Noor, Johan Andoyo Effendi and Normahayu, Indrastuti (2011) Penentuan Dose Reference Level (DRL) pada prosedur diagnosis kepala menggunakan CT-scan sebagai upaya proteksi radiasi kepada pasien secara nasional. Project Report. Malang, Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya. (Unpublished)
Abstract
Salah satu aspek penting yang sangat diperlukan oleh seorang dokter, khususnya doktcr spesialis penyakit dalam, dalam melakukan diagnosis suatu penyakit adalah keberadaan dari citra organ-organ dalam tubuh yang sedang didiagnosis. Dengan bantuan citra bagian dalam tubuh tersebut seorang dokter dapat melakukan diagnosis dengan lebih cermat, sehingga terhindar dari kemungkinan salah diagnosis. Sejarah pencitraan medis berawal dari ditemukannya sinar-x oleh Wilhelm Conrad Röntgen pada tahun 1895. Citra sinar-x pertama atas organ tubuh manusia adalah foto sinar-x-tangan istrinya. Oleb sebab itu sampai saat ini foto-foto yang dibuat dengan menggunakan modalitas sinar-x –sering juga disebut dengan foto Rontgen. Kemudian seiring dengan kemajuan di bidang komputasi, baik dalam bidang perangkat keras maupun perangkat lunaknya, teknik pencintraan dengau sinar-x telah mengalami kemajuan dengan munculnya teknik Computerised Tomography, yang dikenal dengan CT-scan, yang pertama kali diperkenalkan oleh Sir Godfrey Helmeted (Hound-Feld. 1973) pada tahun 70 an. Sinar-x merupakan sepenggal spektrum gelombang elektromagnetik yang terletak di ujung energi tinggi spektrurn gelombang elektrornagnetik di bawah dan bersingungan dengan sinar gamma. Sinar-x mempunyai kemampuan yang sama dengan sinar gamma dalam mengionkan benda-benda yang dilaluinya, sehingga keduanya juga dikenal sebagai sinar pengion. Jika proses ionisasi ini terjadi pada jaringan lunak organ maupun cairan di dalam tubuh manusia, maka bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan sel, mutasi gen, terbentuknya radikal bebas. dan sel sel kanker. Proteksi radiasi di dalam praktik pencitraan diagnostik dimaksudkan untuk menjamin bahwa keuntungan Penggunaan sumber radiasi lebih besar dari. risikonya terhadap individu yang terlibat. Optimasi proteksi dan keselamatan dilakukan dengan prinsip "As Low As Reasonably Achievable." Penggunaan berkas pengion sinar-x di dalam praktek pencitraan diagnostik telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dari sisi teknik pengambilan data, kualitas citra yang. dihasilkan maupun jumlah tindakan. Dalam apilikasi radiasi, dosis efektif merupakan parameter yang digunakan untuk menyatakan dan membandingkan dosis radiasi yang diberikan kepada pasien. The International Commission on Radiological Protection (ICRP) telah mengeluarkan rekomendasi dosis efektif yang aman bagi manusia yang bisa digunakan sebagai standar acuan. Sehingga Pemerintah Republik Indonesia sangat perlu mempunyai standar nasionalnya yang mengacu kepada standar internasional ini. Penelitian pada tahun pertama ini dilakukan dengan mengukur, menghitung dan menganalisis dosis efektif pencitraan sinar-x pada mesin CT-scan di Instalasi Radiologi di tiga rumah sakit besar di kota Malang, yaitu Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Rumah Sakit Tentara Soepraoen (RST), dan Rumah Sakit Panti Nirmala (RSPN), yang diambil sebagai rumah sakit peserta. Pengukuran dosis dilakukan pada pasien yang menjalani eksaminasi kepala di rumah sakit peserta. Parameter-parameter CT yang diambil antara lain: tegangan tabung (dalam kVp), arus tabung (dalam mA), waktu pemindaian (dalam detik), panjang pindai (scan length dalam cm), lebar kolimator (dalam mm), CTDIvol (dalam mGy), dun Dose Length Product (DLP dalam mGy.cm). Dari data-data tersebut kemudian dihitung besar dosis efektif yang diterima oleh pasien dengan menggunakan program komputer perhitungan CTDosimetry versi. 1.0.4 (dengan program Microsoft Excel) yang dibuat oleh ImpACTscan Inggris. Hasil-hasil yang telah diperoleh memperlihatkan babwa mesin CT scan di RSSA (buatan General Electric Healthcare Inc. dengan tipe HiSpeed DX/i) memberikan dosis efektif rata-rata sebesar1,31 mSv untuk pasien laki-laki dan 1,119 mSv untuk pasien prempuan, mesin. di RST (buatan. Siemens Healthcare System dengan tipe Sornatom Spirit) memberikan dosis efektif rata--rata sebesar 1,38 mSv untuk pasien laki-laki dan 1,32 mSv untuk pasien prempuan, dan mesin di RSPN (buatan Siemens Healthcare System dengan tipe Emotion6) memberikan dosis efektif rata-rata sebesar 2,06 mSv untuk pasien laki-laki dan 1,93 mSv untuk pasien prempuan. Tampak hasil-hasil tersebut mesin Siemens Emotion6 memberikan dosis paling tinggi dan mesin CT GE HiSpeed DX/i memberikan dosis efektif paling kecil. Secara umum, mesin yang menerapkan pencatuan arus adaptif (GE) memberikan dosis yang lebih kecil dibandingkan dengan mesin yang arusnya dicatu secara tetap/konstan (Siemens).
English Abstract
-
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Identification Number: | PEN/616.994/NOO/p/2011/021300037 |
Uncontrolled Keywords: | DOSIMETRY HEAD - TOMOGRAPHY RADIATION PROTECTION |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.9 Other disease > 616.99 Tumors and miscellaneous communicable diseases > 616.994 Cancers |
Divisions: | Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Fisika |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 17 Sep 2018 02:01 |
Last Modified: | 17 Sep 2018 02:01 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/12031 |
Actions (login required)
View Item |