Riyanto, Sugeng (2012) Menguatnya Pengaruh Sosial Kelompok Pedagang Sayuran Pada Struktur Masyarakat Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Ekonomi rakyat merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang banyak dengan skala kecil-kecil, bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai oleh beberapa orang dengan skala kecil dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai oleh beberapa orang dengan perusahaan skala besar (Krisnamurti, 2002). Usaha off farm sayuran yaitu sortasi, grading, dan pemasaran merupakan sebagian dari usaha di bidang pertanian yang memiliki peran yang sangat penting bagi ekonomi rakyat. Di Desa Tawangargo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang, terdapat komunitas pedagang sayuran yang berbasis ekonomi kerakyatan. Aktivitas usaha pemasaran sayuran yang dilakukan komunitas pedagang sayuran sudah cukup maju, ini ditandai dengan kemampuan mereka memasarkan sayuran dalam jumlah besar ke kota-kota sekitar Kota Malang. Perkembangan komunitas pedagang sayuran tersebut dari tahun ke tahun terus berkembang menjadi besar. Perkembangan ini dilihat jaringan pemasaran sayuran pedagang, terutama jangkauan pemasaran dan diversifikasi dari masa ke masa, kemampuan mengelola sumberdaya modal, dan tenaga kerja.Kondisi di atas menarik untuk dicermati bagaimana pembangunan ekonomi kerakyatan yang berasal dari bawah (bottom up), dimana perkembangan perekonomian masyarakat dapat berkembang pesat khususnya sektor perdagangan sayuran yang dimotori oleh komunitas pedagang yang merupakan penduduk asli. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan pelaku-pelaku usaha perdagangan sayuran di Desa Tawangargo dari awal kemunculannya hingga saat ini, mendeskripsikan perkembangan perdagangan sayuran dari masa ke masa sehingga terbentuk komunitas seperti sekarang, dan mendiskripsikan pengaruh munculnya komunitas pedagang sayuran tersebut terhadap sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Desa Tawangargo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu proses pencarian data untuk memahami fenomena sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah. Dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan berbagai kondisi dan situasi tentang perkembangan pedagang sayuran serta kaitannya dengan struktur sosial di masyarakat desa tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif dari Miles and Huberman dalam Sugiono (2009). Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode Maret-Mei 2012. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban hasil wawancara. Bila hasil wawancara setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan wawacara lagi pada subyek penelitian yang telah diwawancarai atau subyek penelitian yang lain, sampai tahap tertentu, sampai diperoleh data yang dianggap jenuh. Adapun penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, perkembangan perdagangan sayuran di Desa Tawangargo dipelopori oleh generasi insiator yang memulai perdagangan sayuran sejak tahun 1993. Mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu rata-rata lulusan SD. Diikuti oleh pedagang pengikut kesatu yang memiliki latar belakang pendidikan satu tingkat di atasnya, yaitu SMP dan memulai berdagang 2001. Selanjutnya diikuti pedagang pengikut kedua, yaitu sejak tahun 2008 sampai sekarang. Sebagian besar pedagang dari Desa Tawangargo adalah pedagang grosir. Perkembangan jumlah pedagang dari masa ke masa terus bertambah banyak. Minat dari generasi muda untuk berdagang sayuran adalah tinggi.. Kedua, perkembangan perdagangan sayuran di Desa Tawangargo didukung oleh berbagai hal, pertama adalah daerah pemasaran. Daerah pemasaran pedagang inisiator adalah Batu, Porong, Lawang, dan perintisan suplayer supermarket.Pasar pada periode pedagang pengikut pertama adalah Porong, suplayer supermarket, Karangploso, Lawang, Keputran (Surabaya), Pandaan, Mojokerto, Blimbing, Dinoyo.Pemasaran periode pengikut kedua adalah Porong, suplayer supermarket, Karangploso, Lawang, Keputran (Surabaya), Pandaan, Mojokerto, Blimbing, Gadang, dan Puspa Agro. Kedua adalah jenis-jenis sayuran.Pada awal-awal hanya ± 5 jenis sayuran pada setiap pedagang.Pada periode pedagang pengikut pertama dan pengikut kedua ada ± 15 jenis sayuran. Ketiga adalah pengelolaan modal. Pada masa pedagang inisiator modal didapat dari petani dimana sayuran dari petani tidak harus dibayar didepan tapi bisa pada saat sayuran sudah laku.Pada periode pedagang pengikut pertama modal dari pedagang sudah terkumpul mereka mandiri secara modal. Pada periode pedagang pengikut kedua modal pedagang semakin kuat.mereka yang baru berdiri modal berasal dari modal pribadi. Keempat adalah hubungan pedagang dengan petani.Pada periode pedagang inisiator, hubungannya sangat baik dimana petani bisa memberikan hasil petaniannya tanpa dibayar dimuka dan pada periode pedagang pengikut pertama, pedagang menjalin hubungan semakin erat dimana pedagang memberi pinjaman modal pada petani dan petani akan menjual hasil pertaniannya pada pedagang yang memberi pinjaman. Pada periode pedagang pengikut kedua rasa percaya di antara mereka sedikit mengalami penuruanan karena diantara petani dan pedagang ada yang berbuat curang, petani tidak menjual hasil panen pada pedagang yang memberi modal dan pedagang tidak membeli sayuran sesuai harga pasaran. Kelima adalah tenaga kerja, tenaga kerja yang mereka miliki berasal dari saudara mereka dan orang-orang sekitar yang telah memiliki hubungan baik, hal ini memudahkan dalam pengelolaan tenaga kerja. Ketiga, komunitas pedagang di Desa Tawangargo telah mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di desa ini. Terlihat dari kemampuan menghidupkan ekonomi warga sekitar. Pedagang menghidupkan ekonomi warga sekitar melalui peningkatan kemajuan pertanian sayuran dan peluang kerja yang mereka ciptakan. Pedagang dalam kegiatan sosial berkontribusi besar, dimana pedagang sebagai penyumbang utama dari segala bentuk kegiatan warga. Pedagang yang memiliki tingkat ekonomi tinggi, mereka menempati strata yang lebih tinggi sehingga mereka mampu memberi pengaruh pada kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Kelas pedagang tersebut belum menggunakan pengaruhnya untuk politik. Ini dikarenakan mereka tidak memiliki waktu.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2012/230/051203951 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 02 Nov 2012 09:58 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 06:20 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129025 |
Preview |
Text
SKRIPSI.pdf Download (7MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |