Anggraini, RaysaSepti (2010) Power and Hegemony Construction on Indonesian Presidential Debate 2009. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga praktik sosial. Ada banyak bentuk praktik sosial di masyarakat, salah satunya adalah politik. Debat Presiden Indonesia 2009 merupakan kegiatan politik yang menggunakan bahasa sebagai kekuatan untuk membujuk masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, penulis melakukan kajian tentang konstruksi kekuasaan dan hegemoni pada Debat Presiden RI 2009 dengan menggunakan pendekatan CDA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ujaran-ujaran yang ditemukan dalam Debat Presiden RI 2009 yang merepresentasikan konstruksi kekuasaan dan hegemoni ditinjau dari pementasan, perspektif, dan pilihan kata, dan (2) pengaruh kekuasaan dan hegemoni yang dikonstruksi oleh masing-masing kandidat dalam bahasa Indonesia. Debat Presiden 2009 untuk suara rakyat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Ini adalah analisis dokumen transkripsi Debat Presiden Indonesia putaran kedua 2009 di mana pementasan, perspektif, dan pilihan kata mewakili konstruksi kekuatan dan hegemoni. Data dianalisis dengan menggunakan tiga level analisis CDA pendekatan Fairclough: analisis tekstual, praktik diskursif, dan proses sosiokultural. Kajian ini mengungkap perbedaan konstruksi kekuasaan dan hegemoni calon Presiden Indonesia. Megawati mengkonstruksi kekuatan dan hegemoninya dengan mengatakan ucapan-ucapan mewakili slogannya yaitu “pro-rakyat”. Kemudian, Susilo Bambang Yudhoyono mengkonstruksi kekuasaan dan hegemoninya dengan menyebutkan fakta-fakta keberhasilan program-program dalam pemerintahannya. Jusuf Kalla mengkonstruksi kekuasaan dan hegemoninya dengan menawarkan solusi atas masalah kemiskinan dan pengangguran dari segi ekonomi. Dari calon, SBY mendapat suara tertinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cara SBY membangun kekuasaan dan hegemoni atas masyarakat adalah yang paling efektif antara lain untuk memenangkan pemilihan presiden. Disarankan, pertama, peneliti CDA selanjutnya melakukan penelitian lain dengan menggunakan objek dan pendekatan lain. Kedua, ketika mempertimbangkan pendekatan Fairclough, mereka harus turun ke lapangan untuk menganalisis pendekatan tingkat ketiga yaitu proses sosiokultural.
English Abstract
Language is not only a tool for communication, but also a social practice. There are many forms of social practice in the society, one of them is politics. Indonesian Presidential Debate 2009 is a political activity that uses language as the power to persuade the society. In line with this, the writer conducted a study about the power and hegemony construction on the Indonesian Presidential Debate 2009 by using CDA approach. This study is aimed at investigating: (1) the utterances found in Indonesian Presidential Debate 2009 representing power and hegemony construction viewed from staging, perspectivization, and choice of words, and (2) the effect of power and hegemony constructed by each candidate in Indonesian Presidential Debate 2009 to the people ’ s vote. This study is a qualitative study. It is a document analysis of the transcription of the second round of Indonesian Presidential Debate 2009 in which the staging, perspectivization, and choice of words represent the power and hegemony construction. The data were analysed by using the three levels of CDA analysis of Fairclough ’ s approach: textual analysis, discursive practice, and sociocultural process. This study revealed the different power and hegemony construction of the Indonesian Presidential candidates. Megawati constructed her power and hegemony by saying utterances represented her slogan that was “ pro-people ” . Then, Susilo Bambang Yudhoyono constructed his power and hegemony by mentioning the facts of successful programs in his governance. Jusuf Kalla constructed his power and hegemony by offering solution on poverty and unemployment problems from the economy point of view. From the candidates, SBY got the highest vote. Therefore, it can be concluded that SBY ’ s way of power and hegemony construction over the society is the most effective among others to win the president election. It is suggested that, first, the next CDA researchers do other research by using other objects and approaches. Second, when considering Fairclough ’ s approach, they should go to the field for analysing the third level of the approach that is the sociocultural process.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2011/1/051101864 |
Subjects: | 400 Language > 420 English and Old English (Anglo-Saxon) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 09 May 2011 10:36 |
Last Modified: | 01 Nov 2021 15:31 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/100345 |
Preview |
Text
051101864.pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |