Hardiyanti, CantikaPutri (2013) The Study of Aphasia in Megumi’s Character in the Third Episode “Mr.Brain” Dorama. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bahasa merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia untuk mengekspresikan pemikiran dan juga perasaan. Jika terjadi suatu masalah dalam kemampuan bahasa, hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya gangguan bahasa, salah satunya adalah Afasia. Studi ini diarahkan untuk menguraikan (1) gejala Afasia yang ditemukan dalam karakter Megumi, (2) batasan komunikasi antara lawan bicara dengan Megumi sebagai pasien yang mengidap Afasia, dan (3) strategi komunikasi yang digunakan oleh lawan bicara dengan Megumi sebagai pasien yang mengidap Afasia. Penelitian ini menggunakan analisis dokumen dan penelitian kualitatif dalam menganalisis fenomena Afasia di ucapan dan adegan dorama “Mr Brain” episode ketiga. Penulis menggunakan teori yang disusun oleh National Institute on Deafness and Communication Disorder (NIDCD, 2008) dan teori batasan komunikasi yang disusun oleh Karten (2002) di dalam menganalisis percakapan antara Megumi dalam naskah film. Menurut analisis, penemuan menunjukkan bahwa terdapat tiga gejala Afasia yang mendekati gejala Afasia Wernicke yang ditunjukkan oleh Megumi. Gejala-gejalanya antara lain kesulitan dalam memahami kata-kata, adanya kemampuan bahasa, dan tidak adanya kelemahan pada indra peraba dan tubuh. Megumi juga tidak mampu menghubungkan kembali memorinya yang juga memiliki peran penting dalam proses memulihkan kembali kosa katanya. Penulis juga menemukan preferensi ketikdakcocokan komunikasi dan kesalahan pengertian sebagai faktor yang dapat mengakibatkan batasan komunikasi. Oleh karena itu terapis dapat menghindari beberapa batasan bahasa agar dapat menemukan pengobatan yang cocok untuk menyembuhkan Megumi. Selanjutnya, penulis menemukan empat strategi komunikasi yang digunakan dalam pengobatan Megumi, antara lain membangun kebiasaan percakapan wajar yang tepat untuk orang dewasa; mengulang perkataan dan menggunakan modifikasi perpanjangan suku kata; dan dukungan dalam berbagai jenis komunikasi seperti percakapan, isyarat, petunjuk, atau gambar. Dalam kasus Megumi, permainan kata dari Jepang (Shiritori) menjadi cara yang terbaik untuk meningkatkan kosa kata. Melalui penelitian ini, penulis menyarankan untuk para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengeksplorasi Afasia agar menyelidiki fenomena Afasia lainnya. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan strategi komunikasi dengan kemajuan pasien Afasia dalam mengembalikan kemampuan berbahasanya.
English Abstract
Language is one of the most important things in human’s life to express their thoughts and feelings. However, some problems dealing with language ability can happen because of language disorders, one of them is Aphasia. This study is aimed at describing (1) The symptoms of Aphasia that are found in Megumi’s character, (2) The communication gap between the interlocutor and Megumi as a patient who suffers from Aphasia, and (3) The communication strategies that are used by the interlocutor to communicate with Megumi as a patient who suffers from Aphasia. This research applied qualitative approach and document analysis in analyzing Aphasia phenomena in the subtitle and scenes of third episode of “Mr.Brain” dorama. The writer used a theory proposed by National Institute on Deafness and Communication Disorder (NIDCD, 2008) and a theory of communication gap proposed by Karten (2002) in analyzing dialogues of Megumi and the interlocutors in the movie script. The findings reveal that there are three Aphasia symptoms which refer to Wernicke’s Aphasia shown by Megumi as the Aphasia patient in the third episode of “Mr. Brain” dorama. They are having difficulties in understanding words, having the ability of speaking, and having no weakness in tactile sensor and body. She is also unable to reconnect memory bank which has an important role in gaining back her vocabularies. The writer also finds mismatched communication preferences and mistaken assumption of understanding as the factors that cause communication gap. Moreover, the therapist can avoid some gaps in order to find the appropriate treatment to heal Megumi. Furthermore, the writer figures out three communication strategies that are used in Megumi’s treatment. They are maintaining a natural conversational manner appropriate for an adult; repeating the content words and using prolongation in each word; and encouraging any type of communication, whether it is speech, gesture, pointing, or drawing. In Megumi’s case, a Japanese word game (Shiritori) becomes the best treatment to improve her vocabularies. Through this study, the writer suggests for the future researchers who are interested in exploring Aphasia to investigate other Aphasia phenomena. The future researchers can also do further investigation in the relation of communication strategies with the progression of the Aphasia patient in gaining back his or her language ability.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2013/123/051307492 |
Subjects: | 400 Language > 420 English and Old English (Anglo-Saxon) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris |
Depositing User: | Hasbi |
Date Deposited: | 23 Sep 2013 14:53 |
Last Modified: | 18 Oct 2021 05:32 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/100577 |
Preview |
Text
COVER.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
CHAPTER_I_AND_IV_begining.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
data_description_CHAPTER_IV.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
cover,abstract,acknowledgement,table_of_content.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
CHAPTER_IV_AND_V_continuation.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |