Uji Antagonis Jamur Endofit Terhadap Penyakit Karat (Phakopsora pachyrhizi Syd.) dan Rebah Semai (Sclerotium rolsii Sacc) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L). Merill)

Sumiati, Astri (2011) Uji Antagonis Jamur Endofit Terhadap Penyakit Karat (Phakopsora pachyrhizi Syd.) dan Rebah Semai (Sclerotium rolsii Sacc) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L). Merill). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan di Indonesia. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan. Pada tahun 2007, kebutuhan kedelai mencapai 2 juta ton dan baru terpenuhi 35–40% dari produksi dalam negeri (Tahlim dan Dewa 2007). Oleh karena itu, produksi kedelai perlu terus ditingkatkan. Salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman kedelai di Indonesia dan dapat menurunkan produksi adalah penyakit karat pada tanaman kedelai, menyebabkan kehilangan ekonomis yang besar berkisar antara 40 sampai 90% (Sudjana et al., 1985). Salah satu pengendalian yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit karat adalah dengan menggunakan jamur endofit. Jamur endofit mampu melindungi tanaman inangnya dari organisme pengganggu tanaman di alam dengan menghasilkan mikotoksin untuk menghalangi hewan herbivora dan antibiotik untuk menekan patogen (Evans, 1998). Informasi mengenai uji antagonisme jamur endofit pada Phakopsora. pachyrhizi belum banyak diketahui di Indonesia untuk itu perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya antagonisme dari masing-masing jamur endofit akar terhadap perkembangan P. pachyrhizi penyebab penyakit karat pada tanaman kedelai serta mengetahui efektifitas beberapa jamur endofit akar untuk mengendalikan penyakit karat daun ( P. pachyrhizi ) pada tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang dan di lakukan percobaan lapangan pada Unit Pelaksana Teknis Benih dan Palawija, Desa Bedali, Kab. Malang pada bulan April 2010 – Maret 2011. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan delapan perlakuan, yaitu 1) perlakuan jamur endofit 1, 2) perlakuan jamur endofit 2, 3) perlakuan jamur endofit 3, 4) perlakuan jamur endofit 4, 5) perlakuan jamur endofit 5, 6) perlakuan jamur endofit 1, 2 dan 3, 7) perlakuan jamur endofit 1, 2, 3, 4, dan 5, 8) perlakuan kontrol (tanpa endofit). Metode kultur pot dilakukan dengan merendam benih kedelai yang akan ditanam ke dalam suspensi jamur endofit. Kemudian benih ditanam pada pot kultur dan diletakan pada tempat penelitian. Pengamatan meliputi intensitas serangan penyakit, efektivitas antagonis, pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah daun), dan produktivitas (berat brangkasan, jumlah polong isi, berat polong, serta berat 100 biji). Data yang dieperoleh diuji dengan uji F taraf 5%dan uji Duncan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jamur endofit akar yang mampu menghambat serangan S . rolfsii dalam uji laboratorium. Isolat yang memiliki kemampuan antagonis tertinggi terhadap S. rolfsii yaitu isolat jamur endofit W2D, R2A, W2G, R3A serta B1C dan digunakan untuk uji lapang. Berdasarkan nilai efektifitas pengendalian pemberian jamur endofit antagonis akar pada tanaman kedelai dapat mengendalikan serangan P. pachyrhiz yaitu jamur B1C (16,51%), jamur R2A (11,55%), kombinasi jamur W2D, R2A dan W2G (11,32%), jamur R3A (10,97%), jamur W2G (8,43), jamur kombinasi antara W2D, R2A, W2G, R3A, serta B1C (4,50), dan jamur W2D (1,15%).

English Abstract

Soybean is one of the more important food crops in the context of food security in Indonesia. Demand on soybean was increasing corresponding with food based industry. In 2007, demand reached 2 million tons of soybeans was while domestic supply account only 35-40% (Tahlim and Dewa 2007). Therefore, soybean production needs to be increased. One of the important diseases that attack soybean plants in Indonesia which can lower production is rust disease. It causes a great deal of economic loss ranging from 40% to 90% of total yield (Sudjana et al., 1985). One method of rust disease control is by using endophytic fungus. Endophytic fungus which were able to protect their host plants in nature by producing mycotoxins to deter herbivores and also antibiotics to suppress pathogens (Evans, 1998). Information on antagonistic test of endophytic fungus on Phakopsora pachyrhizi has not been known in Indonesia, it is necessary to do research about that problem. The purpose of this study was to determine the antagonism of each endophytic roots fungus on the development of P. pachyrhizi causes rust disease on soybean plants and to know the effectiveness of some endophytic roots fungus to control leaf rust diseases ( P. pachyrhizi ) on soybean plants. The research was conducted in the laboratory of mycology, University of Brawijaya, Malang and The Technical Implementation Unit of Seed and Crop, Bedali village, Malang county from April 2010 - March 2011. This research used completely randomized design which consisted at eight treatments, i.e. 1) treatment of endophytic fungi 1, 2) treatment of endophytic fungi 2, 3) treatment of endophytic fungi 3, 4) treatment of endophytic fungi 4, 5) treatment of endophytic fungi 5, 6) treatment of endophytic fungus 1, 2 and 3, 7) treatment of endophytic fungus 1, 2, 3, 4, and 5, 8) control (without endofit). Pot culture method carried out by dipping the into the suspension of the fungus endofit. Then this soybean seed was planted in pot culture and placed in the arena experiment. The Observations are the intensity of the disease, the effectiveness of antagonists, plant growth (height and leaf number), and productivity (stover weight, number of pods content, pod weight, and weight of 100 seeds). Data were tested by F test level of 5% and 5% level of Duncans test. The results showed that there were endophytic roots fungus of soybean plants capable of reducing attacks of S. rolfsii in the laboratory tests. Isolates had the highest antagonistic ability against S. rolfsii i.e. W2D, R2A, W2G, R3A and B1C and used for field trials. Based on the effectiveness of the control, endophytic fungus capable of controlling the intensity of P. pachyrhizi attacks i.e. B1C fungi (16.51%), R2A fungi (11.55%), fungus combination W2D, R2A and W2G (11.32%), R3A fungi (10.97%), W2G fungi ( 8.43), fungus combination W2D, R2A, W2G, R3A, and B1C (4.50), and fungi W2D (1.15%).

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2011/234/051104507
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests
Divisions: Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 19 Mar 2012 10:00
Last Modified: 20 Apr 2022 02:38
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128744
[thumbnail of 051104507.pdf]
Preview
Text
051104507.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item