Satria, Gunawan Adi (2009) Pengaruh Komponen Vegetatif Pisang (Musa paradisiaca L) Kultivar Kepok Terhadap Produksi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari daerah tropis, yakni di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Buah pisang digolongkan menjadi 2 yaitu; golongan yang tidak menghasilkan buah dan golongan yang menghasilkan buah. Tanaman pisang yang banyak dibudidayakan adalah yang menghasilkan buah. Buah pisang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar (raw banana) dan olahan (cooking banana). Salah satu buah pisang yang dikonsumsi dalam bentuk olahan yaitu pisang kepok. Pisang ini enak dimakan setelah dilakukan pengolahan. Buah pisang kepok memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu memiliki bentuk buah gepeng dan persegi, ukuran buah kecil, panjang 10-12 cm dan berat 80-90 g, memiliki kulit buah yang tebal dengan warna kuning kehijauan dan kadang bernoda coklat, daging buahnya manis. Pisang kepok umumnya dimanfaatkan dalam bentuk mentah maupun dimasak. Pisang ini dapat diolah menjadi tepung, kripik, pisang goreng, bir (Afrika), cuka, dll. Tepung pisang dapat digunakan sebagai pengganti atau subtitusi terigu untuk roti dan kue. Selain sebagai produk roti atau kue, pisang juga dapat diolah menjadi bubur balita yang merupakan produk potensial untuk sumber karbohidrat sebagai makanan tambahan balita karena tepung pisang mempunyai sifat mudah dicerna (Murtiningsih 1989 ; Suarni, 2001). Pisang merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan penting sebagai sumber gizi, terutama sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral. Dalam 100 g daging buah pisang rata-rata mengandung air sebanyak 70 g, protein 1.2 g, lemak 0.3 g, karbohidrat 27 g dan serat 0.5 g. Daging buah pisang juga kaya akan potasium (400 mg/100g), sebagai sumber vitamin C, B6, A, Thiamin, Riboflavin dan Niacin (Espino, et al., 1995). Selain buah, bagian-bagian vegetatif tanaman juga dapat dimanfaatkan seperti serat untuk pembuatan kain dari batang semu, kulit buah untuk pakan ternak. Bagian-bagian vegetatif juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan seperti disentri, diare, anti demam, dan penyakit lainnya. Produksi pisang pada masing-masing tanaman berbeda-beda, sehingga hal ini akan menyulitkan dalam memperkirakan produksi dalam satu luasan. Perlu kiranya dilakukan penelitian terhadap komponen-komponen vegetatif yang diindikasikan berpengaruh terhadap produksi pisang, sehingga nantinya dapat diperkirakan jumlah produksi pisang dengan melihat komponen vegetatif tersebut sebagai pedomannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen vegetatif lingkar batang, jumlah daun tinggi batang, jumlah anakan dan posisi bonggol yang berpengaruh terhadap produksi pisang, Hipotesis yang diajukan adalah lingkar batang dan tinggi batang berpengaruh positif terhadap berat tandan. Penelitian dilakukan di desa Pakis Jajar dan Ampeldento, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Maret 2009. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, camera, timbangan, pengaris, bambu, sabit. Bahan yang digunakan adalah tanaman pisang yang memasuki masa berbunga milik warga yang tumbuh di pekarangan sekitar tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan 50 sampel tanaman pisang yang telah memasuki masa berbunga. Penelitian menggunakan metode survei dan observasi pada tanaman pisang yang mulai berbunga, yaitu dengan mengamati komponen-komponen vegetatif dan komponen produksi. Komponen vegetatif, Parameter yang diamati antara lain : lingkar batang, jumlah daun, jumlah anakan, tinggi tanaman, posisi bonggol, umur panen. Pada komponen produksi Parameter yang diamati antara lain : berat tandan, jumlah sisir, berat sisir, jumlah jari buah persisir, berat jari buah, panjang buah dan lingkar tandan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik korelasi dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang nyata pada lingkar batang dan berat tandan yang dihasilkan, dengan nilai koefisien korelasi 0,864. Pada tinggi batang dan berat tandan terdapat hubungan positif yang nyata, dengan nilai koefisien korelasi 0,852 hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi batang akan diikuti dengan peningkatan berat tandan yang dihasilkan. Pada jumlah daun, terdapat hubungan positif antara jumlah daun dan berat tandan yang dihasilkan, dengan nilai determinasi sebesar 0,7995 semakin banyak jumlah daun yang dibiarkan tumbuh maka akan meningkatkan berat tandan yang dihasilkan, sedangkan pada jumlah anakan terjadi sebaliknya bahwa terdapat hubungan negatif antara jumlah anakan dan berat tandan yang dihasilkan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,7529. Pengujian terhadap letak bonggol menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara letak bonggol di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah terhadap berat tandan, demikian juga pada umur panen. Pengamatan terhadap berat sisir, berat buah, panjang buah dan lingkar buah terdapat perbedaan yang sangat nyata pada posisi bawah, tengah dan atas dalam tandan.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2009/192/050902428 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 09 Sep 2009 10:07 |
Last Modified: | 11 Apr 2022 07:30 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128190 |
Preview |
Text
050902428.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |