Language Style of Raden Abimanyu in Wayang Orang Sekar Budaya Nusantara Entitled Wahyu Cakraningrat

Masfiroh, Emaluin (2013) Language Style of Raden Abimanyu in Wayang Orang Sekar Budaya Nusantara Entitled Wahyu Cakraningrat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Gaya bahasa merupakan salah satu ragam bahasa. Gaya bahasa yang digunakan oleh tiap orang berbeda dalam situasi yang berbeda tergantung pada dimanakah dan pada siapakah mereka berbicara, selain itu juga isi dan tujuan percakapan tersebut. Sebagai contoh, gaya bahasa yang digunakan oleh seorang pelayan akan berbeda jika ia sedang berbicara dengan majikannya atau sedang berbicara kepada sesama pelayan lain. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kelas sosial. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa gaya bahasa itu memberikan kompleksitas dalam sebuah bahasa. Contohnya dalam bahasa Jawa, gaya bahasa menjadi kompleks karena penuturnya mempertimbangkan konteks sosial. Penulis akan mengungkapkan mengenai gaya bahasa Jawa di wayang orang karena sekarang ini banyak orang Jawa yang tidak bisa menggunakan gaya bahasa Jawa dengan benar. Namun ada banyak media yang bisa digunakan untuk belajar, salah satunya adalah wayang orang. Ada dua rumusan masalah di studi ini yaitu (1) Apakah gaya bahasa yang digunakan oleh Raden Abimanyu dan berapakah levelnya? (2) apakah faktor yang mempengaruhi penggunaan gaya bahasa Raden Abimanyu? Studi ini adalah studi deskriptif kualitatif. Hal ini disebabkan karena penulis ingin menjelaskan dengan detail penemuanya mengenai gaya bahasa Raden Abimanyu. Selain itu, penulis juga menelaah dan memandang detail mengenai topik yang ia angkat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Abimanyu menggunakan tiga macam gaya bahasa Jawa yaitu ngoko, madya dan krama. Abimanayu menggunakan krama ketika ia berbicara kepada orang yang mempunyai status sosial tinggi yaitu Gatotkaca dan Samba. Dalam hal ini levelnya adalah level yang tertinggi yaitu level 3a. Dia menggunakan ngoko pada orang yang mempunyai status sosial rendah yaitu Semar dengan level gaya bahasa 1. Sedangkan gaya madya dia gunakan pada dua orang yaitu Gareng dan Gatotkaca. Meskipun keduanya termasuk gaya madya namun gaya bahasanya mempunyai level yang berbeda. Ketika dia berbicara kepada Gatotkaca levelnya adalah 3 karena gaya bahasanya hampir menyerupai krama sedangkan ketika berbicara pada Gareng levelnya adalah 1a. Penulis menyarankan pada para pembaca khususnya orang Jawa untuk lebih memahami dan mencintai bahasa Jawa supaya tidak punah dan mampu menggunakannya dengan baik dan benar. Selain itu untuk peneliti selanjutnya, penulis menyarankan untuk meneliti bahasa Jawa di drama tradisional seperti Ketoprak dan Ludruk atau bisa juga di karakter wayang lain seperti Semar yang mempunyai karakter yang unik.

English Abstract

Language style is kind of language variation. In a particular occasion, people use different styles depends on to whom and where they speak, what the content of conversation is and the aim of the conversation. For example, anguage style which is used by a servant is different when speak to his/her boss and to other servants even though in one situation. It is because there are different social classes among them. Style brings complexity in using language in a community. In Javanese, its style is very complex because the speaker’s style deals with social context. The writer wants to reveal Javanese language style through wayang orang because it is one of entertaining media that still can be used to learn Javanese language. There are two problems to be solved in this study, namely (1) what kind of Javanese language style and its stylistic level which is used by Raden Abimanyu? (2) what is the dominant social factor that influences the using of Javanese language style by Raden Abimanyu? This study is qualitative study because the writer wants to describe her finding of Raden Abimanyu’s language style towards other characters. The finding is explored and given the detail views of the topic. The result of the study shows that there are three kinds of Javanese language style which is used by Raden Abimanyu. They are ngoko, madya and krama. He used krama to the people that have high social class, they are Gatotkaca and Samba. Their stylistic level is the highest, level 3a. He used ngoko to the low class, Semar. Its stylistic level is the lowest, 1. Moreover, he spoke madya style toward two people; the first is Gareng and the second is Gatotkaca. However, both of them are in different levels. In Gareng, his stylistic level is 1a because it is almost similar to ngoko and toward Gatotkaca his stylistic level is 3. In addition, it is found that there are three factors that influence his stylistic level. They are participant, topic and function. The participant is the most influencing factor. Here, Abimanyu consideredd about whom he spoke whether his addressee has high or low social class. However, he also considered the topic and the function of the conversation. He smoothed his language if the topic was serious and the function was to ask an advice. The writer suggests to the reader especially who Javanese can understand and love their local language and used it appropriately to prevent Javanese from extinction. She also suggests to the next researcher to conduct the study about Javanese language style in another Javanese traditional theater for example Ketoprak and Ludruk or analyze other characters for example Semar who has unique identity.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FBS/2013/177/051307907
Subjects: 400 Language > 420 English and Old English (Anglo-Saxon)
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 16 Sep 2013 09:34
Last Modified: 18 Oct 2021 04:56
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/100637
[thumbnail of language_style_of_raden_abimanyu_in_wayang_orang_sekar_budaya_nusantara.pdf]
Preview
Text
language_style_of_raden_abimanyu_in_wayang_orang_sekar_budaya_nusantara.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item