Toleransi Plasma Nutfah Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp.) Terhadap Cekaman Aluminium

AgungSriRejeki (2008) Toleransi Plasma Nutfah Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp.) Terhadap Cekaman Aluminium. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Vigna unguiculata (L.) Walp. di Indonesia dikenal dengan nama kacang tunggak atau kacang tolo (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman ini telah lama dibudidayakan di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditas kacang tunggak di Indonesia adalah tingkat kompetisi dengan komoditas lain dalam memperoleh lahan yang potensial/subur. Sehingga untuk mempertahankan keberadaannya, pengembangan kacang tunggak harus diarahkan ke lahan yang sub optimal. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas kacang tunggak di lahan sub optimal adalah kemasaman tanah dan keracunan Aluminium (Al). Langkah awal yang penting dilakukan adalah menyediakan sumber genetik tanaman kacang tunggak toleran terhadap cekaman Al melalui skrining dan evaluasi plasma nutfah. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan genotipe kacang tunggak yang toleran terhadap cekaman aluminium. Hipotesis yang diajukan yaitu diantara plasma nutfah kacang tunggak yang dievaluasi terdapat beberapa genotipe yang toleran terhadap cekaman aluminium. Manfaatnya untuk menyediakan informasi genetik dan sumber genetik plasma nutfah kacang tunggak yang toleran terhadap cekaman aluminium bagi perakitan varietas unggul. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman-Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: pH meter, timbangan digital, petridis, gelas ukur, gelas kimia, labu ukur, stearer, gunting, pinset, pipet, corong, botol, botol semprot, erlenmeyer, gelas arloji, kertas, magnet pengaduk, tisu, silet, cutter, penggaris, milimeter blok, amplop kecil, toples transparan, label, aluminium foil, oven. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah: akuades, larutan stok 2000 ppm Al dari AlCl3.6H20, KIO (Kalium Iodida) 0,02% (w/v); pewarna hematoxylin 0,2% (w/v); larutan NaOH 1 N; H2SO4 0,4 N dan 50 genotipe kacang tunggak. Percobaan dilakukan dalam dua tahap dengan menggunakan larutan Al yaitu percobaan pertama menentukan batas kritis konsentrasi yang sesuai untuk skrining bahan genetik pada percobaan kedua, dan percobaan kedua adalah skrining genetik plasma nutfah kacang tunggak pada konsentrasi larutan Al hasil percobaan pertama. Pada percobaan pertama, menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang diulang tiga kali, Faktor I adalah konsentrasi Al (0 ppm Al, pH 7,0 dan pH 4,0; berikutnya 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 ppm Al masing-masing pada pH 4,0) dan Faktor II adalah tiga genotipe kacang tunggak. Sedangkan percobaan kedua ditujukan untuk menilai toleransi genotipe plasma nutfah kacang tunggak terhadap cekaman Al, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diulang dua kali, masing-masing pada dua perlakuan Al. L1 adalah 0 ppm AL, pH netral (pH 7,0); L2 adalah batas kritis konsentrasi Al hasil percobaan pertama dan sebagai perlakuan adalah 50 genotipe kacang tunggak. Parameter pengamatan meliputi, panjang akar, panjang hipokotil, panjang epikotil, jumlah daun, berat kering akar, berat kering kecambah dan skoring toleransi terhadap cekaman aluminium. Untuk menentukan parameter pengamatan yang tercekam digunakan Intensitas Cekaman berdasarkan Fernandez (1993). Toleransi genotipe kacang tunggak terhadap cekaman Al dihitung dengan rumus Indeks Toleransi Cekaman (ITC) mengacu Fernandez (1993). Batas seleksi (bs) dihitung dengan bs=μ+k.σ (Kasno, 1992). Genotipe yang memiliki nilai lebih besar dari nilai batas seleksi dan dipadukan dengan skoring pewarnaan hematoksilin dipilih sebagai genotipe yang toleran terhadap cekaman. Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa batas kritis konsentrasi Al untuk skrining plasma nutfah kacang tunggak adalah 65 ppm, pH 4,0 berdasarkan penurunan hasil 50% pada panjang akar. Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa parameter panjang akar dan berat kering akar mengalami cekaman paling besar dibandingkan dengan karakter yang lain, yaitu sebesar 0,519 dan 0,25. Respon genotipe kacang tunggak terhadap cekaman yang terjadi berdasarkan indeks toleransi cekaman (ITC) pada panjang akar, berat kering akar adalah 0,17-1,25; 0,32-1,74 serta skor pewarnaan hematoxilin berkisar antara 2,0-5,0. Berdasarkan nilai indeks toleransi (ITC) panjang akar dengan batas seleksi 30% serta dipadukan dengan skoring pewarnaan hematoksilin, terdapat enam genotipe yang teridentifikasi toleran terhadap cekaman aluminium pada yakni MLG 17051, MLG 17112, MLG 17055,KT 4 dan KT2. Berdasarkan nilai indeks toleransi (ITC) berat kering akar dengan batas seleksi 30% serta dipadukan dengan skoring pewarnaan hematoksilin, terdapat dua genotipe yang teridentifikasi toleran terhadap cekaman aluminium pada yakni MLG 17006 dan MLG 17035.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/227/050802311
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 28 Aug 2008 08:42
Last Modified: 28 Aug 2008 08:42
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127831
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item