Istanto, Reynaldi (2018) Produksi Ruang Adat Ulayat : Studi Kasus Sengketa Perebutan Tanah Ulayat di Blok Mayasih Kecamatan Cigugur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Sebagai kelompok masyarakat adat AKUR Cigugur memiliki tanah ulayat yang ditujukan untuk kepentingan komunal yang tidak dapat dimiliki dan dibagi wariskan. Saat ini salah satu tanah ulayat masyarakat AKUR Cigugur sedang mengalami sengketa dengan salah satu keturunan tokoh adat yaitu Djaka Rumantaka yang melihat bahwa tanah di Blok Mayasih merupakan tanah kepemilikan Ibunya Ratu Siti Djenar Alibassa. Adanya perbedaan pandangan akan ruang antara kedua belah pihak lantas menyebabkan terjadinya persengketaan tanah, keduanya saling memperebutkan ruang yang merupakan entitas politik. Penelitian ini membahas tentang produksi ruang yang dilakukan oleh masyarakat adat AKUR Cigugur dan Djaka Rumantaka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang ditujukan untuk mengeksplorasi dan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang produksi ruang dalam kasus ini. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa tanah di Blok Mayasih tersebut di produksi oleh seorang seniman masyarakat adat AKUR Cigugur untuk menjadi rumah dinas atau rumah satellite yang mendukung kegiatan di Paseban Tri Panca Tunggal. Sedangkan Djaka Rumantaka memproduksi ruang dengan cara membuat bukti kepemilikan administratif dan jalur hukum. Dengan bukti yang dia miliki Djaka Rumantaka membuat abstraksi ruang di pengadilan yang menyatakan bahwa tanah tersebut merupakan kepemilikan Ratu Siti Djenar Alibassa yang ditempati oleh pihak ketiga. Penelitian ini mempertegas bahwa ruang merupakan produk politik dan hukum memiliki peran vital dalam memproduksi dan legitimasi ruang.
English Abstract
As indigenous peoples AKUR Cigugur owns ulayat land devoted to communal interests that can not be owned and shared inheritance. Currently one of the ulayat land of AKUR Cigugur society is having a dispute with one of the descendants of the traditional figure Djaka Rumantaka who sees that the land in the Blok Mayasih is ownership of his mother Ratu Siti Djenar Alibassa. The difference of perceived space led to land dispute between AKUR Cigugur society and Djaka Rumantaka, both of them are vying for the space which is political entity. This research discusses about the production of space which made by AKUR Cigugur society and Djaka Rumantaka. Moreover this research used a qualitative approach that aimed to explore and gain deep understanding of production space in this case. The result of this research found that the land in Blok Mayasih produced by an artist of indigenous people to be a home office or home satellite which support the activities in Paseban Tri Panca Tunggal. Meanwhile Djaka Rumantaka produces space by making proof of administrative ownership and legal path. With the evidence that he owned, Djaka Rumantaka create a space abstraction in the court which stating that the land belongs to Ratu Siti Djenar Alibassa which occupied by the third party. This research reinforces that space is a political product and the law has a important role in producing and legitimating space.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FIS/2018/142/051802599 |
Uncontrolled Keywords: | Produksi Ruang , Masyarakat Adat, Tanah Ulayat, Politik Ruang. |
Subjects: | 300 Social sciences > 346 Private law > 346.04 Property > 346.043 Real property > 346.043 2 Ownership (Land tenure) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Ilmu Politik |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 15 May 2018 02:32 |
Last Modified: | 18 Oct 2021 05:48 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/10538 |
Text
Reynaldi Istanto, 145120507111032, Ilmu Politik, Produksi Ruang Adat Ulayat Studi Kasus Sengketa .pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |