Pengendalian Gulma Dengan Campuran Herbisida Glifosat Dan Oxyfluorfen Sebelum Tanam Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L.).

YasminKurniawati (2008) Pengendalian Gulma Dengan Campuran Herbisida Glifosat Dan Oxyfluorfen Sebelum Tanam Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman kedelai (Glycine max L.) memiliki peran penting dalam pangan nasional. Kebutuhan kedelai yang terus meningkat ini tidak diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga menyebabkan impor kedelai terus meningkat dari tahun ketahun. Impor kedelai tahun 2006 telah mencapai 1.100.985 juta ton. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi kedelai di dalam negeri perlu mendapat perhatian, mengingat potensi lahan cukup luas, teknologi, dan sumber daya lainnya cukup tersedia. Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya hasil kedelai di Indonesia diantaranya yakni masalah kekeringan, intensitas hujan yang tinggi saat panen, banjir, serangan hama, dan yang tidak kalah penting ialah adanya kompetisi terhadap gulma. Bila pemeliharaan kurang intensif, maka tanaman kedelai akan berkompetisi dengan gulma, akibatnya hasil panen menurun. Pengendalian gulma dengan satu macam herbisida saja tidak efisien dan menyebabkan beberapa jenis gulma resisten yang makin mempersulit pengendaliannya untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu ada beberapa jenis gulma yang tetap tumbuh dan sulit dikendalikan walaupun pengendalian secara kimiawi telah dilakukan pada saat pengolahan tanah untuk pertanaman kedelai, maka untuk mencegah dan memperkecil peluang pertumbuhan gulma di areal tanaman kedelai dipergunakan lebih dari satu jenis herbisida. Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian dosis herbisida (Moenandir, 1990). Satu cara diantara metode pengendalian gulma ialah mempergunakan kombinasi herbisida glifosat dan oxyfluerfen. Glifosat ialah herbisida yang memiliki sifat non selektif dan sistemik yang dapat mengendalikan sebagian besar gulma perennial. Kelebihan herbisida glifosat ialah membunuh gulma dengan menghambat sintesis asam amino aromatis yang diperlukan untuk membentuk protein pada tanaman. Sedangkan oxyfluorfen ialah herbisida pra tumbuh yang memiliki sifat kontak dan non sistemik. Herbisida oxyfluorfen sangat efektif mengendalikan gulma berdaun lebar dan beberapa jenis rumputrumputan. Didalam tubuh tanaman, herbisida ini bersifat racun pada pada sel-sel tumbuhan yang hidup. Selain itu herbisida oxyfluorfen mempunyai kemampuan menghambat respirasi dan fotosintesis akibatnya pembelahan dan perkembangan sel serta translokasi bahan makanan didaerah meristematik akar dan batang terganggu (Moenandir et al.,1990). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan efektifitas herbisida campuran antara glifosat dan oxyfluorfen yang tepat dalam mengendalikan gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Hipotesis yang diajukan ialah penggunaan herbisida glifosat dan oxyfluorfen pada konsentrasi yang tepat dapat menekan populasi gulma pada areal tanaman kedelai (Glycine max L.). Penelitian dilaksanakan pada bulan pebruari 2008 hingga bulan mei 2008 di desa Dau, Malang Jawa Timur yang terletak pada ketinggian 626 meter dari permukaan laut dengan jenis Alfisol dominasi lempung liat. Penelitian ini dirancang dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 18 petak perlakuan. Adapun perlakuan tersebut meliputi:P1 = tanpa herbisida dengan penyiangan manual; P2 = herbisida oxyfluorfen 100%; P3 = herbisida oxyfluorfen 100%; P4= glifosat 75% dan oxyfluorfen 25%; P5 = glifosat 25% dan oxyfluorfen 75%; P6 = glifosat 50% dan oxyfluorfen 50%. Pengamatan gulma dilakukan dengan cara analisis vegetasi pada umur hari 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam kedelai. Pengamatan pada gulma meliputi: Perhitungan SDR gulma dan Bobot kering gulma. Pengamatan pertumbuhan meliputi jumlah daun, luas daun, tinggi tanaman, laju pertumbuhan relatif dan bobot kering total tanaman. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 15, 30, 45, 60, 75, dan pengamatan panen. Sedangkan pengamatan panen meliputi: jumlah polong total, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, hasil t ha-1 dan bobot 100 biji. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilakukan uji F pada taraf 5 %. Apabila hasil pengujian yang menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 %. Hasil analisis vegetasi awal sebelum perlakuan ditemukan 10 spesies gulma. Spesies gulma Eleusine indica mempunyai nilai SDR tertinggi ialah 27.51%, setelah perlakuan pemberian herbisida campuran glifosat 50 % dan oxyfluorfen 50 % spesies E. indica memiliki nilai SDR paling rendah dengan nilai 1.4 %. Spesies gulma baru yang mulai muncul pada pengamatan umur 4 mst sampai 8 mst ialah Portulaca oleraceae dan Digitaria ascendence. Terdapat empat spesies gulma yang memiliki nilai SDR lebih tinggi dari gulma lainnya, yaitu Ageratum conyzoides, Alternanthera sessilis, Cynodon dactylon dan Cyperus rotundus akibat perlakuan pemberian herbisida. Perlakuan pemberian campuran herbisida glifosat 50 % dan oxyfluorfen 50 % berpengaruh nyata pada jumlah daun, luas daun, laju pertumbuhan relatif, dan bobot kering total tanaman, serta komponen hasil yaitu jumlah polong hampa dan hasil t ha-1. Respon herbisida campuran glifosat 50 % dan oxyfluorfen 50 % menghasilkan kedelai sebesar 1.97 t ha-1.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/324/050803389
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 05 Nov 2008 09:47
Last Modified: 05 Nov 2008 09:47
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127938
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item