Pengaruh Perbedaan Tingkat Pemberian Air Terhadap Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.).

Olii, Julharfandi R (2011) Pengaruh Perbedaan Tingkat Pemberian Air Terhadap Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan satu diantara sayuran polong yang memiliki banyak kegunaan. Buncis memiliki polong yang mengandung gizi cukup lengkap (protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar, dan mineral) dan zat-zat lain yang berkhasiat obat untuk berbagai macam penyakit. Misalnya, kandungan gum dan pektin dapat menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar dan kanker payudara (Cahyono, 2003). Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri pengolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan kontinyu. Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor. Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris (Khaerodin dan Setianingsih, 1993). Mengingat buncis sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat baik. Untuk menaikkan produktivitas buncis agar kebutuhan dalam dan luar negeri (ekspor) terpenuhi diperlukan teknik budidaya yang tepat seperti penggunaan varietas unggul dan pengelolaan lingkungan tumbuh secara tepat. Satu diantara faktor yang penting untuk diperhatikan ialah faktor lingkungan tempat tumbuh tanaman dengan menjaga ketersediaan air selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas bagi tanaman buncis. Jika air kurang atau berlebih menyebabkan tanaman mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses fisiologi dan fotosintesis dan akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas polongnya. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor tersebut dengan faktor-faktor lingkungan. Pilihan lain untuk menaikkan produktivitas buncis ialah dengan jalan meningkatkan program ekstensifikasi ke lahan kering. Lahan-lahan kering di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian ditinjau dari luasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perbedaan tingkat pemberian air terhadap hasil tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.). Hipotesis yang diajukan ialah perlakuan tingkat pemberian air 75% kc vegetatif – 75% kc generatif mulai menurunkan hasil tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.). Penelitian ini dilaksanakan di green house milik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karangploso, Malang. Tempat penelitian berada pada ketinggian ± 550 m dpl, suhu harian rata-rata 290C dan jenis tanah alluvial. Penelitian ini dilaksanakan mulai Oktober 2010 hingga Desember 2010. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kamera, alat tulis, timbangan, penggaris/ alat ukur, gelas plastik/gelas ukur, ember, label nama, kertas, tugal, cangkul, karung dan polybag dengan diameter 25 cm. Bahan yang digunakan ialah benih tanaman buncis tipe tegak varietas gipsy, media tanah, pupuk Urea, SP-36, dan KCl, pupuk daun MAMIGRO (12 – 27 – 23) pupuk kandang dan pestisida mimba. Penelitian ini merupakan percobaan non-faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Adapun perlakuan yang diberikan ialah perbedaan tingkat pemberian air pada fase pertumbuhan tertentu, yaitu K0 (100% kc vegetatif – 100% kc generatif), K1 (100% kc vegetatif – 75% kc generatif), K2 (75% kc vegetatif – 100% kc generatif), K3 (75% kc vegetatif – 75% kc generatif), K4 (100% kc vegetatif – 50% kc generatif), K5 (50% kc vegetatif –100% kc generatif) dan K6 (50% kc vegetatif – 50% kc generatif). Masing-masing perlakuan tersebut diulang 4 kali sehingga terdapat 28 satuan percobaan. Masingmasing satuan percobaan terdiri dari 10 polybag. Pengamatan yang dilakukan meliputi non destruktif dan pengamatan panen. Pengamatan non destruktif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang (interval pengamatan 7 hari sekali sampai panen pertama), umur mulai berbunga dan umur mulai terbentuknya polong (hari), serta jumlah bunga dan polong setiap tanaman (interval pengamatan 3 – 4 hari sekali). Pengamatan panen meliputi umur panen pertama, umur panen terakhir, jumlah polong panen per tanaman, panjang polong, persentase jumlah polong lurus, persentase jumlah polong tidak lurus, bobot segar polong per tanaman, dan bobot kering polong per tanaman. Pengolahan data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F taraf kesalahan 5%). Apabila terdapat pengaruh yang signifikan pada perlakuan, maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman buncis memberikan respon terhadap kondisi kekurangan air sehingga menimbulkan pengaruh penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman. Perlakuan pemberian air 50% kc vegetatif – 50% kc generatif menunjukkan penghambatan yang paling besar terhadap komponen pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Perlakuan pemberian air 100% kc vegetatif – 75% kc generatif dan 75% kc vegetatif – 100% kc generatif dapat menghasilkan jumlah polong panen per tanaman dan bobot segar polong per tanaman yang paling mendekati dengan hasil yang didapatkan perlakuan 100% kc vegetatif – 100% kc generatif. Perlakuan pemberian air 100% kc vegetatif – 75% kc generatif tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% kc vegetatif – 100% kc generatif dalam hal hasil bobot kering polong per tanaman. Kondisi kekurangan air 50% kc vegetatif – 50% kc generatif menunjukkan penurunan tertinggi terhadap komponen panen yaitu jumlah polong panen per tanaman, bobot segar polong per tanaman, dan bobot kering polong per tanaman masing – masing menurun hingga 64,80%, 63,17%, dan 63,29%.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2011/117/051102723
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 20 Jul 2011 10:26
Last Modified: 19 Apr 2022 00:48
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128621
[thumbnail of 051102723.pdf]
Preview
Text
051102723.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item