Pengaruh Cekaman Kekurangan Air Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

Herianto, Yudi (2009) Pengaruh Cekaman Kekurangan Air Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman kedelai (Glycine max L.) ialah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung. Biji kedelai ialah bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat. Kebutuhan biji kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat, namun tidak diikuti dengan produksi tanaman kedelai dalam negeri. Salah satu penyebab kemerosotan produksi tanaman kedelai ialah kurangnya ketersediaan air di dalam tanah (Fagi dan Tangkuman, 1985). Kekeringan ialah salah satu kendala produksi tanaman kedelai di Indonesia. Tanaman kedelai sangat peka terhadap stress air dan lebih peka dari tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.), kacang tanah (Arachis hypogea L.), kacang hijau (Vigna radiata L.) dan kacang gude (Cajanus cajan L.) (Sitompul, 1996). Tujuan dari penelitian ini ialah 1). untuk mempelajari pengaruh cekaman kekurangan air pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, dan 2). untuk menentukan fase yang paling peka terhadap kondisi kekurangan air. Hipotesis penelitian ini ialah 1). cekaman kekurangan air 25 % kapasitas lapang mengakibatkan pertumbuhan dan hasil lebih rendah pada tanaman kedelai dan 2). cekaman kekurangan air pada fase generatif menekani hasil tanaman kedelai. Penelitian telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dengan ketinggian tempat 505 m dpl. Suhu minimum berkisar antara 180 C - 210 C dan suhu maksimum berkisar antara 300 C - 330 C. Penelitian dimulai pada bulan Juli hingga Oktober 2008. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Leaf Area Meter, oven, gelas ukur, penggaris dan alat-alat pertanian. Bahan yang digunakan ialah benih kedelai varietas Wilis, tanah, pupuk Urea (45% N), pupuk SP-36 (36% P2O5), pupuk KCL (60% K2O). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 3 kali. Adapun perlakuan yang diberikan ialah jumlah dan waktu pemberian air yang berbeda yaitu : 1). 100 % KL (kapasitas lapang) pada seluruh fase pertumbuhan sebagai kontrol : A0, 2). 25 % KL pada seluruh fase pertumbuhan : A1, 3). 25 % KL pada fase vegetatif : A2, 4). 25 % KL pada fase generatif : A3, 5). 50 % KL pada seluruh fase pertumbuhan : A4, 6). 50 % KL pada fase vegetatif : A5, 7). 50 % KL pada fase generatif : A6, 8). 75 % KL pada seluruh fase pertumbuhan : A7, 9). 75 % KL pada fase vegetatif : A8, 10). 75 % KL pada fase generatif : A9. Pengamatan yang dilakukan ialah pengamatan berkala dan pengamatan pada saat panen. Pengamatan berkala dilakukan pada 20 hst, 35 hst, 50 hst, 65 hst dan 80 hst. Sedangkan pengamatan panen dilakukan pada saat panen atau umur 88 hst. Variabel pengamatan yang dilakukan pada pengamatan berkala dan pengamatan panen meliputi : jumlah daun, luas daun, laju pertumbuhan relatif tanaman, bobot kering total tanaman, jumlah polong total per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman dan. bobot 10 biji per tanaman. Data hasil pengamatan telah dianalisa dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % dan uji lanjutan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang mendapatkan 100 % kapasitas lapang selama fase pertumbuhan (A0) menghasilkan jumlah daun per tanaman, luas daun per tanaman, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan relatif tanaman, jumlah polong total tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman dan bobot 10 biji per tanaman. lebih baik daripada perlakuan lain yang mendapatkan cekaman kekurangan air. Sedangkan perlakuan yang mendapatkan 25 % kapasitas lapang selama fase pertumbuhan (A1) menghasilkan jumlah daun per tanaman, luas daun per tanaman, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan relatif tanaman, jumlah polong total tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman dan bobot 10 biji per tanaman rendah dibandingkan dengan perlakuan cekaman kekurangan air lain. Cekaman kekurangan air pada fase vegetatif menghambat luas daun dan bobot kering total tanaman kedelai, sedangkan cekaman kekurangan air pada fase generatif menurunkan bobot kering biji per tanaman dan bobot 10 biji per tanaman.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2009/131/050901704
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 19 Jun 2009 13:50
Last Modified: 11 Apr 2022 02:43
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128123
[thumbnail of 050901704.pdf]
Preview
Text
050901704.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item