Dari Ritual Menjadi Festival: Proses Komodifikasi Ritual Kebo-keboan Desa Alas Malang Sebagai Bagian Dari Pengembangan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi

Utomo, Nuryansah Wahyu (2017) Dari Ritual Menjadi Festival: Proses Komodifikasi Ritual Kebo-keboan Desa Alas Malang Sebagai Bagian Dari Pengembangan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pembahasan tentang kebudayaan dalam konteks pariwisata tentunya tidak bisa lepas dari proses komodifikasi kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan merupakan pola kebiasaan sebuah komunitas yang berada pada sebuah lingkungan tertentu. Dalam kebudayaan tersebut terdapat nilai-nilai atau unsur yang mengarah pada keberadaan komunitas tersebut. Terdapat keunikan tertentu yang menjadi ciri khas dari setiap-setiap kebudayaan. Komodifikasi sering dikaitkan dengan hilangnya makna dan nilai serta unsur-unsur utama pada saat proses tersebut berlangsung. Hal tersebut bisa terjadi karena perubahan fungsi serta tujuan dari satu budaya berbeda dengan tujuan dari komodifikasi. Seperti halnya kebo-keboan yang menjadi ritual adat Suku Osing yang mendiami Desa Alas Malang. Ritual adat yang pelaksanaanya dilakukan setaun sekali ini, bertujuan sebagai tolak bala terhadap marabahaya, sekaligus bentuk rasa syukur masyarakat kepada sang pencipta. Sarana spiritual Suku Osing yang bersifat supranatural dan magis. Juga sebagai sarana pendidikan moral melalui makna dan nilai-nilai yang tersimpan pada saat prosesi ritual berlangsung. Hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Merupakan metode yang lazim digunakan pada penelitian di bidang ilmu Antropologi. Menunjukkan bahwa terdapat simbol-simbol yang dapat menjadi indikasi keberadaan Suku Osing. Seperti pada instrumen-instrumen ritual yang berhubungan dengan perangkat pertanian. Dimana pertanian adalah sumber mata pencaharian utama Suku Osing yang memang dikenal sebagai masyarakat agraris. Ciri khas atau keunikan dari kebudayaan tersebut dijadikan modal utama komodifikasi kebo-keboan untuk ditawarkan sebagai destinasi pariwisata Banyuwangi. Pada intinya keebo-keboan adalah ritual serta sarana religi bagi Suku Osing dan bukan komoditi yang bisa dperjualkan. Kehadiranya ditengah masyarakat jauh dari estetik dan syarat akan unsur magis. Oleh sebab itu melalui proses komofiikasi yang diterapakan pada ritual kebo-keboan. Muncul penyesuaian-penyesuaian agar kebo-keboan layak untuk dikonsumsi publik sekaligus sebagai jawaban kebijakan pemerintah tentang pengembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

English Abstract

Study of culture within tourism context surely cannot be separated from co-modification processof the culture itself. Culture is a behaviour pattern of a community itself that exists in a certain environment. Within the culture, there are values or elements that lead to the existence of the community. There is a certain uniqueness that becomes chaacteristic from every culture. Co-modification often related with the lost of meaning and values, major elements during the process. Those things can happen due to the change of function and purpose from a different culture with co-modification purpose. Like Kebo-keboan that became custom ritual from Osing tribe that dwells Alas Malang village. Custom ritual in which the implementation is done once a year has purpose to be a rejection against danger and also as a form of a vilagers’ gratitude to the Creator. Spiritual means of Osing tribe which has a supernatural and magical meaning. Also as a moral education means through significance and values during the ritual process. Result of the study with data gathering technique is done by observation and in depth interview is a prevalent method used in antropology studies. It shows that there are symbols that can become indication for the existence of Osing tribe. As in the ritual instruments related with agriculture tools where agriculture is a main source of livelihood of Osing tribe which is known as agrarian society. Characteristics or uniqueness from the culture is made as a main capitalof kebo-keboan co-modification to be offered as Banyuwangi’s tourism destination. Basically, kebo-keboan is a ritual and religious means for Osing tribe and not a commodity that can be sold nor bought. Its existence among society is far from aesthetic and requirement for magical element. Therefore, through co-modification process applied in kebo-keboan ritual, exists adjustments in order for kebo-keboan ritual to be feasible for public consumption as well as answer of government’spolicy regarding the development of tourism in Banyuwangi Regency.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FBS/2017/418/051705911
Uncontrolled Keywords: Kebo-keboan, Komodifikasi, Pariwisata, Ritual, Suku Osing
Subjects: 200 Religion > 203 Public worship and other practices
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 07 Aug 2017 00:16
Last Modified: 17 Oct 2024 03:55
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/1038
[thumbnail of Nuryansah Wahyu Utomo.pdf] Text
Nuryansah Wahyu Utomo.pdf

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item