Hyperreality Of Storytelling In Which Capable To Influence The Adressee To React Toward The Message That Delivered, In Quentin Tarantino’s Pulp Fiction

Rahawarin, RizalFadlilah (2015) Hyperreality Of Storytelling In Which Capable To Influence The Adressee To React Toward The Message That Delivered, In Quentin Tarantino’s Pulp Fiction. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Masyarakat saat ini tidak bisa lepas dari informasi, karena informasi dapat mengembangkan pengetahuan seseorang dan juga membantu masyarakat untuk memahami keberadaan mereka dalam lingkup sosial. Banyak kejadian dan informasi yang didapat oleh masyarakat merujuk pada media. Namun, di era saat ini sudah tidak asing lagi jika informasi yang dibuat oleh media tidak lagi merujuk pada kebenaran atau dari kenyataan sebuah realitas, informasi tidak lagi merujuk pada objektivitas namun subjektivitas. Subjektivitas ini disebabkan oleh adanya kepentingan sebelah pihak. Kuatnya kepentingan sebelah pihak disini, mampu menentukan informasi yang disampaikan oleh media, bahwa media tak lagi merepresentasikan fakta melankan fiksi, menggambarkan realitas melainkan hiperrealitas. Hiperrealitas dalam media menciptakan kondisi yang mana kepalsuan dianggap lebih nyata daripada kenyataan, kebohongan dianggap lebih benar daripada kebenaran itu sendiri. akibatnya, orang yang mendapatkan informasi dari media tidak dapat membedakan antara kebenaran dan kebohongan dalam isu-isu dan realita. Film Pulp Fiction adalam film bergenre drama-aksi yang mana adegan dalam film ini lebih banyak bercerita daripada aksi. Penulis fokus pada percakapan antara kelompok gangster sebagai objek analisa, yang mana cirtia ini adalah Vincent yang bekerja pada Marcellus (boss gangster) mampu terpengaruh realita palsu yang diciptakan oleh bosnya sendiri. Jadi, dalam penelitian ini penulis menggunakan teori simulakra dan simulasi milik Baudrillard untuk menganalisa bagaimana hiperrealitas dalam bercerita mampu mempengaruhi penerima untuk merespon pesan yang disampaikan.. Dengan menggunakan teori simulacra dan simulasi milik Baudrillard, penulis menemukan bahwa imej palsu yang dibuat oleh Marcellus adalah untuk “kepentingan kekuasaan” nya sendiri untuk memanipulasi orang-rang yang bekerja kepadanya dan rekan bisnisnya. Lalu marcellus menyebarkan imej-nya melalui metode bercerita sebagai media agar tak ada yang berani mempermainkannya. Adapun untuk peneliti selanjutnya, penulis menyarankan untuk menggunakan teori pendekatan masyarakat konsumsi milik Baudrillard untuk menganalisa bagaimana peran beberapa karakter yang ada dalam film Pulp Fiction cenderung mengkonsumsi objek atau produk tanpa mengetahui kegunaan dari objek atau produk itu sendiri.

English Abstract

Society nowadays were more willingly to be connected with their surroundings with the help of information, because it could developed someone’s knowledge and also helped society to understand their roles in society. Many events and information that society had in undeniably influenced by media and its interpretation of facts. Storytelling is also a media which often used in delivering information. However, in this era it is not uncommon if that information that created was not refer to the truth or the real of its reality, it no longer represented its objective but subjective. This subjectivity caused by the presence of interest of the party. The interest of the party which is so powerful here, is able to determine information that delivered by media. It was that media no longer represented fact but fictious, depicted reality but hyperreality. Hyperrealty in media created condition in which artificially was considered more real then reality, falsehood was considered more true than the truth. As a result, people who got the information from media could not distinguish between truth and falsehood between the issues and realities. Quentin Tarantino’s Pulp Fiction, is a drama-action movie which there are more conversation scene than action in the movie. The writer focus on the conversation between members of gangster as the object analysis, in which the story is that Vincent who works for Marselus (mob boss) is able to be influenced by pseudoreality that created by his own boss. Thus, in this research the writer used Baudrillard’s simulacra and simulation to analayzed how hyperrealy of storytelling could influenced the addressee to react toward the message that delivered, in Quentin Tarantino’s Pulp Fiction. By using Baudrillard’s simulacra and simulation, the writer found that the false image created by Marcellus is for his own “power interests” to manipulate those who work for him and his fellow business. Then Marcellus spread his image through storytelling in order to make people not to mess with him. This act is effective in influencing the addressee to be more careful in making decision when they are in business. As for the next researcher, the writer suggested to apply Jean Baudrillard’s approach of consumerism society to analyze how several characters that appear in the movie would like to consume things without knowing the use of the things.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FBS/2015/649/ 051506801
Subjects: 400 Language > 420 English and Old English (Anglo-Saxon)
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris
Depositing User: Kustati
Date Deposited: 28 Sep 2015 15:24
Last Modified: 28 Sep 2015 15:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/101873
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item