Analisis Pemasaran Pisang Agung Semeru (Studi Kasus Di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang)

Perwitasari, - (2011) Analisis Pemasaran Pisang Agung Semeru (Studi Kasus Di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Salah satu komoditas yang memiliki potensi besar di Indonesia namun kurang mendapat perhatian adalah buah pisang. Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang sangat potensial dalam pengembangan usaha budidaya tanaman pisang. Salah satu varietas pisang lokal yang dibudidayakan secara luas di Lumajang yaitu pisang Agung Semeru yang memiliki keunikan dan ciri-ciri yang sangat khas, sehingga tidak heran jika pisang ini dijadikan sebagai maskot Kabupaten Lumajang. Dalam pemasaran pisang terdapat perbedaan proporsi harga antara produsen, pedagang, dan konsumen sehingga mengakibatkan margin yang meningkat dan akan mempengaruhi share yang diterima oleh petani. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan pemasaran yang efisien. Permasalahan penelitian ini adalah (1) bagaimana saluran pemasaran pisang Agung Semeru; (2) apa saja fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pisang Agung Semeru; (3) apakah terdapat perbedaan proporsi harga yang diterima oleh lembaga pemasaran; (4) apakah pemasaran pisang Agung Semeru di daerah penelitian sudah efisien. Tujuan dari penelitian ini untuk (1) mengidentifikasi saluran pemasaran pisang; (2) mengidentifikasi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran; (3) menganalisis proporsi harga yang diterima oleh lembaga pemasaran; (4) menganalisis efisiensi pemasaran pisang di daerah penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah diduga sistem pemasaran pisang Agung Semeru di Desa Burno, Kecamatan Senduro belum efisien. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Jumlah responden untuk petani sebanyak 39 petani yang diperoleh dengan menggunakan simple random sampling . Lembaga pemasaran digunakan cara snowball sampling dengan rincian enam orang tengkulak, lima orang pengumpul, dua orang pedagang besar, dua orang pengecer, dan dua orang home industri. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat saluran pemasaran pisang Agung Semeru di Desa Burno, yaitu (1) petani – tengkulak – pengumpul – pedagang besar (Lamongan) – konsumen luar kota; (2) petani – pengumpul – pedagang besar (Senduro) – pengecer (Klakah) – konsumen; (3) petani – tengkulak – home industri – konsumen; (4) petani – home industri – konsumen. Berdasarkan analisis kuantitatif menunjukkan pada saluran pemasaran keempat memiliki nilai total marjin terkecil diantara saluran pemasaran yang lain yaitu sebesar Rp 33.300/tandan dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 18.004/tandan dan pada saluran pemasaran ketiga memiliki nilai total margin terbesar yaitu sebesar Rp 47.300/tandan dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 19.832/tandan. Hal ini disebabkan karena pada saluran pemasaran ketiga untuk masing-masing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran yang semakin tinggi sehingga semakin tinggi pula margin pemasaran masing-masing lembaga pemasaran. Share harga terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran pemasaran keempat yaitu sebesar 42,88%. Hal ini disebabkan karena petani pada saluran pemasaran keempat mendapatkan tingkat harga yang lebih tinggi dengan cara menjual secara langsung kepada home industri yakni sebesar Rp 25.000/tandan. Nilai efisiensi saluran pemasaran yang terdapat pada saluran pemasaran pertama yaitu sebesar 4,74, saluran pemasaran kedua sebesar 3,63, saluran pemasaran ketiga sebesar 1,94, dan saluran pemasaran keempat sebesar 2,24. Jadi dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran pisang di Desa Burno yang paling efisien adalah saluran pemasaran kedua. Hal ini disebabkan karena (1) petani memperoleh tingkat harga yang lebih tinggi dibandingkan menjual melalui tengkulak; (2) petani dapat menjual pisang dengan volume penjualan yang tidak terbatas; dan (3) berdasarkan perhitungan efisiensi saluran pemasaran menyatakan bahwa saluran pemasaran yang efisien adalah saluran kedua sedangkan pada saluran pemasaran pertama tidak dapat dibandingkan karena tidak sampai pada konsumen penelitian. Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah (1) dibentuknya asosiasi pedagang pisang Agung Semeru dalam menentukan harga serta adanya informasi pasar yang jelas di tingkat petani baik dari dinas terkait, sehingga harga pisang Agung Semeru tetap stabil; (2) perlu adanya penguatan kelembagaan kelompok tani agar dapat membantu petani dalam upaya membudidayakan pisang Agung Semeru; (3) kegiatan promosi dan pemasaran pisang Agung Semeru lebih ditingkatkan dalam wilayah regional maupun nasional sebagai maskot kabupaten Lumajang.

English Abstract

One of commodities which have great potential in Indonesia but received less attention is the banana. Lumajang is one of the regencies with huge potential in developing the cultivation of banana plants. One of the local banana varieties that are widely cultivated in Lumajang, the Agung Semeru banana, has unique characteristics and a very distinctive, so no wonder the banana is used as a mascot of Lumajang. In the marketing of Agung Semeru banana there is any differences between the proportion of prices producers, traders, and consumers resulting in increased margins and will affect the share received by farmers. Therefore, it needs to be balanced with efficient marketing. The problem of this study are (1) how is the Agung Semeru banana marketing channels, (2) what are the marketing function performed by the Agung Semeru banana marketing agency, (3) is there any differences in the proportion of prices received by marketing institution, (4) is the marketing of Agung Semeru banana in the study area has been efficient. The purpose of this study are (1) to identify the marketing channels of Agung Semeru banana, (2) to identify the marketing function performed by the Agung Semeru banana marketing agency, (3) to analyze the proportion of prices received by marketing institution, (4) to analyze the marketing efficiency of Agung Semeru banana. The hypothesis of this study is assumed that Agung Semeru banana marketing system in the Burno Village, District of Senduro is yet efficient. The research was conducted in the Burno Village, District of Senduro, Lumajang Regency. The data used here are primary data and secondary data. Simple random sampling was use in determining 39 farmers responden. As for marketing agencies, snowball sampling method is used with the details of six middlemen, collecting five people, two wholesalers, two retailers, and two home industries. Data analysis methods used here is descriptive analysis and quantitative analysis. The results revealed that there are four marketing channels of Agung Semeru bananas in Burno Village, namely (1) farmer - middlemen - collectors - wholesalers (Lamongan) - customers outside the city, (2) farmer - collectors - wholesalers (Senduro) - the retailer ( Klakah) - consumer, (3) farmer - middlemen - home industry - consumers, (4) farmer - home industry - the consumer. Based on quantitative analysis in marketing channels, it is known that all four have a total value of the smallest margin among other marketing channels of Rp 33.300/bunch with a total marketing cost of Rp 18.004/bunch and the third marketing channels has the largest margin of the total value of Rp 47.300/bunch with a total marketing cost of Rp 19.832/bunch. Share prices received by farmers are the largest in the fourth marketing channels that is equal to 42.88%. This is because farmers in the fourth marketing channels to get the higher price by selling directly to home industry, amounting to Rp 25.000/bunch. The value of marketing channel efficiency contained in the first marketing channel is equal to 4.74, the second marketing channel for 3.63, and the third and fourth marketing channels are 1.94 and 2.24, respectively. So it can be concluded that the most efficient marketing channels of Agung semeru banana in Burno Village is the second channel. This is because (1) farmers obtain higher prices than selling through a middleman (2) the farmer can sell bananas by the unlimited volume, and (3) based on the calculation of the efficiency of marketing channels that an efficient marketing channel is the second channel while the first marketing channels can not be compared because it does not extend to consumer research. Some suggestion as follows: (1) the establishment of the associations of Agung Semeru banana traders in order to set the price as well as the clear market information at farm level either from related offices, so that prices remain stable (2) the need for institutional strengthening farmer groups to assist farmers in an effort to cultivate bananas Semeru Agung, (3) promotional activities and marketing of bananas Semeru Agung further enhanced in the region and nationally as a mascot Lumajang district.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2011/224051104069
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 08 Mar 2012 09:52
Last Modified: 20 Apr 2022 02:20
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128734
[thumbnail of 051104069.pdf]
Preview
Text
051104069.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item