Penggunaan Trichoderma Koninggi Sebagai Pengendali Penyakit Layu Bakteri Oleh Ralstonia Solanacearum Pada Budidaya Tanaman Kentang Dataran Medium

Karamina, Hidayati (2012) Penggunaan Trichoderma Koninggi Sebagai Pengendali Penyakit Layu Bakteri Oleh Ralstonia Solanacearum Pada Budidaya Tanaman Kentang Dataran Medium. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kentang merupakan salah satu sayuran yang memberikan kontribusi besar terhadap rata- rata total produksi sayuran di Indonesia yaitu sekitar 9,4 ton per hektar. (Dirjen Hortikultura, 2011). Kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya usaha petani kentang salah satunya adalah adanya serangan penyakit layu bakteri oleh Ralstonia solanacearum. Sehingga perlu pengendalian dengan penggunaan agen hayati Trichoderma koningii. Trichoderma koningii mampu mengeluarkan senyawa kimia tertentu seperti antibiotik, toksin yang dapat menonaktifkan atau sekaligus mematikan mikroba patogen sehingga dapat mengurangi serangan bakteri oleh Ralstonia solanacearum.Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mencari teknik aplikasi Trichoderma koningii dalam pengendalian penyakit bakteri Ralstonia solanacearum pada kondisi budidaya kentang dataran medium, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan Trichoderma koningii untuk menekan penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum dan untuk mengetahui dosis pengaplikasian Trichoderma koningii yang terbaik untuk menekan penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum. Penelitian dilaksanakan di Screen House Nursery Venus Orchid, Desa Tegalwaru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu mulai bulan Februari 2012 – Mei 2012. Metode penelitian ini yaitu menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 10 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan Trichoderma koningii yaitu P0= kontrol tanpa Trichoderma koningii, P1= 1 minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii cair 5 ml.l-1, P2= 1 minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii serbuk 5 g polibag-1. P3= 1 minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii cair 10 ml.l-1, P4= 1 minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii serbuk 10 g polibag-1. P5= pada saat tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 ml.l-1. P6= pada saat tanam dengan dosis Trichoderma koningii serbuk 5 g polibag-1. P7= pada saat tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 ml.l-1. P8= pada saat tanam dengan dosis Trichoderma koningii serbuk 10 g polibag-1. P9= bakterisida 1 g.l-1. Pengamatan tanaman kentang dilakukan secara non destruktif dan destruktif. Pengamatan non destruktif dilakukan setiap seminggu sekali untuk seluruh tanaman. Pengamatan non destruktif meliputi: tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, dan intensitas serangan penyakit. Pengamatan destruktif dilakukan pada umur 35 hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam dengan cara mengambil 1 tanah contoh seberat 10 g disetiap perlakuan tiap ulangan. Parameter pengamatan meliputi: analisis tanah dan analisis contoh tanaman. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui keterkaitan 7 atau hubungan antar peubah yang diamati. Analisis korelasi dilakukan dengan program komputer Minitab 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Trichoderma koningii sebelum tanam berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, intensitas serangan penyakit, jumlah umbi pertanaman, bobot umbi pertanaman, serangan penyakit pada umbi, jumlah kerapatan bakteri Ralstonia solanacearum dan kerapatan jamur Trichoderma koningii. Pada perlakuan P4 (satu minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 g) menunjukkan perkembangan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah umbi pertanaman, bobot umbi pertanaman yang paling tinggi, diikuti dengan perlakuan P9 (penyemprotan bakterisida), perlakuan P8 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 g), dan dengan pertumbuhan terendah yaitu pada tanaman kentang dengan perlakuan P0 (kontrol), dengan diikuti perlakuan terendah lainnya yaitu perlakuan P5 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 ml.l-1) dan P1 (perlakuan satu minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 ml.l-1). Sedangkan untuk intensitas serangan penyakit yang paling rentan untuk terkena serangan penyakit yaitu pada perlakuan P0 (kontrol) diikuti dengan perlakuan P5 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 ml.l-1) dan P1 (seminggu sebelum tanam, Trichoderma koningii cair 5 ml.l-1). Dengan hasil perhitungan kerapatan bakteri Ralstonia solanacearum P5 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 ml.l-1) menunjukkan pertumbuhan bakteri yang paling tinggi, diikuti dengan perlakuan P0 (kontrol) dan dengan pertumbuhan bakteri terendah yaitu pada tanaman kentang dengan perlakuan P4 (satu minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 g), dengan diikuti pertumbuhan bakteri terendah pada perlakuan P8 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 g) dan P9 (bakterisida). Sedangkan untuk perhitungan kerapatan jamur Trichoderma koningii pada perlakuan P4 (satu minggu sebelum tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 g) menunjukkan pertumbuhan jamur yang paling tinggi, diikuti dengan P8 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 10 g) dan perlakuan P6 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 g). Pertumbuhan jamur terendah yaitu pada tanaman kentang dengan perlakuan P0 (kontrol), dengan diikuti pertumbuhan bakteri terendah berikutnya pada perlakuan P9 (bakterisida) dan P5 (sewaktu tanam dengan dosis Trichoderma koningii 5 ml.l-1).

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2012/157/051202943
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 12 Sep 2012 13:40
Last Modified: 21 Oct 2021 05:54
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128951
[thumbnail of SKRIPSi_HIDAYATI_KARAMINA_0810483066.pdf]
Preview
Text
SKRIPSi_HIDAYATI_KARAMINA_0810483066.pdf

Download (6MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item