Studi teknologi induksi kalus dan suspensi sel temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) pada biakan in Vitro.

BetaBudiYustiawan (2007) Studi teknologi induksi kalus dan suspensi sel temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) pada biakan in Vitro. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) ialah tanaman famili Zingiberaceae. Temu putih ialah salah satu jenis tanaman obat yang menjanjikan prospek baik di masa mendatang. Dengan banyaknya khasiat yang ditawarkan maka semakin banyak konsumen yang membutuhkannya. Menurut beberapa penelitian tanaman temu putih mempunyai efektivitas tinggi untuk mengatasi kanker dan tumor. Semakin banyak industri yang menggunakan temu-temuan sebagai bahan baku, maka dimungkinkan sulitnya untuk mendapat bahan baku. Teknik kultur jaringan adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh senyawa metabolik sekunder seperti yang dihasilkan tanaman temu putih secara utuh. Melalui teknik kultur jaringan diharapkan dihasilkan senyawa metabolit sekunder tersebut dalam sel yang dipelihara pada medium buatan secara aseptik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan konsentrasi NAA (Naphtalene Asam Asetat) yang sesuai untuk induksi kalus temu putih Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe dengan berbagai macam explant yaitu tunas ujung dan pangkal, akar ujung dan pangkal serta daun ujung dan pangkal pada media yang ditambahkan ddengan konsentrasi BA. 2. Mengetahui perbedaan pengaruh hasil kultur suspensi sel temu putih antara perlakuan penambahan konsentrasi auksin (NAA) dan sitokinin (BA) dengan tanpa pemberian NAA dan BA. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penggunaan NAA dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pembentukan dan pertumbuhan kalus pada explant yang berbeda. 2. Penambahan NAA dan BA memberikan pengaruh pada hasil kultur suspensi sel temu putih dibandingkan dengan tanpa penambahan NAA dan BA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2006-Februari 2007. Percobaan ini dilakukan melalui tiga macam tahap percobaan yakni percobaan pendahuluan (induksi tunas dan akar), percobaan induksi kalus dan percobaan kultur suspensi sel. Metode percobaan yang dilakukan ialah metode diskriptif. Percobaan pendahuluan terdiri dari 2 perlakuan, yaitu NAA 2,5 ppm + BA 0,1 ppm dan IBA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm. Sedangkan percobaan induksi kalus terdapat 5 perlakuan, yaitu: NAA 1 ppm, NAA 2,5 ppm, NAA 5 ppm, NAA 7,5 ppm dan NAA 10 ppm, pada media yang ditambahkan BA 0,1 ppm, masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Percobaan pengujian hipotesis, yaitu pada percobaan kultur suspensi sel dengan menggunakan uji t. Penelitian kultur suspensi sel terdiri dari 2 perlakuan, perlakuan pertama adalah perlakuan tanpa ZPT sedangkan perlakuan kedua adalah auksin NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Data pengamatan meliputi:1. Pengamatan percobaan pendahuluan (Pengamatan persentase pertumbuhan dan rata-rata jumlah tunas dan jumlah akar pada akhir pengamatan). 2. Pengamatan induksi kalus (Saat terbentuk kalus, persentase terbentuknya kalus, kuantitas kalus, warna kalus, struktur kalus dan pemotretan induksi kalus). 3. Pengamatan kultur suspensi sel (Volume suspensi sel yang diamati pada 30 hari setelah inkubasi, bobot kalus, pengamatan sel dan pemotretan kultur suspensi sel). Data penelitian kultur suspensi sel di analisis dengan menggunakan uji t pada taraf nyata 5% dan sangat nyata 2,5%. Hasil pengamatan pertumbuhan induksi akar dan induksi tunas menunjukkan pada rata-rata pembentukan jumlah tunas perlakuan IBA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm membentuk tunas rata-rata lebih banyak sejumlah 4,67 tunas dibandingkan dengan perlakuan NAA 2,5 ppm + BA 0,1 ppm, yaitu 1,5 tunas. Rata-rata jumlah akar hasil percobaan induksi akar pada perlakuan NAA 2,5 ppm + BA 0,1 ppm memiliki rata-rata jumlah akar terbanyak yaitu 6,83 buah akar, sedangkan perlakuan IBA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm memiliki rata-rata jumlah akar sebanyak 3,8 buah akar. Persentase hidup explant berkisar antara 60-80 %. Pengamatan induksi kalus menunjukkan bahwa saat kalus mulai tumbuh dan terbentuk pertama pada explant akar yang terbentuk pada hari ke-3 dengan explant akar ujung pada perlakuan NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm. Terbentuknya kalus dengan explant tunas perlakuan media yang lebih cepat, yaitu pada perlakuan NAA 2,5 ppm + BA 0,1 ppm terbentuk pada hari ke-11 untuk explant tunas pangkal. Induksi kalus dari explant daun bagian ujung dan pangkal hanya satu perlakuan ZPT yang mampu menginduksi kalus untuk tumbuh, yaitu perlakuan NAA 10 ppm + BA 0,1 ppm yang tumbuh kalus tercepat pada hari ke-30 untuk explant daun ujung. Persentase terbentuknya kalus explant akar perlakuan NAA 10 ppm + BA 0,1 ppm memiliki persentase terbesar, explant terbentuk kalus sebesar 66,67 %. Pada explant tunas, tingkat persentase terbesar yaitu 83,3 %, perlakuan NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm. Tingkat persentase terbentuknya kalus pada explant daun ujung dan daun pangkal terbesar pada perlakuan NAA 10 ppm + BA 0,1 ppm yaitu 16,67 %, sedangkan perlakuan ZPT yang lain tidak tumbuh kalus. Explant akar membentuk kalus lebih banyak pada konsentrasi NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm, NAA 5 ppm + BA 0,1 ppm dan NAA 7,5 ppm + BA 0,1 ppm, baik pada explant akar ujung dan akar pangkal. Penggunaan explant tunas pada tingkat pembentukan kalus, menghasilkan kalus yang lebih banyak pada perlakuan NAA 7,5 ppm + BA 0,1 ppm dengan explant tunas ujung dan tunas pangkal. Hanya perlakuan NAA 10 ppm + BA 0,1 ppm yang dapat memproduksi kalus dengan kuantitas sedikit untuk explant daun ujung dan daun pangkal. Warna kalus semua sama yaitu berwarna putih kecoklatan. Agregat struktur kalus semua sama yaitu remah. Hasil percobaan kultur suspensi sel pada parameter volume sel, perlakuan NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm berpengaruh nyata pada pertumbuhan sel setelah diuji dengan uji t dengan taraf nyata 5% dan 2,5%. Pertumbuhan volume sel dengan perlakuan NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm yaitu 1,733 ml sedangkan perlakuan tanpa ZPT sebesar 0,967 ml. Bobot kalus yang tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan NAA 1,0 ppm + BA 0,1 ppm yaitu 0,3987 g, sedangkan perlakuan tanpa pemberian auksin dan sitokinin menghasilkan bobot yaitu 0,1978 g setelah 30 hari diagitasi. Analisis dengan uji t parameter bobot kalus tidak berbeda nyata pada taraf 5% dan 2,5%.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2007/050701412
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 12 Jun 2007 00:00
Last Modified: 21 Oct 2021 02:46
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127424
[thumbnail of 050701412.pdf]
Preview
Text
050701412.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item