the world cassava demand, which is significantly increases from year to year. But, seeing the applied price in the market, averagely it is sold for Rp 2.000,00 - Rp 3.000,00/kg. Different from the price accepted by the farmer from the Rp 500,00 - Rp 1.000,00/kg. This happened because farmer is still act as a price taker. Price integration analysis is pointed to answer information that leading into determination or price change in producer level, wholesaler or consumer. Knowledge about market integration can be beneficial to find out the speed of market stakeholder respond to price change so it could be conducted a fast and precise decision taking. This research is important to find out the current integration in cassava market vertically, or in other words research whenever cassava market in East Java has been integrated or not between market stakeholder in producer level, wholesaler or consumer. Based on result analysis of this research, it is known that the farmer wholesaler, and retailer of cassava have integration. In the ADF test showed variable rates at the three levels of market differentiation has been stationary at first difference, so they are on the same order which is the 1st order. The next testing, that is cointegration test, Error Correction Model (ECM) test, and Granger causality test indicated that happened integration of cassava prices between market participants. In the long term price movements in the cassava markets of producers are affected by the wholesalers and consumers. However, in the short term the integration between producers and wholesalers will move away from the existing balance. Instead of price movement between wholesalers and consumers will be getting closed to a short-term equilibrium. And the same thing also happened between producers and consumers which is closed to a short-term equilibrium. Indicated that farmers (as a producers) who tend to be a follower in the price movement of cassava, or otherwise not able to set the selling price of these commodity. Wholesalers and consumers as a leader in the price movement of cassava in East Java. The changing which out on price movements of marketing level, indicating the lack of government intervention in the policy rates. This is based on the existence of farmers (as cassava producers) still acts as a price taker, and because of the low bargain position from the farmer side. While on the two other marketing level, which is wholesalers and consumers have a quite strong bargaining position, so it is concluded that the movement of prices on the cassava market in East Java is led by both. The participation of all stakeholders is needed in this case to create stability in prices between market participants, including by providing information access to cassava price that is applied in each level of marketing.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2012/291/051204780 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
Depositing User: | Hasbi |
Date Deposited: | 11 Dec 2013 09:13 |
Last Modified: | 27 Mar 2024 03:21 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129089 |
Text
TRI DIKNASISKA ZEGA.pdf Download (3MB) |
Actions (login required)
View Item |