Herlina, Della (2018) Keberhasilan Persilangan Pada Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bunga matahari (Helianthus annus L.) ialah salah satu famili Compositae yang berasal dari Amerika Utara dan termasuk tanaman hibrida terbesar kedua setelah jagung serta berada diurutan kelima sebagai sumber minyak nabati dengan nilai lebih dari US$ 40 juta (FAO, 2008). Di Indonesia, minyak biji bunga matahari merupakan salah satu jenis minyak nabati yang masih terbatas pengembangannya. Beberapa industri di Indonesia masih harus mengimpor minyak biji bunga matahari, tingginya impor minyak biji bunga matahari di Indonesia disebabkan kurangnya pasokan dari dalam negeri (Katja, 2012). Permasalahan serius tersebut mengharuskan para pemulia tanaman untuk mengupayakan peningkatan produktifitas bunga matahari. Dalam mengupayakan peningkatan produksi bunga matahari dan kontinuitas hasil tersebut maka diperlukan perbaikan sifat genetik tanaman untuk mendapatkan varietas unggul. Pada perbaikan sifat genetik tanaman diperlukan keragaman genetik yang tinggi supaya potensi hasil produksi dapat lebih beragam. Persilangan ialah salah satu langkah awal kegiataan pemuliaan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keragaman genetik pada suatu tanaman, yang nantinya sebagai bahan materi untuk proses pemuliaan selanjutnya. Menurut Suprapto dan Supanjani (1999) tanaman bunga matahari yang dibudiyakan di Indonesia hasilnya rendah yang disebabkan oleh persentase hasil yang rendah dalam pembentukan biji karena inkom-patibilitas sendiri (self incompatibility), sehingga pelaksanaan persilangan dibutuhkan tetua jantan dan tetua betina yang cocok sehingga dapat diketahui kombinasi tetua persilangan yang memiliki potensi keberhasilan persilangan tinggi. Kombinasi tetua persilangan dengan keberhasilan persilangan tinggi dapat dilakukan pada waktu persilangan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari keberhasilan persilangan bunga matahari berdasarkan kombinasi tetua persilangan tetua dan waktu persilangan yang bervariasi. Hipotesis dari penelitian ini adalah keberhasilan persilangan ditentukan oleh kombinasi tetua persilangan tetua dan waktu persilangan yang bervariasi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2017 yang berlokasi di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 genotip bunga matahari (genotip HA45, genotip HA50, genotip HA10, dan genotip HA11), air, tanah, kompos, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk sp36, pupuk kcl, alkohol dan pestisida. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting kecil, sprayer, timbangan digital, amplop, meteran, label nama, ember, cetok, gembor, cangkul, kantong plastik, pinset, ajir, dan baskom. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Petak Utama waktu persilangan (W) menggunakan tiga taraf yaitu W1 (06.00 – 08.00), W2 (08.00 – 10.00), W3 (10.00 – 12.00). Anak petak kombinasi tetua persilangan (P) menggunakan 6 kombinasi tetua persilangan yaitu P1 (genotip 45 >< genotip 10), P2 (HA45 >< HA50), P3 (HA45 >< HA11), P4 (HA10 >< HA50), P5 (HA10 >< HA11), dan P6 (HA50 >< HA11). Kombinasi perlakuan sebanyak 18 dilakukan 2 kali pengulangan, sehingga terdapat 36 unit percobaan. Karakter yang diamati pada penelitian ini terdiri dari umur inisiasi bunga, umur bunga mekar penuh, umur panen, bobot 100 biji, ukuran biji (panjang biji, lebar biji, dan tebal biji), diameter disk , jumlah biji perbunga, dan bobot biji perbunga,. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis ragam ANOVA. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan atau DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5 % untuk mengetahui perbedaan terhadap variabel. Waktu persilangan yang bervariasi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan, sehingga persilangan bunga matahari dapat dilakukan pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00 dengan keberhasilan persilangan yang sama. Kombinasi tetua persilangan mempengaruhi keberhasilan persilangan pada bunga matahari. Keberhasilan persilangan yang tinggi terdapat pada kombinasi persilangan P4, P5 dan P6.
English Abstract
Sunflower (Helianthus annuus L.) is one of the Compositae families coming from North America and including the second largest hybrid crop after maize and was ranked fifth as a source of vegetable oil with a value of more than US $ 40 million (FAO, 2008). In Indonesia, sunflower seed oil is one type of vegetable oil that is still limited development. Some industries in Indonesia still has to import oil sunflower seed, high imports of sunflower seed oil in Indonesia due to the lack of domestic supply (Katja, 2012). That problem was required that plant breeders to strive to increase the productivity of sunflower. In the effort to improve the production of sunflower and continuity of these results it is necessary to repair the genetic properties of the plant to obtain varieties. On the improvement of plant genetic trait required high genetic diversity so that potential output may be more diverse. Hybridization is one of the earliest steps of breeding activities that can be done to obtain genetic diversity in a plant, which later becomes the material for the next breeding process. According to Suprapto and Supanjani (1999) sunflower crops cultivated in Indonesia are low yields due to low yield percentage in seed formation due to self-incompatibility, so that cross breeding is needed by suitable male and female so that it can be known a combination of crosses parent that has the potential for high crossed success. The combination of crosses parent with the success of the high crosses can be performed at appropriate crossing times. The purpose of this research is to learn the crossability for the sunflower based on combination of crosses parent and variation of time crosses. The hypothesis of this research is the crossability is determined by a combination of crosses parent and variation of time crosses. This research will be conducted from April to August 2017, located in the field trial Faculty of Agriculture, University of Brawijaya, in the Village Jatimulyo, Lowokwaru District, Malang, East Java. The materials used in this study were 4 genotype of sunflower (genotype HA45, genotype HA50, genotype HA10 and genotype HA11), water, soil, cocopeat, manure, urea fertilizer, SP36, KCl fertilizer, alcohol and pesticides. The tools used in the study was small scissors, sprayer, digital scales, envelopes, tape measure, label name, bucket, trowel, yells, hoes, plastic bags, tweezers, stakes, and basin. The design used in this research is the design of Plots Divided (Split Plot Design). Main plot is variation of time crosses (W) using three levels is W1 (6:00 to 8:00 a.m.), W2 (08:00 to 10:00), W3 (10:00 to 12:00). Subplot is combination of crosses parent (P) using six levels is P1 (HA45 x HA10), P2 (HA45 x HA50), P3 (HA45 x HA11), P4 (HA10 x HA50 ), P5 (HA10 x HA11) and P6 (HA50 x HA11). Combination treatment of as many as 18 do two repetitions, so there are 36 experimental units. The characters observed in this research consisted of the age of flower initiation, age of full bloom, harvest age, weight of 100 seeds, seed size (seed length, seed width, and seed thickness), disk diameter, number of seeds per flowers, and weight of flower seeds. Data analysis used in this study was conducted using analysis of variance ANOVA. If there is significant then continued with Duncan test or DMRT (Duncan Multiple Range Test) with a level of 5% to determine differences in the parameters. Variation of time crosses does not affect the crossability, so the crossing of sunflower can be done at 06.00 until 12.00 with the success of the same crossing. The combination of crosses parent influences the crossability of the sunflower. The success of the cross is shown in the comparison of the number of seeds per flower, between the combination of crosses parent and open pollinated. The combination of crosses parent that have higher number of seeds per flower than open pollinated is found in the combination of P4, P5 and P6 crossovers.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/141/051802616 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 583 Magnoliopsida (Dicotyledons) > 583.9 Asteridae > 583.99 Asterales |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 31 May 2018 02:10 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 05:55 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/11261 |
Preview |
Text
BAGIAN DEPAN.pdf Download (662kB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (90kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB I.pdf Download (91kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB II.pdf Download (181kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB III.pdf Download (130kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB IV.pdf Download (663kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB V.pdf Download (24kB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |