Laksono, Nurfi Fuadi (2016) Atas Lawan, Bawah Kawan Arti Jagoan Dalam Arena Pencak Dor Sebagai Pengikat Solidaritas Antar Petarung Di Kabupaten Blitar. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
“Atas Lawan, Bawah Kawan”,konsep persaudaraan dalam arena pencak dor tidak lepas dari pemikiran para kiai se-karesidenan Kediri dan salah satu pelopornya adalah almarhum Gus Ma’sum Jauhari beliau adalah ketua pondok Lirboyo, Kediri. Pertunjukan pencak dor memiliki tujuan untuk mewadahi bagi petarung yang ingin menunjukan ilmu beladirinya dan menambah rasa persaudaraan.sampai saat ini yang masih konsisten dalam perhelatan pencak dorselain wilayah Kediri, Kabupaten Blitar memiliki basic kuat dalam ilmu pencak silat, banyak perguruan atau sasana yang menjadi influence para petarungnya.Oleh karena itu, dalam penelitian ini mempunyai rumusan masalah yaitu bagaimana makna jagoan dalam arena pencak dor dan bagaimana konsep pencak dor dengan motto atas lawan, bawah kawan.Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk mendeskripsikan temuan lapangan secara detail. Kajian pustaka merupakan studi terdahulu yang berguna untuk berdialog secara akademisi dalam proses penulisan penelitian, selain itu studi pustaka berfungsi untuk melandasi pemikiran peneliti ketika di lapangan maupun secara penulisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa makna jagoan merupakan predikat para petarung untuk memacu eksistensinya baik dalam dalam arena maupun luar arena, mengasah ilmu beladiri merupakan tujuan mereka untuk menjadi seorang pendekar yang sejati.Selain itu, pencak dor sebagai sarana untuk rasa spiritual sebab ada beberapa pantangan yang harus dilakukan.Pantangan tersebut dapat memberikan rasa menahan diri terhadap rasa godaan apapun, pantang pulang sebelum berdarah bagi mereka yang memegang konsep tersebut merupakan rasa kepuasan mereka ketika melihat darah mereka sendiri atau darah lawan.Konsep yang di bangun oleh para pendahulu pencak dor tentunya memiliki landasan yaitu persaudaraan, apapun permasalahnnya atau tujuannya jika ingin secara jagoan maka berani bertanggung jawab di atas arena. Tidak heran dengan motto atas lawan, bawah kawan sampai saat ini masih di pegang erat dan sebagai pondasi dalam pertunjukan pencak dor. Terakhir, banyaknya para petarung membangun rasa persaudaraanya terwujud dari beberapa komunitas yang lahir guna mewadahi ketrampilan bela diri dan menambah rasa persaudaraan dari komunitas maupun pertandingan antar komunitas.Dengan demikian konsep pencak dor tidak lepas dari konsep nilai sosial-budayanya yang mengajarkan gotong royong.
English Abstract
“Atas Lawan, Bawah Kawan”, the concept of fraternal comrades in an arena of pencak dor, pionered by the kiai ex-Kediri regency and one of its founders was the late Gus Ma’sum Jauhari, he was chairman of the Islamic boarding school of Lirboyo, Kediri. The show has a purpose to providea community for fighter who wants to show their skill and to bow a better fraternal comrades that they still maintain the pencak dor show in Kediri, Blitar region which has a strong background of taste and concentrates on the brotherhood. Up to this point that are still consistent in a party other than the region of pencak dor Kediri, Blitar regency has a strong basic science in pencak silat, many college or art which became the influence his fighters. Therefore, in this study had formulation issuehow the meaning of bully in an arena pencak dor, pencak concept and how with the motto over the opponent, down fela. This research uses ethnographic approach to describe the field’s findings in detail. Literature review of previous studies is useful for dialogue are academics in the process of writing research, in addition studies library serves for informing the researchers thought when in the field well as in writing. Research results show that the meaning of a predicate is the swashbuckling fighter to spur its existence both in and outside the arena in the arena, honing the science of martial arts is their aim to become a true swordsman in addition, pencak dor as a means to spiritual sense because there are some restriction that must be done. Abstinence can provide a sense of restraint against any temptation, sense of abstinence went home before the bleed for those who hold that concept is a sense satisfaction when they see their own blood or blood. The concept was built by predecessors pencak dor certainly has a foundation that is brotherhood, any problem or goal if want to bully then dared to charge above the arena. No wonder with the motto over opponent, down comrades still hold tightly and as foundation in the show pencak dor. Lastly the number of its fighters to build a sense of community to materialize from brotherhood, who was born to embody martial skills and add to sense of sisterhood of the community as well as the match between communities. This the concept of pencak dor not be separated from the concept the value of social and culture that teaches mutual.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2016/772/051700429 |
Uncontrolled Keywords: | Persaudaraan, Makna Jagoan, Fungsi pencak dor sebagai pertunjukan seni beladiri, Arena pertarungan, Peredam konflik. brotherhood, meaning master, performing the function of pencak dor as martial arts, arena, silencer conflict. |
Subjects: | 300 Social sciences > 306 Culture and institutions |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Antropologi Budaya |
Depositing User: | Kustati |
Date Deposited: | 27 Jan 2017 14:38 |
Last Modified: | 30 Nov 2021 06:33 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/102692 |
Preview |
Text
SKRIPSI.pdf Download (6MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |