Dampak La Nina Terhadap Usahatani Tebu Di Desa Kucur

Novit K, Dwi Yan (2017) Dampak La Nina Terhadap Usahatani Tebu Di Desa Kucur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Peningkatan suhu global telah menyebabkan perubahan dalam iklim global yang memicu terjadinya kondisi iklim ekstrim La Nina. Normal mulai mempengaruhi Indonesia pada bulan Maret 2015 yang mencapai tingkat terkuat pada bulan Juli 2015 dan memuncak pada bulan Desember 2015. Efek Normal termasuk curah hujan yang lebih rendah, khususnya di Kalimantan Tengah dan Selatan, Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua. Terdapat beberapa wilayah yang mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 60 hari yang dimulai dari bulan Juli 2015, salah satunya Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sedangkan La Nina, mulai mempengaruhi Indonesia pada bulan Juli 2016. Maka, tahun 2016 adalah tahun ke-13 kalinya terjadi La-Nina dalam kurun tahun 1970-2016. Pada bulan Juli 2016, sudah lebih dari 3/4 bulan terjadi hujan di wilayah Indonesia. Hal ini mengindikasikan adanya pergerakan penguatan La-Nina pada tahun 2016. Sektor-sektor yang diindikasikan sensitif terhadap dampak perubahan iklim adalah pertanian. Dampak negatif tersebut terutama dirasakan oleh daerah-daerah tropis yang berlokasi dekat equator yakni Indonesia. Maka dalam hal ini, sektor pertanian tebu juga mengalami dampaknya melalui berubahnya jangka waktu penanaman dan jadwal panen. Desa Kucur merupakan salah satu yang mengalami fenomena perubahan iklim. Desa Kucur merupakan desa yang terkenal akan budidaya tebu lahan kering dengan lahan tadah hujannya. Oleh karena itu, munculnya perubahan iklim yang memicu terjadinya iklim ekstrim Normal dan La Nina akan berdampak pada usahatani tebu di Desa Kucur. Hal ini juga akan mempengaruhi keadaan kehidupan petani tebu di Desa Kucur. Adapun tujuan penelitian ini ialah menganalisis dampak dari perubahan iklim terhadap biaya usahatani tebu, produktivitas tebu, rendemen tebu, dan pendapatan usahatani tebu pada musim Normal tahun 2014/2015 dan biaya usahatani tebu, produktivitas tebu, rendemen tebu, dan pendapatan usahatani tebu musim La Nina tahun 2015/2016. Metode yang digunakan untuk analisis data adalah analisis usahatani. Sedangkan metode untuk pengujian hipotesis adalah analisis uji beda rata-rata. Berdasarkan hasil perhitungan, ditemukan hasil uji beda rata-rata pada biaya usahatani tebu adalah thitung lebih kecil daripada t0,05 (1,46 < 1,67), sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan iklim tidak berdampak secara signifikan terhadap biaya usahatani tebu di Desa Kucur. Oleh karena itu, biaya usahatani tebu pada iklim Normal musim tanam (MT) 2014/2015 tidak lebih rendah dari biaya usahatani tebu pada iklim La Nina MT 2015/2016. Hasil uji beda rata-rata pada produktivitas tebu adalah thitung lebih kecil daripada t0,05 (0,55 < 1,67), sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan iklim tidak berdampak secara signifikan terhadap produktivitas tebu di Desa Kucur. Oleh karena itu, produktivitas tebu pada iklim Normal musim tanam (MT) 2014/2015 tidak lebih rendah dari produktivitas tebu pada iklim La Nina MT 2015/2016. Hasil uji beda rata-rata pada rendemen tebu adalah thitung lebih besar daripada t0,05 (3,16 < 1,67), sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan iklim berdampak secara signifikan terhadap rendemen tebu di Desa Kucur. Oleh karena itu, rendemen tebu pada iklim Normal MT 2014/2015 lebih tinggi dari rendemen tebu pada iklim La Nina MT 2015/2016. Hasil uji beda rata-rata pada pendapatan usahatani tebu adalah thitung lebih kecil daripada t0,05 (0,56 < 1,67), sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan iklim tidak berdampak secara signifikan terhadap pendapatan usahatani tebu di Desa Kucur. Oleh karena itu, pendapatan usahatani tebu pada iklim Normal MT 2014/2015 tidak lebih tinggi dari pendapatan usahatani tebu pada iklim La Nina MT 2015/2016.

English Abstract

The increase in global temperature has caused change in global climate that can trigger extreme climatic conditions Normal and La Nina. Normal start affect Indonesia in March 2015, reached the level of strongest in July 2015 and culminated in December 2015. The effects of Normal including rainfall is lower, especially in central and south Kalimantan, the southern part of Sumatra, Java island, Sulawesi island and Papua island. There are some areas experiencing days without rain (HTH) more than 60 days that begins on July 2015, one of them is Malang District, East Java. Otherwise, La Nina start to affected Indonesia in July 2016. So, 2016 was the 13th year happened La Nina over 1970-2016. In July 2016, are more than 3/4 months rain occurred in Indonesia. This indicates the movement of strengthening La Nina in 2016. Sectors that sensitive indicated to the impact of climate change is a farm. This negative impact especially perceived on tropical areas located near equator, including Indonesia. But in this case, the agricultural sugarcane sector also suffered through the impact a period of planting and harvest schedule. Kucur village was one who experienced the phenomena of climate change. Kucur village is village noted for dry land cane cultivation with rain cistern land. Therefore, the emergence of climate change that can trigger extreme climate of Normal and La Nina will have an impact on sugar cane farming in Kucur village. This will also affect the state of living cane farmers in Kucur village. The purpose of this research, to analyze the impact of climate change on cost of sugarcane farming, sugarcane productivity, sugarcane sucrose content and income of sugarcane farming in the Normal climate season 2014/2015 and cost of sugarcane farming, sugarcane productivity, sugarcane sucrose content and income of sugarcane farming La Nina climate season 2015/2016. The Method that used to data analysis is farming analysis. Whereas methods to the testing of hypothesis is the paired sample t-test or the different averages test. Based on the calculation result, the results of the paired sample t-test on cost of sugarcane farming is thitung smaller than t0,05 (1,46 < 1.67), so that it can be said that climate change has not had a significant impact on cost of sugarcane farming in Kucur village. Therefore, cost of sugarcane farming in Normal climate season 2014/2015 is not lower than cost of sugarcane farming in La Nina climate season 2015/2016. The results of the paired sample t-test on sugarcane productivity is thitung smaller than t0,05 (0,55 < 1.67), so that it can be said that climate change has not had a significant impact on sugarcane productivity in Kucur village. Therefore, sugarcane productivity in Normal climate season 2014/2015 is not lower than sugarcane productivity in La Nina climate season 2015/2016. The results of the paired sample t-test on sugarcane sucrose content is thitung bigger than t0,05 (3,16 < 1,67), so that it can be said that climate change has significant impact on sugarcane sucrose content in Kucur village. Therefore, sugarcane sucrose content in Normal climate season 2014/2015 is higher than sugarcane sucrose content in La Nina climate season 2015/2016. The results of the paired sample t-test on income of sugarcane farming is thitung smaller than t0,05 (1,46 < 1.67), so that it can be said that climate change has not had a significant impact on income of sugarcane farming in Kucur village. Therefore, income of sugarcane farming in Normal climate season 2014/2015 is not lower than income of sugarcane farming in La Nina climate season 2015/2016.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	SKR/FP/2017/347/051707538
Uncontrolled Keywords:	Usahatani, Tebu, Iklim Ekstrim, La Nina
Subjects:	300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.17 Products > 338.173 61 Products (Sugarcane)
Divisions:	Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User:	Yusuf Dwi N.
Date Deposited:	13 Nov 2017 01:55
Last Modified:	14 Oct 2020 05:43
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/5299

Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item