Prasetyo, ArisPutro (2013) Persepsi Perempuan remaja terhadap Maskulinitas Boyband Indonesia era 2010-an. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Skripsi ini mengkaji mengenai sebuah wacana gender yang ditampilkan dalam sebuah boyband Indonesia sebagai salah satu bagian dari teks budaya populer. Konsep sebuah boyband di Indonesia berbeda di era tahun 1990-an dan 2000-an. Fenomena boyband dalam budaya populer membuka pertanyaan mengenai sebuah budaya generasi muda dan kajian gender. Maskulinitas merupakan sebuah konstruksi sosial terhadap stereotype budaya untuk menjadi laki-laki. Peneliti menggunakan teori interaksionisme simbolik untuk melihat perempuan mengkonstruksi maskulinitas. Pada hal ini terkait dengan interpretasi perempuan dalam melihat maskulinitas laki-laki dari pengalaman hidup mereka. Selain itu peneliti juga menggunakan teori persepsi untuk melihat perempuan melakukan proses persepsi. Peneliti mengobservasi perempuan remaja untuk mengkonstruksi maskulinitas laki-laki secara umum dan maskulinitas laki-laki secara khusus pada sebuah boyband di Indonesia. Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Peneliti menggali data dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi pustaka. Dari hasil penelitian, pertama-tama perempuan mendefinisikan maskulinitas dari hasil proses interaksionisme simbolik yang dibangun perempuan didasarkan atas significant others yaitu identifikasi secara normatif dan visualisasi gender terhadap orang tua, teman bermain dan saudara laki-laki. Selain itu pola permainan, dan media membantu perempuan dalam memperkuat pemahaman konsep laki-laki. Terdapat stereotip laki-laki maskulin dari segi psikologis yaitu laki-laki dominan, melindungi dan gentle. Stereotip laki-laki maskulin dari segi fisik yaitu laki-laki bertubuh atletis, tinggi, berkulit sawo matang dan bishounen. Stereotip laki-laki tidak maskulin dari segi sifat adalah laki-laki cerewet, lemah dan gay, sedang stereotip tidak maskulin dari segi fisik adalah menggunakan make-up dan berponi. Secara umum perempuan remaja berasumsi bahwa boyband di Indonesia saat ini tidak maskulin. Sebuah boyband bisa tidak maskulin dilihat dari anggota di boyband tersebut yaitu dari bahasa tubuh mereka dalam koreografi dance. Gerakan dance yang energik akan membuat boyband terlihat lebih maskulin. Selain itu dari boyband membawakan sebuah lagu apabila intens berbicara mengenai perasaan akan terlihat tidak maskulin. Pada aspek visualisasi, warna pakaian boyband terlihat lebih maskulin menggunakan warna lebih gelap dibandingkan warna lebih cerah, dan rambut lebih pendek dibanding rambut panjang.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FIS/2012/246/051205982 |
Commentary on: | Eprints 0 not found. |
Subjects: | 300 Social sciences > 302 Social interaction > 302.2 Communication |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik |
Depositing User: | Hasbi |
Date Deposited: | 17 Apr 2013 11:02 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 06:33 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/120304 |
Text
SKRIPSI.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Actions (login required)
View Item |