OnyKristanto (2007) Persepsi masyarakat tentang hutan dan proses-proses sosial yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan pertanian-hutan (Agroforestry). : kasus perambah hutan di Dusun Lemah Putih, Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Hutan adalah sumberdaya alam yang dapat memberikan manfaat berlipat ganda, baik manfaat yang langsung maupun tidak langsung. Pemotongan pohon didaerah hulu telah menyebabkan terjadinya banjir hingga airnya sampai menggenangi jalan raya. Karena air yang dari atas turun dan menggenangi lahan masyarakat bawah tersebut, masyarakat bawah dilaporkan sempat marah dan mau melakukan demo kemasyarakat Sumberbrantas. Namun konflik tersebut tidak sampai berkelanjutan, karena masyarakat Sumberbrantas diduga telah melakukan kegiatan akomidatif untuk merespon tututan formal dari masyarakat bawah. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana persepsi masyarakat tentang hutan yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan pertanian-hutan (Agroforestry) tersebut ? (2) Bagaimana proses-proses sosial yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan Pertanian-hutan (Agroforestry) tersebut ? Tujuan dari penelitian adalah: (1) Mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang hutan yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan pertanian-hutan (Agroforestry) (2) Mendeskripsikan proses-proses sosial yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan Pertanian-hutan (Agroforestry). Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah survai. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di dusun Lemah Putih, Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Teknik pengambilan sampel untuk persepsi dilakukan dengan simple random sampling dengan sampel sebanyak 30 orang dari populasi 74 orang, sedangkan untuk proses-proses sosial dilakukan dengan snowball. Metode pengumpulan data menggunakan (1) Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner (2) Wawancara mendalam (in-depth interview) (3) Observasi (4) Dokumentasi. Metode analisis data untuk tujuan pertama dan kedua menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi masyarakat tentang hutan yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan pertanian-hutan (Agroforestry) yang terdiri atas 10 indikator skor rata-ratanya adalah 2,47 atau 80,23% dengan kategori “Tinggi”. Skor masing-masing indikator dari variabel persepsi adalah sebagai berikut: (1) Masyarakat setempat memutuskan untuk memanfaatkan hutan dikategorikan rendah (34,3%). (2) Pandangan masyarakat mengenai memanfaatkan hutan dikategorikan tinggi (93,9%). (3) Pandangan masyarakat mengenai pekerjaan di luar pertanian dengan kategori sedang (73,3%). (4) Mencari rumput di hutan untuk pakan ternak dengan kategori tinggi (83,3%). (5) Pandangan masyarakat mengenai hutan adalah milik negara dalam kategori tinggi (95,6%). (6) Masyarakat memanfaatkan lahan dikategorikan rendah (54,3%). (7) Sanksi bagi masyarakat yang memanfaatkan hutan dikategorikan tinggi (93,3%). (8) Jarak rumah dengan hutan yang dimanfaatkan dikategorikan tinggi (91%). (9) Pandangan masyarakat mengenai luas hutan dikategorikan tinggi (94,3%). (10) Pandangan masyarakat mengenai pemanfaatan hutan yang akan berakibat buruk bagi lingkungan dikategorikan tinggi (89%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proses-proses sosial yang terkait dengan pengalihan hutan lindung menjadi lahan pertanian-hutan (Agroforestry) adalah sebagai berikut (a) Kondisi sosial sebelum reformasi (sebelum tahun 1998), yaitu: pada kondisi ini belum terjadi konflik dan masyarakat di desa Sumberbrantas bekerja sebagai buruh tani di lahan hak milik, karena masyarakat tersebut tidak memiliki modal untuk memiliki lahan sendiri. Masyarakatnya juga tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya bahkan setidaknya sampai tamat SMP (kebanyakan hanya sampai SD saja). Sekitar 27 dari 30 responden (90%) memiliki pendidikan hanya sampai SD. Sistem usahatani yang dilakukan adalah sistem terasiring. Adapun kondisi hutan pada saat itu adalah masih sama sekali belum terjamah oleh masyarakat desa Sumberbrantas (100% masih berada dalam kondisi hutan lindung milik Perhutani). (b) Kondisi sosial saat reformasi (tahun 1998-2003) yaitu: pada kondisi ini mulai terdapat gejala konflik yang ditandai dengan adanya krisis moneter sehingga masyarakat desa Sumberbrantas mulai melakukan pelanggaran dengan merambah hutan sedangkan pihak Perhutani sendiri tidak melakukan tindakan tegas. Dari gejala konflik tersebut dapat mengakibatkan terjadinya ketegangan seperti adanya banjir (tahun 2003), berkurangnya mata air, dan adanya demonstrasi dari masyarakat hilir kepada masyarakat hulu.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2007/050702822 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 09 Oct 2007 00:00 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 04:11 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127597 |
Preview |
Text
050702822.pdf Download (8MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |