Analisis Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik : kasus: Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan pada Paguyuban Petani Kerjasama (PAKER) Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang

RoyGindoS (2007) Analisis Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik : kasus: Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan pada Paguyuban Petani Kerjasama (PAKER) Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Dalam pembangunan pertanian, kebanyakan negara sedang berkembang sangat menekankan penggunaan teknologi modern guna meningkatkan produktivitas sektor pertaniannya. Revolusi Hijau telah dijadikan dasar pembangunan di negara-negara tersebut. Teknologi pertanian yang intensif tersebut memang mampu meningkatkan produksi pangan. Tetapi, pertanian industri menunjukan tanda-tanda yang semakin tidak efisien (biaya produksi meningkat sedangkan produksi merosot) dan lingkungan terganggu atau menyebabkan krisis ekologi. Pada saat ini perhatian untuk melaksanakan praktek pertanian organik dalam membangun kesuburan tanah semakin besar. Salah satunya adalah program Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan yang digagas oleh Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) Jawa Timur yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Malang. Seperti halnya dalam usahatani padi semi organik yang dikembangkan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sehat dengan harapan dapat menekan biaya produksi sehingga pendapatan petani meningkat serta menjaga kesuburan tanah dan ekosistem lingkungan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan hasil pengamatan Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan, (2) Menganalisis perbedaan biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi semi organik dibandingkan usahatani padi anorganik (3) Mengukur persepsi petani mengenai budidaya padi semi organik. Penelitian ini dilakukan di desa Kemiri, desa Jenggolo, desa Sengguruh dan desa Mangunrejo kecamatan Kepanjen, kabupaten Malang dengan pertimbangan bahwa di tempat tersebut terdapat paguyuban petani yang sedang melaksanakan program Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis biaya, penerimaan dan pendapatan, analisis R/C rasio, analisis uji beda rata-rata dan pengukuran skala Likert. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Dari hasil pengamatan Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan menunjukkan rata-rata tinggi tanaman padi semi organik lebih tinggi dibandingkan padi anorganik serta jumlah anakan, jumlah malai per rumpun, jumlah bulir per malai dan hasil gabah kering panen padi semi organik lebih banyak dibandingkan padi anorganik (2) Biaya rata-rata per hektar yang dikeluarkan oleh petani padi semi organik adalah sebesar Rp. 3.707.597,6,- penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. 15.030.362 dan pendapatan yang di dapat sebesar Rp. 11.322.764,4,- dimana R/C rasionya adalah sebesar 4,04 sedangkan biaya rata-rata per hektar yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik adalah sebesar Rp. 2.986.795,23,- penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. 13.493.341,- dan pendapatan yang di dapat sebesar Rp. 10.506.545,77,- dimana R/C rasionya adalah sebesar 4,52. Dari uji beda rata-rata biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi semi organik dibandingkan usahatani padi anorganik adalah tidak berbeda nyata. (3) Tingkat persepsi petani mengenai budidaya padi secara semi organik dinilai dari karakteristik sifat-sifat inovasi mempunyai nilai rata-rata sebesar 21,71 atau sebesar 80,41 % dari skor maksimal 27 dengan kategori positif. Oleh karena itu saran yang dapat diberikan adalah (1) Sebaiknya program Sekolah Lapang Pertanian Berkelanjutan tidak hanya dijadikan sebagai proyek semata, tetapi terus ditindaklanjuti sampai petani berusahatani padi organik murni sesuai dengan tujuan awal. (2) Sebaiknya petani mulai beralih ke usahatani padi semi organik karena dapat memperbaiki keadaan tanah dan meningkatkan kesuburan tanaman, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani sendiri. (3) Sebaiknya LPKP Jatim dan Dinas Pertanian Kabupaten Malang perlu mencarikan pasar beras semi organik dengan harga yang lebih mahal agar petani lebih termotivasi.

English Abstract

In agriculture development, mostly developing country are very emphasize in use modern technology to increase their productivity in that sector. Green revolution has been used as a base development in developing country. The intensif use of agriculture technology actually can increase food production. But, the signal show that’s more inefficient and the environment become damage or cause the ecology crisis. In this time, attention for doing practical organic agriculture that can build soil fertility become bigger. Example, the programme of agriculture continuity field school that’s concept by LPKP East Java that work together with Agriculture Official Malang Regency. In cultivation of paddy semi organic, farmer have hopes to push their cost production and can full their health food needs. Then, the income can increase and keep the soil fertile and also the environment ecosystem. This research purposes for: 1) to description the result implementation of Agriculture Continuity Field School, 2) to analysis the difference in cost, revenue and income between paddy semi organic cultivation and anorganic cultivation, and 3) to analysis the farmer’s perception about the paddy semi organic cultivation. This research has been carried out in Kemiri, Jenggolo, Sengguruh, and Mangunrejo Village, Kepanjen Disrict, Malang Regency with reason choose those locations are because in that villages found the “Paguyuban Petani” that were doing programme Agriculture Continuity Paddy Field School. The data analysis method that used were qualitative descriptive, income, revenue and cost, also likert scale analysis. The result from this observation show: 1) the average of plant height of paddy semi organic is higher than paddy anorganic as well as the average panicle quantity per hill. grain quantity per hill and tiller harvest production of paddy semi organic are more much than paddy anorganic, 2) the average cost per ha in paddy semi organic cultivation is Rp 3.716.064,26, and the revenue is Rp 15.030.362, then the income is Rp 11.314.297,74, where the R/C from paddy semi organic cultivation is 4,04. Meanwhile the average cost per ha in paddy anorganic cultivation is Rp 2.995.470,22, and the revenue Rp 13.493.341, then the income is Rp 10.497.870,78, where the R/C from paddy anorganic cultivation is 4,52. The average cost, revenue, and income test of paddy semi organic cultivation are not different with paddy anorganic cultivation, 3) the farmer’s perception about paddy semi organic cultivation that based on five variables is 21,72 or 80,41 % of maximal scor 27 by positive kategory Because of that, suggestions that can give are: 1) as well, the programme of Agriculture Continuity Field School is not only as a project, but there are the continuity implementation until the farmer to do paddy organic cultivation, 2) as well, farmer begins switch to paddy semi organic cultivation because it can improve soil and increase plant fertility, finally it will increase the farmer’s income, 3) as well, LPKP East Java and Agriculture Official Malang Regency are necessary find the organic rice market with more expensive price in order that farmer have more motivation to do paddy semi organic cultivation.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2007/445/050703188
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 07 Dec 2007 08:57
Last Modified: 21 Oct 2021 06:07
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127645
[thumbnail of 050703188.pdf]
Preview
Text
050703188.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item