Pengendalian gulma pada pola tanam tumpangsari melalui pengaturan jumlah tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) per lubang dan frekuensi penyiangan

MeutiaRahmi (2008) Pengendalian gulma pada pola tanam tumpangsari melalui pengaturan jumlah tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) per lubang dan frekuensi penyiangan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Produktivitas sumber daya lahan sebagai penghasil produk pertanian terutama tanaman pangan sangat perlu diperhatikan. Upaya peningkatan produktivitas lahan yang dilakukan, salah satunya ialah melalui intensifikasi lahan dengan penerapan pola usahatani secara tumpangsari. Tumpangsari antara tanaman jagung dengan tanaman kedelai sudah umum diterapkan oleh sebagian besar petani di Indonesia dengan sasaran optimalisasi pemanfaatan lahan sehingga diperoleh keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem penanaman secara monokultur. Keuntungan lain yang diperoleh dari penanaman secara tumpangsari adalah dengan hadirnya tanaman sela dapat segera menutup permukaan tanah sehingga secara langsung dapat menekan pertumbuhan gulma secara alami. Pemilihan cara budidaya yang tepat dan dipadukan dengan usaha lain seperti penyiangan pada saat bersamaan akan mengurangi persaingan. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan hasil yang optimal. Cara-cara yang dikombinasikan dengan tujuan meminimalkan terjadinya kompetisi dalam pola tanam tumpangsari terutama akibat adanya gulma diarahkan untuk mendapatkan interaksi yang positif. Tujuan penalitian ini ialah (1) mempelajari pengaruh pengaturan jumlah tanaman jagung manis/lubang dan frekuensi penyiangan sebagai usaha pengendalian gulma; (2) menentukan jumlah tanaman jagung manis/lubang yang tepat sehingga mampu mengurangi keberadaan gulma di area penanaman; (3) menentukan tingkat frekuensi penyiangan yang tepat dalam pengendalian gulma. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah (1) tanaman jagung manis yang ditanam dengan 3 tanaman/lubang dan disertai dengan penyiangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma; (2) penanaman dengan kepadatan populasi 3 tanaman jagung manis/lubang dapat mengurangi keberadaan gulma di area penanaman tanaman jagung manis yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman kedelai; (3) penyiangan dengan frekuensi 2 kali mampu menghambat pertumbuhan gulma. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang pada bulan Juni hingga September 2007. Alat yang digunakan ialah cangkul, meteran, timbangan, jangka sorong, kuadran ukuran 50 cm x 50 cm, oven, leaf area meter (LAM), sprayer dan lightmeter. Sedangkan bahan yang digunakan ialah benih jagung manis var. Bisi Sweet 1, benih kedelai var. Wilis, pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Metode penelitian yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi dengan 3 kali ulangan. Jumlah tanaman jagung manis/lubang ditempatkan sebagai petak utama yang terdiri dari 3 macam, yaitu T0 : 1 tanaman/lubang; T1 : 2 tanaman/lubang; T2 : 3 tanaman/lubang. Sedangkan perlakuan penyiangan ditempatkan sebagai anak petak dan terdiri dari 3 macam, yaitu S1 : tanpa penyiangan; S2 : penyiangan 1 kali pada umur 18 hst (fase kritis tanaman); S3 : penyiangan 2 kali pada saat umur 18 hst dan 45 hst (fase kritisdan fase vegetatif akhir). Pengamatan dilakukan secara destruktif pada tanaman jagung manis, kedelai, dan gulma. Pengamatan pada tanaman jagung manis, kedelai dan gulma dilakukan pada saat yang bersamaan, yaitu saat tanaman jagung berumur 10, 25, 40, 55 hst dan panen. Parameter yang diamati pada tanaman jagung manis dan kedelai meliputi komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Komponen pertumbuhan pada tanaman jagung meliputi: Tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman dan komponen hasil meliputi: Jumlah tongkol/tanaman, bobot tongkol berklobot, diameter tongkol kupas, panjang tongkol kupas, bobot tongkol kupas, hasil ton ha-1. Sedangkan komponen pertumbuhan pada tanaman kedelai meliputi: Jumlah cabang/tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman dan komponen hasil meliputi: Jumlah polong/tanaman, bobot polong/tanaman, bobot biji/tanaman, bobot 100 biji, hasil ton ha-1. Pada gulma, parameter yang diamati meliputi analisis vegetasi dan bobot kering gulma. Parameter lainnya yang diamati ialah pengukuran besarnya distribusi intensitas cahaya matahari dalam pola tanam tumpangsari. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % dan dilanjutkan dengan uji duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tanaman jagung manis/lubang dan frekuensi berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan dan komponen hasil dari tanaman jagung manis dan kedelai. Interaksi kedua perlakuan tersebut berpengaruh nyata pada bobot kering gulma. Bobot kering gulma yang paling rendah terdapat pada hasil interaksi masing-masing jumlah tanaman jagung manis dengan penyiangan pada frekuensi 2 kali. Tanaman jagung manis yang ditanam dengan 3 tanaman/lubang memberikan hasil (ton ha-1) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya sebesar 14,18 ton ha-1, sedangkan penyiangan pada frekuensi 1 dan 2 kali juga memberikan hasil (ton ha-1) tanaman jagung manis yang paling tinggi. Pada tanaman kedelai, hasil (ton ha-1) yang paling tinggi diperoleh pada penanaman dengan 1 tanaman jagung manis/lubang. Frekuensi penyiangan pada tanaman kedelai mampu meningkatkan hasil sebesar 9,09%.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2008/100/050801200
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 22 Apr 2008 10:58
Last Modified: 21 Oct 2021 06:26
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127700
[thumbnail of 050801200.pdf]
Preview
Text
050801200.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item