DedyMuharam (2008) Studi media tumbuh enceng gondok (Eichhornia crassipes) dan serbuk kayu pada budidaya jamur tiram putih (Pleurotus florida). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Secara alami Jamur Tiram Putih ( Pleurotus florida ) tumbuh pada kayu yang telah mati. Media tumbuh jamur tiram putih yang umumnya digunakan adalah berasal dari serbuk kayu. Seiring dengan perkembangan teknologi budidaya jamur, sekarang ini sudah banyak limbah dari pertanian seperti kulit kacang, daun pisang, ampas tebu, tongkol jagung serta jerami yang dapat digunakan untuk media jamur. Bahan-bahan dari limbah pertanian dan agroindustri dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur tiram asalkan dalam media tersebut terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur tiram untuk pertumbuhannya. Tumbuhan enceng gondok ( Eichhornia crassipes ) adalah tumbuhan herba air yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan sulit untuk diberantas. Jika dilihat dari komposisi kandungan kimia yang terdapat di dalamnya seperti selulosa, lignin, pentosan dan lain-lain, maka enceng gondok dapat dijadikan sebagai media tumbuh Jamur tiram putih. Penelitian dilaksanakan di Desa Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan ketinggian ± 500 m dpl, Suhu rata-rata 24-30ºC dan kelembaban udara berkisar antara 80-90%. Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai Oktober 2007. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleurotus florida) , serbuk enceng gondok, serbuk kayu, dedak, tepung jagung, air dan kapur tohor. Alat yang digunakan meliputi plastik polibag jenis plastik Polypropilen, plastik penutup, cincin, steamer dan cangkul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi enceng gondok sebagai salah satu campuran media tumbuh pada budidaya jamur tiram putih, dengan hipotesis bahwa penggunaan Enceng gondok sebagai campuran media tumbuh pada budidaya Jamur tiram putih dapat memberikan hasil yang relatif sama dengan media tumbuh dari serbuk kayu (kontrol) Metode rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdiri dari 6 perlakuan yang masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Masing-masing ulangan terdapat 10 baglog. Maka dari keseluruhan perlakuan terdapat 180 baglog atau media tumbuh. Perlakuan tersebut adalah : 1. A = (100% serbuk kayu : dedak : tepung jagung = 20:4:1 (kontrol) 2. B = (80% serbuk kayu + 20% enceng gondok + dedak + tepung jagung) 3. C = (60% serbuk kayu + 40% enceng gondok + dedak + tepung jagung) 4. D = (40% serbuk kayu + 60% enceng gondok + dedak + tepung jagung) 5. E = (20% serbuk kayu + 80% enceng gondok + dedak + tepung jagung) 6. F = ( 100% enceng gondok + dedak + tepung jagung) = 20:4:1 Parameter pengamatan yang dilakukan meliputi pertumbuhan miselium (cm), saat muncul badan badan buah ( pin head ) pertama (HSI), saat panen pertama (HSI), diameter badan buah (cm), frekuensi panen (kali), berat segar total badan buah (gram). Analisis data menggunakan analisis (uji F) taraf 5 % dan apabila terjadi beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %. Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan yang terdiri dari campuran antara serbuk kayu dan enceng gondok memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap parameter panjang miselium, saat muncul badan buah ( pin head ) pertama, panen pertama, berat segar badan buah, serta frekuensi panen. Perlakuan dengan media tumbuh yang memiliki proporsi serbuk kayu yang lebih banyak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan media dari enceng gondok. Perlakuan A (100% serbuk kayu + dedak + tepung jagung) memiliki hasil yang paling baik dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, seperti pada parameter panjang miselium pada 25 hsi yaitu 13,67 cm, saat munculnya pin head pertama yaitu 33,47 hsi, saat panen pertama yaitu 38,23 hsi, berat segar total badan buah yaitu 363,83 gram serta frekuensi panen yaitu 5 kali. Sedangkan untuk diameter tudung buah, perlakuan E (20% serbuk kayu + 80% enceng gondok + dedak + tepung jagung) memiliki diameter tudung buah yang paling lebar dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya yaitu 7,41 cm. Sedangkan perlakuan F (100% enceng gondok + dedak + tepung jagung) memiliki hasil yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya terhadap beberapa parameter seperti panjang miselium pada 25 hsi yaitu 8,29 cm, saat muncul pin head pertama yaitu 106,73 hsi, saat panen pertama yaitu 109,53 hsi, berat segar total badan buah yaitu 37,16 gram serta frekuensi panen yaitu 1 kali. Pada parameter diameter tudung buah, perlakuan dengan diameter tudung buah yang terendah adalah pada perlakuan D (40% serbuk kayu + 60% enceng gondok) + dedak + tepung jagung) yaitu 6,67 cm.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2008/26/050800349 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 25 Feb 2008 11:42 |
Last Modified: | 25 Feb 2008 11:42 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127870 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |