Megawati, TiaraPuspa (2014) The Javanese Dialects Used By English Department Students of Universitas Brawijaya from Madiun and Surabaya. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Karena dengan bahasa, masyarakat dapat berkomunikasi dengan yang lain. Ada pula hubungan antara bahasa dan daerah dimana mereka tinggal. Karena hubungan itu, masyarakat yang tinggal di daerah tertentu mempunyai bahasa atau dialeknya sendiri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kata-kata apa saja dalam dialek Jawa yang digunakan di Madiun dan Surabaya dengan teori dari Chaer (2012) tentang leksikal dan tingkatan bahasa Jawa apa yang digunakan dengan teori dari Aji (2013). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang digunakan dalam bentuk kata. Data tersebut merupakan kata-kata bahasa Jawa dari dialek Madiun dan dialek Surabaya dan sumber datanya adalah kata-kata bahasa Jawa yang dihasilkan oleh mahasiswa jurusan Sastra Inggris dari Madiun dan Surabaya tahun 2010. Peneliti mengumpulkan data dengan membuat pertanyaan untuk wawancara dan membuat topik untuk percakapan dan kemudian merekam percakapan yang sudah dilakukan. Setelah itu, peneliti menulis hasil rekamannya dan menganalisisnya kemudian menarik kesimpulan. Peneliti menemukan 29 kalimat yang mengandung bahasa Jawa menggunakan dialek Madiun dan dialek Surabaya. Ada 22 kata yang termasuk bahasa Jawa Ngoko Kasar, 7 kata dari Bahasa Jawa Ngoko Alus dan tidak ada kata yang termasuk bahasa Madya yang digunakan di dialek Surabaya. Itu terjadi karena masyarakat Surabaya tidah tahu dan tidak menggunakan bahasa Madya untuk berkomunikasi dengan remaja atau yang lebih muda. Peneliti juga menemukan 26 kata yang termasuk Ngoko Alus, 7 kata yang termasuk bahasa Madya dan tidak ada yang menggunakan bahasa Ngoko Kasar di dialek Madiun. Masyarakat Madiun tidak mengenal dan tidak menggunakan bahasa Ngoko Kasar karena mereka mengira bahwa bahsa itu terlalu kasar untuk digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Bahasa Ngoko Alus digunakan masyarakat Madiun untuk berkomunikasi dengan para remaja atau yang lebih muda dari pembicara. Kesimpulannya adalah dialek yang digunakan masyarakat Surabaya lebih kasar daripada dialek yang digunakan masyarakat Madiun. Bagi peneliti berikutnya, disarankan untuk melakukan studi dialek menggunakan teori lain. Peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya untuk melakukan studi dialek regional lainnya misalnya; dialek Sunda, dialek Cina, dialek Batak untuk memperluas pemahaman tentang dialek.
English Abstract
Language and society cannot be separated. Because of the language, people can communicate with each another. There is a relationship between language and the region in which they live. Because of relationship between language and region, people who live in one region have their own dialect. From that explanation, sociolinguistics do not be separate with dialect. This study examines the Javanese dialect used by English Department students from Madiun and Surabaya. The problems of the study in this study are what are the words in Madiun and Surabaya Javanese dialects used by English Department Students the theory proposed by Chaer (2012) about lexical, and what are Javanese levels of the words are used the theory proposed by Aji (2013). This study uses qualitative approach since the data is presented in the form of words rather than numbers. The data are Javanese words in Madiun dialect and in Surabaya dialect and the data source is Javanese utterances produced by students of English department in 2010 grade. The researcher collects the data by making question for interview and making topic to have conversation, and then recording the conversation done by the respondent. Then, transcribing the recording and analyzing them and finally drawing a conclusion. The researcher found 29 utterances that contain lexicon in Javanese using Madiun and Surabaya dialects. There are twenty two words of Ngoko Kasar, seven words of Ngoko Alus and no one word of Madya used in Surabaya dialect. It happens because the societies of Surabaya do not use Madya language to communicate with teenagers or the younger persons. And the researcher also found twenty six words of Ngoko Alus language, three words of Madya language, and no word of Ngoko Kasar language in Madiun dialects. The societies of Madiun do not use Ngoko Kasar language because they think that it is so rude to use at the daily communication. Ngoko Alus language is used to communicate with teenagers or the younger person than the speaker. The conclusion is that Surabaya dialects are ruder than the societies of Madiun dialect. The next researcher is recommended to conduct the study of dialects using the other theories. The researcher also suggests the next researchers to conduct a research on other regional dialects for example; Sundanese dialects, Chinese dialects, Batak dialects, to broaden the understanding of dialects.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2014/375/051405646 |
Subjects: | 400 Language > 420 English and Old English (Anglo-Saxon) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 09 Sep 2014 09:25 |
Last Modified: | 18 Oct 2021 05:35 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/101083 |
Preview |
Text
SKRIPSI_(Tiara_Puspa_Megawati).pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |