Aziz, Muhammad (2012) Studi Kelayakan Usahatani Nilam Teknologi Baru Pilot Proyek Cultiva (Pogostemon cablin) di Desa Kalimanis Kecamatan Doko Kabupaten Blitar. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Blitar merupakan salah satu lokasi yang percontohan nilam berikut menumbuhkan proyek khususnya di Desa Kalimanis. Lokasi ini direkomendasikan karena banyak mengandung bahan organik tanah dan drainase yang baik dekat dari Gunung Kawi yang terdapat hutan dengan banyak pohon peneduh, akses mudah & jalan strategis melalui kendaraan serta batas antara Blitar dengan Kabupaten Malang, bebas dari gangguan ternak atau hewan liar, dan tidak terlalu jauh dari lokasi penanganan pasca panen banyak minyak distilasi penting pusat terletak di desa Kalimanis sebelah desa Resapombo. Pada tahun 2010 pada Mei, departemen perkebunan di Blitar didirikan pilot proyek menumbuhkan nilam di desa Kalimanis. Ada 29 petani dalam bentuk area kelompok tani Tunggorono Lestari dengan 27 hektar nilam yang mengikuti pilot menumbuhkan proyek (direktorat jenderal perkebunan, 2010). Ini mempengaruhi kepentingan petani yang terlibat dalam membudidayakan nilam. Berdasarkan hal ini, pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pilot menumbuhkan kegiatan proyek di desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Blitar (2) Berapa rasio pendapatan petani yang mengikuti pilot mengolah proyek dengan petani yang tidak bergabung pilot mengembangkan proyek di desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Blitar? , (3) Apakah nilam pertanian layak untuk mencoba dalam proyek percontohan mengolah di Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Blitar? Tujuan penelitian ini adalah: (1) Jelaskan proyek percontohan mengolah pertanian nilam di Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Blitar. (2) Bandingkan petani yang mengikuti pilot mengembangkan proyek dan yang tidak mengikuti, dari segi pendapatan di Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Blitar. (3) Untuk menentukan apakah nilam komoditas layak atau tidak untuk mengembangkan di Desa Kalimanis. Hipotesis diuji dalam penelitian ini adalah: Bila teknologi baru dengan pilot proyek cultiva diterima oleh petani pilot proyek cultiva maka, (1) Besaran biaya input sama dengan petani tradisional non pilot proyek cultiva (2) Hasil output produksi dari petani pilot proyek cultiva lebih besar daripada petani non pilot proyek cultiva. (3) Pendapatan petani pilot proyek cultiva lebih besar daripada petani non cultiva. Sehingga perlu penelitian sengaja di Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Blitar pada populasi petani yang mengikuti pilot proyek adalah mengolah nilam , ada 29 orang sementara petani yang tidak bergabung pilot nilam mengembangkan proyek sebanyak 6 orang pengambilan data dengan cara sensus. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan percontohan nilam mengembangkan proyek di Desa Kalimanis, didukung oleh Focus Group Discuss (FGD) metode dengan anggota kelompok Tunggorono petani sebagai pilot nilam menumbuhkan peserta proyek. Produksi analisis biaya dan analisis pendapatan untuk menjawab poin pertama dari hipotesis penelitian. Untuk menjawab hipotesis kedua menggunakan analisis uji beda rata-rata. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan antara biaya dan pendapatan pada petani setelah menanam dengan petani yang tidak mengikuti peternakan mengembangkan budidaya nilam. Untuk menjawab hipotesis ketiga menggunakan BEP (break even point) rasio RC (Revenue Cost Ratio), rasio B/C (Benefit Cost ratio) dan didukung oleh hasil Focus Group Discuss (FGD) Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pilot mengolah program di desa Kalimanis sudah berlangsung pada akhir 2010 adalah awal September adalah musim hujan umumnya berjalan lancar sehingga pelaksanaannya telah mengalami tiga kali panen. Namun, dalam kondisi lapangan, penyuluh dari departemen perkebunan tidak pernah datang sehingga petani tidak mendapat penyuluhan (2) Rata-rata biaya produksi pertanian di satu hektar pun pendapatan petani nilam petani membudidayakan pilot proyek lebih tinggi dari petani tradisional, rata-rata pendapatan rata-rata yang diterima per hektar dalam satu musim tanam sebesar Rp. 7.611.429,- - untuk 18 bulan atau pada bulan mendapatkan Rp 422.857 - per bulan sedangkan petani dengan non-pilot menumbuhkan proyek hanya Rp. 2.839.462 - selama 18 bulan, ketika dikonversi per bulan maka mendapatkan Rp. 157.747.-(3) menjawab hipotesi menggunakan analisis statistik Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata hipotesis I dengan nilai 0,08 % hasil tersebut sangat signifikan karena nilai signifikan kurang dari 5%,pada hipotesis kedua dengan nilai 0,015 % sehingga sangat singnifikan dan hipotesis ketiga nilai signifikan mengetahui bahwa nilai rata-rata t hitung> t tabel 4.299> 2,03. Pada input yang hampir sama yang di keluarkan oleh petani namun output dan pendapatan petani mengolah percontohan proyek lebih besar output dan pendapatan petani dengan non-pilot mengolah proyek,hal ini proyek percontohan karena petani membudidayakan mendapatkan kebutuhan benih petani sebesar 50% sementara non-mengolah menanggung seluruh biaya produksi. Dengan demikian pendapatan yang lebih besar adalah nilam percontohan mengolah proyek. (4) Dari hasil perhitungan BEP produksi sebesar138 Kg pertahun untuk masa produksi. R / C ratio 2,9 untuk percontohan petani membudidayakan proyek dan non-mengolah petani untuk budidaya nilam 1,47 sangat layak dikembangkan. Nilai B/c rasio pilot proyek cultiva 1,9 sedangkan petani non pilot proyek cultiva 0,47 tetapi pada kondisi pendapatan riil petani mengolah percontohan proyek hanya mendapatkan Rp 422 857, - per bulan sedangkan petani dengan non-pilot mengembangkan proyek hanya Rp. 157 747, -. Dan harga yang selalu berfluktuasi nilam kering atau tidak ada kepastian bahwa harga petani tidak berminat untuk tanaman nilam. Saran yang dilakukan sehubungan dengan penelitian ini adalah: (1) Dinas Perkebunan tidak hanya memberikan bantuan bibit saja namun harus berperan besar memberikan penyuluhan yang berkala dalam masalah aspek usahatani sesuai (2) Pihak Dinas Perkebunan harus memberikan kesepakatan dengan petani dengan cara kontrak dengan petani mulai dari memberi bantuan bibit dan harga jual panen nilam tersebut agar petani tidak resah dengan adanya harga yang berfluktuasi. (3) Petani sebaiknya memanen setiap empat bulan dan pergantiaan bibit baru selama lima kali pemanenan agar petani dapat mengefisienkan biaya bibit dan pendapatan petani bisa lebih meningkat.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2012/183/051202969 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 10 Sep 2012 10:14 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 06:03 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128978 |
Preview |
Text
Skripsi.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |