Ary Wiharja, IMade (2008) Hubungan faktor lereng dan pemotongan tebing dengan kejadian longsor di DAS Konto Hulu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Gangguan kehidupan manusia di daerah hulu akibat longsor adalah adanya degradasi lahan, baik pada lahan hutan atau lahan pertanian. Banyak kejadian longsor diakibatkan atau dipicu oleh penggalian lereng untuk jalan raya, pembuatan teras pertanian dan perumahan. Longsor merupakan suatu proses geologis yang dapat diartikan sebagai suatu bentuk erosi yang pemindahan bahanbahannya (tanah berikut tanaman atau benda-benda lain diatasnya) terjadi secara tiba-tiba dengan melibatkan volume besar yang meluncur diatas lapisan kedap air yang jenuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi longsor tebing, mengetahui hubungan lerengan dan pemotongan tebing dengan kejadian longsor. Metode pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap persiapan (pengumpulan pustaka dan pembuatan peta kerja), (2) survey lapangan (mengidentifikasi posisi longsor, jenis longsor, waktu terjadinya longsor, kelerengan, dan deskripsi profil tanah) dan (3) analisis data menggunakan program GenStat (mengetahui hubungan antar perlakuan). Penelitian ini dilaksanakan pada titik-titik kejadian longsor yang berlokasi di Desa Wiyurejo, Bendosari, Ngroto dan Mantung, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Sedangkan untuk analisa laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa1. Pada pemotongan tebing 5m kejadian longsor menurun, hal ini disebabkan karena kepadatan perakaran pohon pada pemotongan tebing 4m lebih sedikit dibanding pemotongan tebing 5m yang memiliki sistem perakaran kompleks. Tekstur pada pemotongan tebing 4m lebih didominasi tekstur halus (liat) sedangkan pemotongan tebing 5m memiliki tekstur kasar sehingga memudahkan akar pohon masuk kelapisan tanah bawah. 2. Jumlah kejadian longsor pada kelerengan 66%-105% lebih banyak dibandingkan pada kelerengan 105%-160%. Hal ini disebabkan karena jenis penggunaan lahan pada lereng 66%-105% merupakan lahan perkebunan dengan sistem kepadatan perakaran pohon kuat dan menyebar di lapisan bawah. Fungsi akar pohon disini yaitu sebagai jangkar, memperkuat tegaknya batang pohon dan pohon tidak mudah tumbang pada saat terjadi longsor sehingga tebing tetap stabil. 3. Kejadian longsor pada tanah dengan tekstur lempung berdebu lempung lebih banyak dibandingkan pada tekstur lempung liat berdebu liat. Rongga diantara partikel lempung lebih cepat terisi oleh air dibanding partikel liat, dan air akan lebih cepat menjenuhi partikel lempung, sehingga mudah digerakkan oleh gaya gravitasi bumi sebagai longsor.
English Abstract
Landslide affects human life because of field degradation at forest or agriculture land. Most landslide occurrences are triggered by slope cutting for road construction, terrace strengthening and housing. Landslide is a geology process which can be described as an erotion form with sudden high volume matter displacement which happened on the top of water impermiable soil. The aim of this research were to identify slope landslide and to understand the relation between slope degree and slope cutting to slide occurrences. The research method consist of 3 steps, that is: preparation step (manual gathering and work map making), field survey (slide location, slide type, slide happening and soil profile description) and data analysis using genstat (to know relation between treatment). This research is conducted at slide points located in Wiyurejo, Bendosari, Ngroto and Mantung village, Pujon subdistrict Malang regency. While laboratorium analysis conducted at Soil Major Laboratory, Agriculture Faculty, University of Brawijaya. The Conclusion of this research is: 1. The occurrences of slide decrease at 5m slope cutting because of tree root intensity at 4m slope cutting fewer than 5m slope cutting which have complex root system. Soil texture at 4m slope cutting dominated by smooth texture (clay) as for 5m slope cutting have rough texture and that facilitate root insertion to lower soil layer.2. The occurrences of slide at 66-105% inclination greater than at 105-160% inclination. It is because in 66-105% inclination, the slopes mainly part of plantations which have strong tree roots intensity system and spread in lower soil layers. Tree roots act as anchors, strengthening tree pole standing and make the tree not fall down easily when slide happen, so that the slope unchanged. 3. Slide occurrences at soil with silty loam-loam texture greater than soil with silty clay loam- clay texture. The space between loam particle filled with water more faster than the space between clay particle, and the water saturated loam particle much more faster, so that the soil easily moved by earth gravitational power as slide.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2008/84/050801005 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 31 Mar 2008 10:21 |
Last Modified: | 08 Apr 2022 03:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/128075 |
Preview |
Text
050801005.pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |