Sumigo, Lintang (2016) Potret Kekerasan Terhadap Tapol Pulau Buru Dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak: Tinjauan Poskolonial. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tahanan politik adalah sekelompok orang yang dituduh sebagai golongan kaum komunis pencetus tragedi 1965. Cerita tahanan politik ini digambarkan kembali oleh Laksmi Pamuntjak sebagai kisah cinta dengan iringan sejarah kelam masa lalu kekejaman Pulau Buru yang telah diketahui oleh dunia Internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui penyebab kekerasan yang terjadi terhadap tapol Pulau Buru dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak, (2) mengetahui bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi terhadap tapol Pulau Buru dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak. Penyebab dan bentuk kekerasan tersebut bersumber dari novel Amba karya Laksmi Pamuntjak dengan menggunakan teori poskolonial dan teori kekuasaan dan kekerasan. Data berupa kutipan yang mengandung kekerasan, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan sosial politik, dan kekerasan budaya. Temuan penelitian ini yakni penyebab kekerasan berupa (1) Ideologi merupakan strategi yang dilakukan pemerintah untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap membahayakan Orde Baru. Strategi tersebut dilakukan dengan mengasingkan para tahanan politik di Pulau Buru dengan cara merehabilitasi para tahanan selama sepuluh tahun lebih, (2) kepentingan politik, dilakukan dengan mengasingkan para tapol dari keluarga dan lingkungannya tanpa adanya kesalahan yang jelas, karena pengasingan ini dilakukan untuk menjauhkan orang-orang yang dianggap mengganggu proses stabilitas negara dan pemertahanan pemerintahan Orde Baru (3) pemanfaatan SDM yang dalam hal ini dilakukan dengan berupa kebijakan penyingkiran tapol dari Pulau Jawa ke Pulau Buru yang letaknya terpencil dan tidak memiliki kekayaan alam apapun, sehingga pemerintah menjadikan pulau ini sebagai rumah pengasingan dan sistem kerja paksa pembenahan Buru dengan memanfaatkan tenaga dari para tahanan politik Pulau Jawa yang notabenya berupa pulau yang kaya akan hasil bumi dan bangunannya. Selanjutnya temuan yang kedua yaitu bentuk-bentuk kekerasan terhadap para tahanan politik, (1) kekerasan fisik yang dalam jenisnya ada pukulan, injakan, melukai dengan alat/senjata, pembunuhan, dan seretan, (2) kekerasan psikologis berupa pengasingan, pengancaman, dan penghambatan pemenuhan seksual, (3) kekerasan sosial politik, yaitu pelabelan/cap negatif dan pembatasan informasi, dan (4) kekerasan budaya, yaitu penyelewengan agama.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2016/547/051607856 |
Subjects: | 400 Language > 499 Non-Austronesian languages of Oceania, Austronesian languages, miscellaneous languages > 499.22 Malayo-Polynesian languages of Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei, East Timor; Chamic languages > 499.221 Indonesian (bahasa Indonesia) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 13 Sep 2016 09:32 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 11:14 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/102448 |
Preview |
Text
LINTANG_SUMIGO.pdf Download (6MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |