Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Pengelolaan Tanaman Padi Secara Terpadu (PTT). : Studi Kasus di Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

AndianWahyudi (2007) Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Pengelolaan Tanaman Padi Secara Terpadu (PTT). : Studi Kasus di Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Produktivitas padi di Jawa Timur menghadapi beberapa masalah antara lain kesuburan tanah menurun, terbatasnya sumber daya air, serta gangguan hama penyakit. Hasil pengkajian terhadap inovasi pengelolaan tanaman padi secara terpadu (PTT) tahun 2001 menunjukkan bahwa penerapan PTT berpotensi dapat memecahkan masalah tersebut. Kajian penerapan PTT meliputi komponen umur bibit 15 hari dengan jumlah bibit 1–3 bibit/lubang, pemupukan N berdasar bagan warna daun (BWD), P dan K berdasar analisa tanah, pengairan intermitten, dan penggunaan bahan organik jerami/pukan dapat meningkatkan produksi padi lebih dari 10%, usahataninya lebih menguntungkan, serta kesuburan lahan dapat dipertahankan. Adanya pengenalan inovasi PTT kepada petani tidak menutup kemungkinan telah terjadi proses adopsi dan proses difusi. Tujuan penelitian ini yaitu, 1) menganalisis faktor personal dan faktor situasional petani, 2) proses adopsi dan difusi, 3) perubahan perilaku akibat adopsi dan akibat difusi inovasi PTT. Selain itu, juga menganalisis hubungan antara: 1) faktor personal dan faktor situasional dengan proses adopsi inovasi PTT, 2) faktor personal dan faktor situasional dengan proses difusi inovasi PTT, 3) proses adopsi dengan perubahan perilaku petani akibat adopsi inovasi PTT, 4) proses difusi dengan perubahan perilaku petani akibat difusi inovasi PTT, 5) perubahan perilaku akibat adopsi dengan perubahan perilaku akibat difusi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam usaha pengembangan tanaman padi, bahan informasi bagi peneliti dan mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang proses adopsi dan proses difusi pengelolaan tanaman padi secara terpadu, bahan referensi bagi petani, khususnya petani yang membudidayakan tanaman padi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive ) di Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dengan pertimbangan tempat tersebut telah dilaksanakan program PTT, serta mayoritas tanaman pangan yang diusahakan oleh petani adalah padi. Metode penentuan responden menggunakan teknik Snow-ball sampling dengan alasan populasi tersebar secara geografis, jumlah populasi sangat besar, dan kerangka sampling ( sampling frame ) responden tidak tersedia di daerah penelitian.. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2005. Setelah dilakukan penelitian, maka peneliti memutuskan jumlah sampel ada 30 petani reseponden, karena tidak ada variasi informasi yang didapatkan pada jumlah 30 petani responden. Metode Pengumpulan Data: teknik wawancara, teknik dokumentasi, dan teknik observasi. Pada penelitian ini data yang diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif. Untuk menganalisis hubungan antar variabel menggunakan uji Chi-Square . Dari hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa: 1) Faktor personal dan faktor secara keseluruhan dalam kategori rendah. 2) Proses adopsi inovasi PTT dalam kategori rendah karena petani tidak ada yang sampai pada tahap terakhir yaitu penerimaan (adopsi) inovasi PTT. Pada umumnya mereka sampai pada tahap penilaian dan percobaan inovasi PTT. Proses difusi inovasi PTT dalam kategori rendah karena sebagian besar petani responden hanya pada tahap menarik perhatian dan menggugah hati, 3) Perubahan perilaku akibat adopsi inovasi PTT petani termasuk kelas rendah, karena aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik petani akibat adopsi dalam kategori rendah. Perubahan perilaku akibat difusi inovasi PTT petani dalam kategori rendah, karena ketiga aspek juga dalam kategori rendah. Hasil analisis hubungan yaitu: 1) Faktor personal yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, status sosial, luas lahan garapan, dan status kepemilikan tanah tidak mempengaruhi proses adopsi inovasi PTT. Faktor situasional yang mempengaruhi proses adopsi inovasi PTT antara lain, tersedianya informasi, minat keluarga, dan jenis inovasi. Sedangkan derajat komersialisasi usaha dan prestise masyarakat tidak mempengaruhi dalam proses adopsi inovasi PTT, 2) Proses difusi inovasi PTT ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Status sosial dan lahan garapan merupakan faktor yang menentukan pada faktor personal. Sedangkan faktor situasional yang menentukan dalam proses difusi yaitu, minat keluarga, prestise masyarakat, dan jenis inovasi. Tersedianya informasi dan derajat komersialisasi usaha tidak menentukan dalam proses difusi inovasi PTT, 3) Proses adopsi berhubungan dengan perubahan perilaku akibat adopsi inovasi PTT. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses adopsi inovasi inovasi PTT tidak berjalan sesuai dengan tahap-tahap proses adopsi inovasi karena pada petani tidak ada yang sampai pada tahap terakhir yaitu penerimaan (adopsi) inovasi PTT, perubahan perilakunya juga menunjukkan tingkat yang rendah, 4) Antara proses difusi dengan perubahan perilaku akibat difusi memiki hubungan. Sesuai dengan kondisi di lapangan, bahwa pada umumnya petani di daerah penelitian tahapan proses difusi yang dilaluinya hanya sampai pada tahap pada tahap menarik perhatian, sehingga perubahan perilaku akibat difusi juga dalam kategori rendah, 5) Perubahan perilaku akibat adopsi inovasi PTT dengan perubahan perilaku akibat difusi inovasi PTT mempunyai hubungan. Hal ini karena semakin tinggi perubahan perilaku akibat adopsi maka akan semakin tinggi juga perubahan perilaku akibat difusi inovasi PTT. Dari ketiga aspek (kognitif, afektif, psikomotorik) pada perubahan perilaku akibat adopsi dan difusi, hanya aspek psikomorik yang tidak ada hubungan. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah: 1) Proses adopsi dan difusi inovasi dalam kategori rendah, karena itu pengoptimalan kinerja penyuluh petanian kecamatan dalam mengenalkan inovasi PTT yang lebih luas kepada masyarakat perlu dipertimbangkan, 2) Perubahan perilaku petani akibat adopsi dan difusi inovasi PTT dalam kategori rendah, maka perlu pembinaan petani secara berkelanjutan terutama dari pihak BPTP Jawa Timur, sehingga inovasi PTT yang telah dikenalkan kepada petani dapat diadopsi secara utuh dan proses difusi tidak terhenti ketika program tersebut selesai, 3) Mengingat adanya hubungan antara faktor personal dan situasional dengan proses difusi maka sebaiknya dalam menyebarkan inovasi PTT perlu mempertimbangkan faktor tersebut, 4) Mengingat adanya hubungan antara proses adopsi dan difusi dengan perubahan perilaku akibat adopsi dan difusi maka dalam mengenalkan suatu inovasi perlu memperhatikan setiap tahapan yang ada dalam proses adopsi dan difusi, sehingga dapat meningkatkan perubahan perilaku petani, 5) mengingat adanya hubungan antara perubahan perilaku petani akibat adopsi inovasi dengan perubahan perilaku petani akibat difusi sehingga perubahan perilaku petani akibat adopsi dan perubahan perilaku petani akibat difusi petani dapat dijadikan pertimbangan keberhasilan program PTT, karena dapat mengetahui sejauh mana inovasi PTT telah diterapkan dan telah disebarkan di kalangan masyarakat.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2007/050701217
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 28 Jun 2007 00:00
Last Modified: 21 Oct 2021 02:23
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/127396
[thumbnail of Pelengkap_050701217.pdf]
Preview
Text
Pelengkap_050701217.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Skripsi_050701217.pdf]
Preview
Text
Skripsi_050701217.pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item