Analisis Ketidakpatuhan Cina Terhadap Declaration On The Conduct Of Parties In The South China Sea (Doc) Terkait Stabilitas Keamanan Kawasan Asia Tenggara Tahun 2010-2014

Remetwa, Yolanda Viyanditya (2017) Analisis Ketidakpatuhan Cina Terhadap Declaration On The Conduct Of Parties In The South China Sea (Doc) Terkait Stabilitas Keamanan Kawasan Asia Tenggara Tahun 2010-2014. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sengketa di wilayah perairan Laut Cina Selatan (LCS) seolah tidak kunjung padam dan menemui titik temu. Sengketa LCS ini berawal dari diakuisisinya hampir keseluruhan perairan LCS oleh Cina (Partai Komunis Cina) melalui nine-dash line di tahun 1953. Nine-dash line menandai batas kekuasaan teritorial Cina yang berada di bawah kedaulatan nasionalnya. Tersulutnya berbagai macam konflik perebutan kekuasaan di perairan tersebut ditengarai oleh letaknya yang strategis dan berlimpahnya kekayaan alam yang terdapat di dalamnya. Negara-negara yang turut berupaya mempertahankan kekuasaannya di LCS yaitu Cina, Taiwan, dan beberapa negara ASEAN yaitu Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. ASEAN sebagai lembaga supranasional di kawasan Asia Tenggara, berupaya untuk menyelesaikan sengketa perairan tersebut dengan membentuk Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC) pada tahun 2002. DOC merupakan perjanjian internasional yang dibentuk antara Cina dan negara-negara anggota ASEAN untuk menciptakan perdamaian di LCS dan mengurangi ketegangan di antara pihak-pihak yang bertikai. Namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2014, ketegangan di antara negara-negara anggota perjanjian DOC semakin besar dikarenakan Cina yang tidak mematuhi poin-poin perjanjian perdamaian dalam DOC.

English Abstract

The disputes in the South China Sea (SCS) as if have never found its end and seem hard to be overcome. This South China Sea (SCS) disputes initially happened when China took over most of its area to be their national sovereignty due to the historical right in 1953 under China Communist Party. They name their territorial sovereignty in SCS as nine-dash line. Countries nearby that disputable sea, like China, Taiwan, Philippines, Vietnam, Malaysia, and Brunei Darussalam, try hard to defend their right since SCS is well known with its strategic area and rich natural sources underneath. ASEAN as the supranational institution in South East Asia feels obliged to overcome this dispute in SCS. In 2002, ASEAN countries and China agreed to make an international agreement with its purpose to overcome the disputes and reduce the tensions in the SCS. However, from 2010 to 2014, the tension still occurred after the signing and adoption of DOC. The reason behind this rising tension in SCS because of China disobeyed the provisions written and agreed in the DOC.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FIS/2018/55/051801407
Uncontrolled Keywords: Sengketa, Laut Cina Selatan, ASEAN, Cina, DOC-SCS, Ketidakpatuhan
Subjects: 300 Social sciences > 327 International relations > 327.1 Foreign policy and specific topics in international relations > 327.109 51 Foreign policy and specific topics in international relations (China)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Hubungan Internasional
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 30 Apr 2018 07:43
Last Modified: 16 Oct 2021 04:56
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/10064
[thumbnail of SKRIPSI-Yolanda Remetwa-135120407111010.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI-Yolanda Remetwa-135120407111010.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item