Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Tebu dalam Mengikuti Kemitraan dengan Pabrik Gula Ngadirejo : studi Kasus Di Desa Purwodadi, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri

AnitaWulandari (2008) Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Tebu dalam Mengikuti Kemitraan dengan Pabrik Gula Ngadirejo : studi Kasus Di Desa Purwodadi, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tebu memegang peranan penting terhadap perekonomian nasional yaitu sebagai bahan baku industri makanan dan minuman serta merupakan bahan baku utama gula. Secara nasional, konsumsi gula terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk tetapi produksi gula relatif tetap. Sejak tahun 1980-an, Indonesia mengalami kesenjangan antara produksi gula nasional dengan kebutuhan gula domestik, puncaknya terjadi pada tahun 1999 (Subiyono dan Rudi, 2005). Untuk memenuhi kebutuhan domestik tersebut perlu dilakukan modernisasi baik di tingkat petani tebu maupun kinerja di pabrik gula untuk meningkatkan produksi gula agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam upaya meningkatkan produksi gula serta mendukung keberhasilan Program Swasembada Gula Nasional, di Jawa Timur dilaksanakan reformasi di bidang pergulaan nasional telah berlangsung sejak akhir 1997 melalui Inpres Nomor 9/1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi. Dengan Inpres nomor 5/1998 jo Inpres Nomor 5/1997 tentang Program Pengembangan Tebu Rakyat dengan dasar Undang-Undang 12/1992 tentang budidaya tanaman, Inpres Nomor 9/1975 dicabut dan selanjutnya berkembang perubahan-perubahan antara lain petani memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya, yang semula segala sesuatunya diatur berdasarkan program pemerintah. Sistem Bimas (Bimbingan Massal) diganti dengan sistem kemitraan. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1). Seberapa besar peningkatan pendapatan petani mitra dengan adanya kemitraan jika dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra; 2). Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam mengikuti kemitraan dengan pabrik gula; 3). Bagaimana pola kemitraan yang ideal yang diterapkan dalam kemitraan antara petani tebu dengan Pabrik Gula. Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Untuk menganalisis peranan kemitraan terhadap peningkatan pendapatan petani tebu mitra jika dibandingkan dengan petani non mitra; 2). Untuk menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang memepengaruhi pengambilan keputusan petani tebu dalam mengikuti kemitraan; 3). Untuk mengetahui pola kemitraan yang ideal yang diterapkan dalam kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula. Hipotesis yang diajukan adalah: 1). Diduga pendapatan petani tebu mitra lebih tinggi daripada petani tebu mandiri; 2). Diduga bahwa umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan pengaalaman berusahatani adalah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam mengikuti kemitraan; 3). Pola kemitraan yang dilakukan antara Pabrik Gula dengan petani tebu adalah saling menguntungkan. Penelitian ini dilakukan secara sengaja di Desa Purwodadi, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Pengambilan sample menggunakan Cluster simple random sampling , dengan jumlah sample untuk petani kemitraan adalah 12 petani dan petani non kemitraan adalah 31 petani. Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rata-rata biaya produksi per hektar dalam satu kali musim tanam untuk petani kemitraan adalah Rp 21.703.001,29 dan untuk petani non kemitraan adalah Rp 15.821.170,31. Rata-rata penerimaan per hektar dalam satu kali musim tanam untuk petani kemitraan adalah sebesar Rp 34.595.360,70 dan penerimaan untuk petani non kemitraan adalah sebesar Rp 23.258.414,10. Rata-rata pendapatan per hektar dalam satu kali musim tanam untuk petani kemitraan adalah Rp 8.892.359,41 dan pendapatan petani non kemitraan adalah Rp 7.437.243,79. Dari hasil uji F bahwa nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (4,401>4,079) yang berarti varianya berbeda. Dengan menggunakan bantuan software SPSS, didapatkan nilai thitung adalah 2,972 dan nilai ttabel, adalah 1,683. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel, (2,972 > 1,683) sehingga H1 diterima dan H0 ditolak pada selang kepercayaan 95% yang berarti bahwa antara rata-rata pendapatan usahatani petani tebu kemitraan dan petani tebu non kemitraan berbeda nyata. Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani dalam mengikuti kemitraan dilakukan pengujian menggunakan analisis logit. Ada lima variable yang diuji yaitu umur petani (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah tanggungan keluarga (X3), luas lahan (X4) dan pengalaman berusahatani (X5). Dari hasil analisis logit diperoleh persamaan sebagai berikut: = ⎟⎠ ⎞ ⎜⎝ ⎛ − = 1 P Y Ln P 0,00020 + 0,232X1 + 0,867X2 + 0,998X3 + 0,999X4 + 0,998X5 Dari hasil analisis logit ada satu parameter estimasi yang signifikan pada tingkat signifikansi 5% yaitu luas lahan (X4) sedangkan untuk parameter estimasi umur petani (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah tanggungan keluarga (X3) dan pengalaman berusahatani (X5) tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Dengan menggunakan Mahoney Framework diketahui bahwa kemitraan antara petani tebu di Desa Purwodadi dengan PG. Ngadirejo merupakan suatu bentuk kerjasama organisasi formal yang berupa clan Dalam kerjasama berupa clan , sistem kekeluargaan memiliki peran yang kuat dalam mengikuti kemitraan dengan Pabrik Gula. Adanya koneksitas dan adanya akses ke pabrik gula memudahkan petani tebu untuk menjalin kemitraan. Pola kemitraan yang ideal antara petani tebu di Desa Purwodadi dengan PG. Ngadirejo kerjasama formal organisasi yang berupa join venture. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1). Pendapatan usahatani tebu petani kemitraan lebih tinggi daripada pendapatan petani non kemitraan (mandiri). Hasil dari uji beda rata-rata menunjukkan bahwa pendapatan petani tebu kemitraan dan petani tebu non kemitraan (mandiri) berbeda nyata; 2). Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk mengikuti kemitraan adalah luas lahan (X4). Semakin luas lahan lahan yang dimiliki petani, maka semakin berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani tebu untuk mengikuti kemitraan dengan PG.Ngadirejo; 3). Kemitraan yang ideal antara petani tebu dengan PG. Ngadirejo adalah kerjasama formal organisasi yang berbentuk clan . Sedangkan kerjasama yang ideal bagi petani tebu dengan PG. Ngadirejo adalah join venture. Saran yang dapat diberikan adalah: 1). Pabrik Gula Ngadirejo diharapkan dapat menerapkan pola kemitraan yang ideal yaitu joint venture ; 2). Dalam mengikuti kemitraan petani harus memperhatikan berbagai faktor agar tidak mengalami kerugian dalam usahatani tebunya; 3). Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menganalisi faktor-faktor sosial ekonomi terhadap pengambilan keputusan tidak hanya memasukkan variabel umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan pengalaman berusahatani tetapi perlu memasukkan variabel lain seperti penghasilan petani di luar usahatani tersebut, pendapatan petani musim sebelumnya dan faktor lainnya.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/205/050802004
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 20 Aug 2008 09:50
Last Modified: 20 Aug 2008 09:50
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127808
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item