Pengaruh Aplikasi Gibberellic Acid (GA3) dan Naphthalene Acetic Acid (NAA) terhadap Keberhasilan Pembuahan pada Anggrek Oncidium

NurIndahPuspitaWardhani (2008) Pengaruh Aplikasi Gibberellic Acid (GA3) dan Naphthalene Acetic Acid (NAA) terhadap Keberhasilan Pembuahan pada Anggrek Oncidium. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias dengan prospek yang baik. Oleh karena itu diperlukan metode pemuliaan untuk menghasilkan anggrek baru yang lebih baik. Salah satu jenis anggrek adalah Oncidium, dimana genus ini merupakan salah satu dari beberapa jenis anggrek dengan tingkat keberhasilan pembuahan yang rendah. Penggunaan hormon, seperti GA 3 dan NAA pada saat persilangan diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan persilangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan GA3 dan NAA terhadap keberhasilan pembuahan pada anggrek Oncidium . Hipotesis yang diajukan adalah bahwa pemberian GA3 dan NAA pada stigma anggrek Oncidium sebelum penyerbukan dapat mempertahankan keberhasilan pembuahan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 di desa Slamet Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang dan Laboratorium Bioteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tusuk gigi, kertas label, pensil, cawan petri, mikroskop cahaya, kaca obyek, kaca penutup, gelas ukur dan pH meter, serta pipet. Bahan – bahan yang digunakan larutan IKI, sukrosa, asam borax, kalsium nitrat, dan aceto-orcein 1%, serta GA3 dan NAA. Oncidium yang digunakan dalam persilangan adalah Oncidium maculatum , Onc. sphacelatum , Onc. Sherry Baby. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan RAL Faktorial dengan 2 faktor, yaitu persilangan anggrek dan pemberian hormon, dengan 3 ulangan masing-masing ulangan terdapat 4 bunga yang disilangkan. Faktor pertama adalah kombinasi persilangan (C), yaitu C1 = Onc. maculatum ( selfing ), C2 = Onc. maculatum × Onc. Sherry Baby, C3 = Onc. maculatum × Onc. sphacelatum , C4 = Onc. Sherry Baby (selfing), C5 = Onc. Sherry Baby × Onc. maculatum , C6 = Onc. Sherry Baby × Onc. sphacelatum , C7 = Onc. sphacelatum ( selfing ), C8 = Onc. sphacelatum × Onc. maculatum , C9 = Onc. sphacelatum × Onc. Sherry Baby. Faktor kedua adalah pemberian hormon (H), yaitu H1 = tanpa pemberian hormon (kontrol), H2 = 100 ppm GA3, H3 = 100 ppm NAA. Data yang diperoleh dianalisis ragam (uji F) taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%. Metode penelitian meliputi persilangan resiprok, aplikasi hormon, pengujian sterilitas polinia, pengujian viabilitas polinia, pengamatan anatomi stigma anggrek, dan pengamatan meiosis. Variabel pengamatan meliputi keberhasilan persilangan, persentase polinia fertil, persentase perkecambahan polinia, dan pengamatan meiosis. Hasil pengujian fertilitas dengan metode IKI menunjukkan bahwa polen Onc. maculatum, Onc. sphacelatum , dan Onc. Sherry Baby memiliki persentase fertilitas yang tinggi, yaitu 95,51%, 90,33%, dan 96,86%. Tingginya persentase fertilitas polen tidak diikuti oleh persentase viabilitas polen yang hanya 28,11% pada Onc. maculatum , 14,42% pada Onc. sphacelatum , dan 24,93% pada Onc. Sherry Baby. Kenormalan pembelahan meiosis yang rendah ditandai dengan rendahnya persentase tetrad yang teramati, yaitu 52,31% pada Onc. maculatum , 36,78% pada Onc. sphacelatum , dan 42,31% pada Onc. Sherry Baby. Secara keseluruhan penyerbukan sendiri memberikan hasil yang lebih rendah daripada penyerbukan silang. Penggunaan Onc. sphacelatum sebagai induk jantan memberikan hasil terendah dibandingkan kedua induk jantan yang lain. Sedangkan hasil tertinggi diperoleh pada persilangan dengan Onc. maculatum sebagai induk jantan. Onc . Sherry Baby yang digunakan sebagai induk betina memberikan hasil fruit set tertinggi dibandingkan dengan Onc. sphacelatum dan Onc. maculatum . Jumlah fruit set terbanyak diperoleh pada persilangan Onc. Sherry Baby × Onc. maculatum . Kegagalan penyerbukan sendiri pada seluruh perlakuan mengindikasikan adanya inkompatibilitas sendiri pada Oncidium . Pengaruh hormon terhadap keberhasilan persilangan terlihat dari jumlah buah yang terbentuk pada masing-masing perlakuan hormon pada akhir pengamatan (110 hsp). Pada 110 hsp buah hanya terdapat pada perlakuan NAA. Buah terbentuk pada persilangan Onc. maculatum × Onc. Sherry Baby, Onc. Sherry Baby × Onc. maculatum , Onc. sphacelatum × Onc. maculatum , dan Onc. sphacelatum × Onc. Sherry Baby. Jumlah buah tertinggi diperoleh pada persilangan dengan perlakuan NAA. Persentase keberhasilan pembuahan tertinggi, yaitu 100%, diperoleh pada persilangan Onc. Sherry Baby × Onc. maculatum. Sedangkan keberhasilan pembuahan resiproknya adalah 50%. Pada Onc. sphacelatum × Onc. maculatum persentase pembuahannya adalah 66,67%, dan Onc. sphacelatum × Onc. Sherry Baby 33,33%. Persilangan dengan perlakuan kontrol dan GA3 gagal menghasilkan buah, menunjukkan bahwa GA3 tidak dapat membantu keberhasilan pembuahan.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/250/050802595
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 10 Sep 2008 14:17
Last Modified: 10 Sep 2008 14:17
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127858
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item