Analisis Komparatif Usahatani Tebu Keprasan Pada Program PKBL, PMUK dan KKPE (Studi di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri).

Hanik, Umi (2012) Analisis Komparatif Usahatani Tebu Keprasan Pada Program PKBL, PMUK dan KKPE (Studi di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Gula menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relative murah. Karena harganya yang relatif murah, maka konsumsi gula nasional meningkat. Namun meningkatnya konsumsi gula nasional tidak diimbangi oleh peningkatan produksi. Menurut hasil Evaluasi Program Akselerasi Ketahanan Pangan mengenai gula nasional pada akhir tahun 2009 dan tahun 2010 menunjukkan bahwa pencapaian sasaran produksi secara nasional memang belum sepenuhnya tercapai. Pencapaian produksi yang tercapai yaitu produksi pada tahun 2009 sebesar 2,6 juta ton atau masih mencapai 96 % dari target sebesar 2,8 juta ton. Produksi pada tahun 2010 sesuai retaksasi September 2010 sebesar 2,29 juta ton atau 76,59 % dari target sebesar 2,99 juta ton (Nasir, 2011). Penurunan kinerja industri pergulaan di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim global yang berdampak pada penurunan kualitas panen dan rendemen. Oleh karena itu, pada tahun yang akan datang perlu adanya perhatian khusus dan antisipasi secara tepat dan cepat terhadap kemungkinan perubahan iklim dan faktor alam lainnya (Nasir, 2011). Dalam meningkatkan produksi tebu Pabrik Gula Ngadiredjo melakukan program kemitraan. Kemitraan dilakukan antara petani tebu dengan Pabrik Gula Ngadiredjo. Program-program kemitraannya yaitu Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Kemitraan ini terjalin karena petani tebu masih mengalami beberapa kendala seperti permodalan, penggilingan hasil panen tebu dan pemasaran hasil panen. Dengan adanya beberapa program kemitraan tersebut diharapkan produksi gula meningkat dan pendapatan petani tebu bertambah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat perbedaan tingkat penerapan teknologi usahatani tebu keprasan dengan jumlah kredit yang diterima petani tebu keprasan pada program PKBL, PMUK dan KKPE di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. (2) Apakah terdapat perbedaan produktivitas usahatani tebu keprasan pada program PKBL, PMUK dan KKPE di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. (3) Apakah terdapat perbedaan pendapatan usahatani tebu keprasan pada program PKBL, PMUK dan KKPE di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis perbedaan tingkat penerapan teknologi usahatani tebu keprasan dengan jumlah kredit yang diterima petani tebu keprasan pada program PKBL, PMUK dan KKPE di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. (2) Untuk menganalisis perbedaan produktivitas usahatani tebu keprasan pada program PKBL, PMUK dan KKPE di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. (3) Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani tebu keprasan pada program PKBL, PMUK dan KKPE di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena petani tebu di Desa Purwokerto ini telah melakukan kemitraan dengan Pabrik Gula Ngadiredjo. Dalam penentuan petani tebu pada penelitian ini dibatasi oleh petani tebu keprasan dan dilakukan secara sensus yaitu petani tebu keprasan diambil dari semua unit populasi yang mengikuti program kemitraan pada tahun 2011. Untuk petani tebu peserta program PKBL sebanyak 5 orang, program PMUK sebanyak 5 orang dan program KKPE sebanyak 11 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi rank Spearman dan analisis usahatani tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat penerapan usahatani tebu keprasan dengan jumlah kredit yang diterima petani tebu pada peserta program PKBL, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya sebesar 0.825 dan nilai signifikasinya sebesar 0.043 pada tingkat kepercayaan 10 %. Petani tebu peserta program PKBL banyak yang melakukan anjuran dari petugas lapang Pabrik Gula Ngadiredjo dan dalam usahataninya ada penambahan pupuk kompos. Pada petani tebu peserta program PMUK tidak terdapat perbedaan tingkat penerapan usahatani tebu keprasan dengan jumlah kredit yang diterima petani tebu pada, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.763 dan nilai signifikasinya sebesar 0.067 pada tingkat kepercayaan 10 %. Sedangkan pada program KKPE tidak terdapat perbedaan tingkat penerapan usahatani tebu keprasan dengan jumlah kredit yang diterima petani tebu pada, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya sebesar 0.135 dan nilai signifikasinya sebesar 0.347 pada tingkat kepercayaan 10 %. Pada program PMUK dan KKPE petaninya banyak yang melakukan sebagian anjuran dari petugas lapang Pabrik Gula Ngadiredjo. Pendapatan petani tebu peserta program PKBL lebih besar dibandingkan petani tebu peserta program PMUK maupun program KKPE. Pendapatan usahatani tebu keprasan yang diperoleh peserta program PKBL sebesar Rp. 22.061.140,- dengan produktivitas sebesar 770 ku/ha. Sedangkan pendapatan usahatani tebu keprasan yang diperoleh peserta program PMUK sebesar Rp. 15.931.890,- dengan produktivitas sebesar 570 ku/ha dan pendapatan usahatani tebu keprasan yang diperoleh peserta program KKPE sebesar Rp. 17.377.623,- dengan produktivitas sebesar 591 ku/ha. Perbedaan pendapatan ini disebabkan oleh perbedaan varietas dan tingkat penerapan teknologi yang mereka aplikasikan dalam berusahatani dan dalam usahataninya tidak ada penambahan pupuk kompos. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Terdapat hubungan antara jumlah kredit yang diterima petani tebu keprasan dengan tingkat penerapan teknologi usahatani tebu pada peserta program PKBL dan PMUK, sedangkan pada petani tebu peserta program KKPE tidak terdapat hubungan antara jumlah kredit yang diterima petani tebu keprasan dengan tingkat penerapan teknologi usahatani tebu (2) Pendapatan petani tebu program PKBL lebih besar dibandingkan dengan petani tebu program PMUK dan KKPE. Saran dalam penelitian ini adalah (1) Untuk petugas lapang Pabrik Gula Ngadiredjo sebaiknya meningkatkan sosialisasi mengenai bimbingan teknis budidaya tebu, memberikan percontohan dan meningkatkan pelayanan tebang angkut. (2) Untuk petani tebu kemitraan sebaiknya menggunakan mengikuti petani PKBL. (3) Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis lebih lanjut mengenai penjadwalan tebang angkut sesuai dengan tingkat kemasakan tebu yang ditanam dan penyaluran kredit .

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2012/208/051203929
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 01 Nov 2012 10:11
Last Modified: 21 Oct 2021 06:11
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129001
[thumbnail of SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI.pdf

Download (5MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item