Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Dengan Pembagian Peran Gender Pada Usahatani Tebu (Saccharum Officinarum L) : kasus pada Kemitraan Petani Tebu dengan PG Pagotan, Kecamatan Geger Kabupaten Ma

AdhistiSriPuranika (2008) Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Dengan Pembagian Peran Gender Pada Usahatani Tebu (Saccharum Officinarum L) : kasus pada Kemitraan Petani Tebu dengan PG Pagotan, Kecamatan Geger Kabupaten Ma. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pembangunan nasional Indonesia tidak bisa lepas dari peran serta perempuan. Dalam usahatani tebu, perempuan (istri) dan laki-laki (suami) dalam rumah tangga petani yang merupakan satu unit produksi, secara bersama-sama mengusahakan tanaman tebu untuk bahan baku pembuatan gula. Untuk mencapai peningkatan hasil produksi gula, antara petani tebu di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dan PG Pagotan menjalin hubungan pola kemitraan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian terhadap pembagian peran berdasarkan gender di dalam usahatani oleh petani yang bermitra, serta faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi pembagian peran antara perempuan (istri) dan laki-laki (suami) dalam usahatani tebu tersebut. Dari penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: (1) Bagaimana pelaksanaan sistem kemitraan yang terjalin antara petani tebu dengan PG Pagotan? (2) Bagaimana pembagian peran antara perempuan dan laki-laki, yang meliputi aspek aktivitas, aspek akses terhadap informasi dan aspek kontrol dalam usahatani tebu? (3) Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi pembagian peran perempuan dan laki-laki? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendiskripsikan pelaksanaan sistem kemitraan antara petani tebu dengan PG Pagotan, (2) Menganalisis pembagian peran antara petani perempuan dan laki-laki, yang meliputi aspek aktivitas, aspek akses terhadap informasi, dan aspek kontrol dalam usahatani tebu, (3) Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi pembagian peran perempuan dan laki-laki tersebut. Kegunaan dari penelitian ini adalah (1) Sebagai bahan informasi bagi pemegang kebijakan dalam penyusunan kebijakan pengarusutamaan gender serta pengembangan pola kemitraan antara perusahaan dengan petani, (2) Bahan masukan dan pertimbangan bagi petani dalam pencapaian kemakmuran dalam keluarga yang lebih berperspektif gender, (3) Sebagai bahan informasi bagi perusahaan agar menyempurnakan pola kemitraan dengan berperspektif gender, (4) Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif ( descriptive research ), dimana peneliti dimungkinkan menyajikan sejumlah besar informasi mengenai keadaan sosial dan menggambarkan ciri-ciri tertentu dari suatu sampel atau populasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sensus, dalam artian data dikumpulkan dari semua anggota populasi. Prosedur penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi sebanyak 18 rumah tangga petani tebu yang tergabung dalam kemitraan dengan PG Pagotan. Dimana rumah tangga petani tesebut terdiri dari perempuan (istri) dan laki-laki (suami), sehingga total responden berjumlah 35 responden. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan: wawancara terstruktur (dengan menggunakan kuisioner), wawancara mendalam ( Indept interview ), dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis gender. Teknik analisis gender yang digunakan adalah analisis Overhold yang disebut GFA (Gender Frame Work Analysis), meliputi : aspek aktivitas, aspek akses terhadap informasi, dan aspek kontrol. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa : 1. Karakteristik faktor sosial ekonomi petani di daerah penelitian termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan petani didominasi oleh lulusan SLTA, pengalaman petani berusahatani sebagian besar 15-21 tahun, luas lahan yang diusahakan relatif luas dan sebagian besar status kepemilikan lahannya adalah lahan sewa. Selain itu, untuk faktor budaya dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan usahatani tebu, kebiasaan, adat istiadat, dan kepercayaan orang jawa bahwa perempuan hanya bergerak dalam bidang 3M (masak, macak, manak) masih mempengaruhi adanya pembagian peran gender. Terlebih lagi pekerjaan pada tanaman tebu dinilai sebagai pekerjaan berat, keras, dan kurang sesuai bagi perempuan. Perempuan disini hanya mengerjakan pekerjaan perawatan tanaman saja. 2. Program kemitraan antara PG Pagotan dan petani tebu merupakan proyek sosial yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan pada kedua belah pihak. Sistem kemitraan yang terjalin antara petani dengan PG Pagotan didasarkan pada rasa saling percaya dan kekeluargaan. 3. Analisis pembagian peran gender pada petani yaitu : (a) Aspek aktivitas petani dalam usahatani tebu termasuk rendah. Hal ini dikarenakan rata-rata petani tebu yang ada di kecamatan Geger menggunakan tenaga kerja luar rumah tangga atau buruh tani sepenuhnya untuk mengerjakan lahan budidaya tebunya, (b) Aspek akses petani terhadap informasi termasuk rendah juga, hal ini menunjukkan bahwa rendahnya akses petani terhadap informasi mengenai budidaya tebu. Disini terlihat hanya sebagian petani saja yang dapat mengakses dan memperoleh informasi pertanian, karena tidak semua petani mendapatkan kesempatan untuk memperoleh informasi, (c) Aspek kontrol petani dalam usahatani tebu termasuk rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kontrol petani terhadap pengambilan keputusan mengenai pengelolaan budidaya tebu dan pola kemitraan yang dijalin dengan PG Pagotan. 4. Analisis hubungan antara faktor sosial ekonomi dan budaya dengan pembagian peran gender dapat dilihat sebagai berikut : (a) Dari hasil analisis dengan menggunakan Rank Spearman, didapatkan bahwa faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi pembagian peran gender adalah indikator tingkat pengalaman petani berusahatani, luas lahan pertanian, tingkat pendapatan petani dan persepsi terhadap budaya Jawa, (b) Sedangkan faktor sosial ekonomi dan budaya yang tidak mempengaruhi pembagian peran gender adalah indikator tingkat umur petani, tingkat pendidikan, dan status lahan garapan petani, (c) Secara keseluruhan untuk faktor sosial ekonomi dan budaya terdapat hubungan yang nyata dengan pembagian peran gender. Saran yang bisa disampaikan oleh peneliti sebagai berikut : (1) Diperlukan penyuluhan lagi mengenai adanya pembagian kerja dan peran pengambilan keputusan yang baik dalam pengelolaan usahatani tebu khususnya pada rumah tangga petani tebu, (2) Perlu adanya pembagian kerja dan peran intern pada rumah tangga petani itu sendiri yaitu antara suami dan istri, baik dari segi aktivitas pengelolaan usahatani tebu, pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rumah tangga dan lain sebagainya, sehingga dapat menghindari adanya ketimpangan gender.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/368/050803656
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 07 Jan 2009 10:26
Last Modified: 07 Jan 2009 10:26
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127986
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item