Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Biourine Sapi dan Pupuk Kandang Kambing

Larassati., Anggita (2018) Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Biourine Sapi dan Pupuk Kandang Kambing. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) ialah satu dari komoditi sayuran yang diminati masyarakat. Buncis merupakan sumber protein, vitamin, mineral, serta mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk obat yang dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya. Menurut Badan Pusat Statistik, produksi buncis di Indonesia semakin menurun. Kenyataannya, kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan serta hasil, yaitu dengan memperbaiki teknik pemupukan menggunakan pupuk organik. Peningkatan hasil buncis memiliki arti penting guna menunjang peningkatan gizi masyarakat dan berguna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Pupuk organik yang digunakan dapat berasal dari limbah cair (urine) dan padat hewan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara perlakuan biourine sapi dengan pupuk kandang kambing sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman buncis dan untuk mengetahui dosis biourine sapi dan dosis pupuk kandang kambing yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman buncis. Adapun hipotesis pada penelitian ini ialah terdapat interaksi antara perlakuan biourine sapi dan pupuk kandang kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman buncis sehingga akan menghasilkan hasil terbaik dalam sistem pertanian kota organik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2018. Penelitian dilaksanakan di green house CV. Kurnia Kitri Ayu Farm yang berlokasi di Jalan Rajawali No. 10, Kecamatan Sukun, Kelurahan Sukun, Kota Malang dan Laboratorium Sumber Daya Lingkungan, Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Alat yang digunakan, antara lain polybag ukuran 35 cm x 35 cm, gelas ukur, timbangan analitik, LAM, oven, sprayer, meteran, ajir, alat tulis, penggaris, jangka sorong, kalkulator, amplop kertas coklat, papan label atau alvaboard, gunting, tali raffia dan kamera digital. Bahan yang digunakan, antara lain benih buncis varietas Lebat-3, biourine sapi, pupuk kandang kambing, tanah, arang sekam dan air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama ialah dosis biourine sapi yang terdiri dari tiga taraf, yaitu B1: 1.500 L Ha-1, B2: 3.000 L Ha-1 dan B3: 4.500 L Ha-1. Pengaplikasian dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval waktu, yaitu 14 HST dengan dosis 10%, 21 HST dengan dosis 10%, 28 HST dengan dosis 10%, 35 HST dengan dosis 10%, 42 HST dengan dosis 10%, 49 HST dengan dosis 16%, 56 HST dengan dosis 16% dan 63 HST dengan dosis 18%. Faktor kedua ialah dosis pupuk kandang kambing yang terdiri dari tiga taraf, yaitu K1: 20 ton Ha-1, K2: 30 ton Ha-1 dan K3: 40 ton Ha-1. Parameter yang diamati, antara lain panjang tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun per tanaman (cm2), umur mulai berbunga (HST), jumlah bunga, umur mulai terbentuk polong (HST), bobot segar polong total per tanaman (g), ii jumlah polong total per tanaman, panjang polong (cm) dan diameter polong (cm). Selain itu, dilakukan pengamatan pendukung, antara lain berat segar tanaman (g), berat kering tanaman (g), analisa N pada media tanam, suhu ( ), kelembaban (%) dan intensitas matahari (Lux). Analisis data menggunakan metode Analisis Ragam (ANOVA) dengan taraf 5%. Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa interaksi antara perlakuan biourine sapi dengan pupuk kandang kambing ditunjukkan pada pertumbuhan jumlah daun. Pada umur pengamatan 21 HST dengan rerata tertinggi jumlah daun sebanyak 7,5 helai. Selain itu, pada pertumbuhan luas daun per tanaman. Pada umur pengamatan 21, 42 dan 63 HST dengan rerata tertinggi mencapai 4.366,62 cm per tanaman pada perlakuan biourine sapi 4.500 L Ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk kandang kambing 20 ton Ha-1. Interaksi antara perlakuan biourine sapi dengan pupuk kandang kambing ditunjukkan pada bobot segar polong total per tanaman umur panen 72 HST, jumlah polong umur panen 72 HST, panjang polong umur panen 57, 62 dan 67 HST dan berat segar akar tanaman buncis. Perlakuan biourine sapi 4.500 L Ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk kandang kambing 20 ton Ha-1 menunjukkan hasil tertinggi 512,33 g per tanaman dengan jumlah polong per tanaman sebanyak 95 polong.

English Abstract

Green bean (Phaseolus vulgaris L.) is one of the most popular vegetable commodities. Green bean is a source of protein, vitamins, minerals, and contain other nutritious substances for drugs that can be consumed in a young state or consumed seeds. According to the Statistics Indonesia, green bean production in Indonesia is declining. In fact, the community's need for green bean continues to increase from year to year along with population growth. One of the ways that can be done to improve the growth and yield is with improving fertilizer techniques using organic fertilizer. Increased green bean yields have important meanings to support the improvement of community nutrition and are useful for maintaining soil fertility and productivity. The organic fertilizer used can be derived from liquid waste (urine) and solid waste of animal. The purpose of this research is to know the interaction between treatment of cow biourine and goat manure so that it can increase the growth and production of green bean and to know the dose of cow biourine and the dose of goat manure to increase the growth and the production of green bean. The hypothesis in this study is that there is an interaction between the treatment of cow and goat manure to growth and production of green bean so that will produce the best results in organic urban farming system. This research was conducted in February - April 2018. The research was conducted at green house CV. Kurnia Kitri Ayu Farm located at Rajawali Street No. 10, Sukun Sub-district, Sukun Village, Malang City and Environmental Resource Laboratory, Agricultural Cultivation, Faculty of Agriculture, Brawijaya University. Tools used include polybag size 35 cm x 35 cm, measuring cylinder, analytical scales, LAM, oven, sprayer, meter, ajir, stationery, ruler, slider, calculator, brown paper envelope, label board or alvaboard, scissor, raffia cord and digital camera. Materials used include bean varieties Lebat-3, biourine beef, goat manure, soil, charcoal husk and water. This research used Completely Randomized Design. The first factor is dose of cow biourine consists of three levels are B1: 1.500 L Ha-1, B2: 3.000 L Ha-1 and B3: 4.500 L Ha-1. Applied as much as 8 times, are 14 days after planting with dose of 10%, 21 days after planting with dose of 10%, 28 days after planting with dose of 10%, 35 days after planting with dose of 10%, 42 days after planting with dose of 10%, 49 days after planting with dose of 16%, 56 days after planting with dose of 16% and 63 days after planting with dose of 18%. The second factor is dose of goat manure consists of three levels are K1: 20 ton Ha-1, K2: 30 ton Ha-1 and K3: 40 ton Ha-1. Parameters observed were plant length (cm), number of leaves (leaf), leaf area per plant (cm2), age of flowering (DAP), number of flowers, age of pods (DAP), total weight of total pods per plant (g), total pods per plant, pod length (cm) and pod diameter (cm). In addition, supportive observations include fresh weight of plant (g), dry weight of plant (g), N analysis on planting medium, temperature (℃), humidity (%) and sun intensity (Lux). Data analysis using iv method of Analysis of Variance (ANOVA) with 5% level. If there is a significantly different treatment, then continued with the Honestly Significance Difference test with 5% level. Based on the result of the research, it is known that interaction between cow biourine with goat manure was shown in the observation of number of leaves at observation age 21 DAP with the highest average number of leaves as much as 7.5 pieces and leaf area per plant at observation age 21, 42 and 63 DAP with the highest average leaf area per plant reaching 4,366.62 cm per plant on treatment of cow biourine 4.500 L Ha-1 combined with goat manure 20 ton Ha-1. The interaction between cow biourine with goat manure was shown in the observation of total weight of total pods per plant harvest age 72 DAP, total pods per plant harvest age 72 DAP, pod length age 57, 62 and 67 DAP and fresh weight of root of plant. The treatment of cow biourine 4.500 L Ha-1 combined with goat manure 20 ton Ha-1 showed the highest production 512.33 g per plant and total pods per plant as much as 95 pods.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2018/651/051810113
Uncontrolled Keywords: Buncis, Phaseolus vulgaris, Biourine Sapi
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.3 Legumes, forage crops other than grasses and legumes
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 05 Oct 2018 01:32
Last Modified: 20 Oct 2021 10:26
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/12361
[thumbnail of ANGGITA LARASSATI.pdf]
Preview
Text
ANGGITA LARASSATI.pdf

Download (5MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item