RoichanArif (2007) Karakteristik Morfologi Tanah dan Bidang Gelincir Lokasi Bencana Longsor di Sub DAS Kaliputih, Jember. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kejadian longsor yang cukup besar telah terjadi pada kawasan Sub DAS Kaliputih tepatnya di Kecamatan Panti Kabupaten Jember, Jawa Timur. Perubahan penggunaan lahan dalam waktu yang lama telah mempengaruhi perkembangan tanah di kawasan ini sehingga berpengaruh terhadap sifat tanah baik secara morfologi maupun sifat tanah yang lain misalnya sifat fisika, kimia maupun biologinya. Diduga bahwa adanya perbedaan karakter morfologi tanah pada daerah longsor dan yang tidak terjadi longsor, yaitu perbedaan warna tanah akibat perubahan penutupan lahan dan perbedaan solumnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka karakteristik morfologi tanah perlu dilakukan penelitian untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan pada daerah yang berpotensi longsor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik morfologi tanah dan bidang gelincir pada area yang terjadi longsor dan tidak terjadi longsor; serta mengetahui sifat morfologi tanah yang penting dalam mempengaruhi kejadian longsor. Hipotesis yang diambil adalah 1) Longsor terjadi pada tanah dengan ukuran partikel lebih halus dilapisan subsoil daripada lapisan diatasnya, 2) Solum yang lebih dangkal penjenuhan lebih cepat dengan kondisi batuan di bawahnya yang tidak stabil berpotensi longsor, dan 3) Longsor terjadi pada tanah dengan karakter warna yang lebih terang sebagai akibat kurangnya penutupan lahan. Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Kaliputih, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Tahapan penelitian meliputi identifikasi data sekunder, survei cepat, survei detail dan pelaporan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Penelusuran kawasan longsor di Sub DAS Kaliputih selama survei cepat ditemukan 41 titik longsor. Kejadian longsor dijumpai pada 4 landform, antara lain 11 titik longsor pada landform Ms3, 21 titik longsor pada landform Hs2, 5 titik longsor pada landform Hs3, dan 3 titik longsor pada landform Hs4. Longsor di wilayah studi (Hs3, Hs4, Hs2, dan Ms3) terjadi pada tekstur atas yang lebih kasar 1,5-2 kali daripada lapisan bawah, sedangkan pada lokasi tidak longsor memiliki kombinasi yang umumnya lebih halus untuk tiap lapisan. 2. Lokasi longsor (Hs3, Hs4, Hs2, dan Ms3) memiliki karakteristik warna lebih terang dari lokasi tidak longsor, Hal ini mencerminkan penutupan lahan yang kurang di lokasi longsor. Perbedaan warna tersebut ditunjukkan dengan nilai chroma di lokasi longsor yang lebih tinggi 1 atau 2 unit dari lokasi tidak longsor. Hal tersebut juga diperlihatkan dengan kandungan bahan organik pada lokasi longsor memiliki nilai lebih rendah dari lokasi tidak longsor. 3. Hasil pengamatan solum tidak terdapat perbedaan antara lokasi longsor dan tidak longsor, tetapi terdapatnya kondisi batuan yang labil pada kedalaman tertentu yang terletak diatas lapisan kedap air akan dapat memicu terjadinya longsor.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2007/440/050703140 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 14 Dec 2007 10:12 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 06:06 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127642 |
Preview |
Text
050703140.pdf Download (7MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |