Studi Hubungan Ketebalan Lapisan Epidermis dan Kerapatan Stomata Daun terhadap Infeksi Patogen Alternaria porri pada 6 Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).

Wulandari, Indri Dwi and Dr. Izmi Yulianah, S.P., M. Si. and Ir. Baswarsiati, MS (2024) Studi Hubungan Ketebalan Lapisan Epidermis dan Kerapatan Stomata Daun terhadap Infeksi Patogen Alternaria porri pada 6 Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan sayuran bermanfaat yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tingginya nilai ekonomis bawang merah mendorong petani untuk menanam tanaman ini sehingga terjadi peningkatan produksi per tahun. Meskipun demikian produktivitas bawang merah masih dibawah rata-rata potensi hasil. Hal tersebut diduga akibat serangan penyakit tanaman. Salah satu penyakit penting pada budidaya tanaman bawang merah adalah bercak ungu yang disebabkan oleh jamur Alternaria porri. Petani umumnya mengendalikan penyakit tersebut dengan penyemprotan bahan kimia yang apabila dilakukan secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi ekosistem. Upaya preventif yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kehilangan hasil akibat bercak ungu yaitu memilih menggunakan verietas tahan. Ketahanan varietas tanaman berbeda antar satu dengan lainnya salah satunya dipengaruhi oleh pertahanan struktural misalnya lapisan lilin dan kutikula pada lapisan epidermis dan ukuran, letak serta bentuk stomata. Lapisan epidermis sebagai lapisan terluar daun menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan penetrasi patogen ke dalam tubuh tanaman. Oleh karena itu dilakukan penelitian hubungan ketebalan lapisan epidermis daun dan kerapatan stomata daun 6 varietas bawang merah terhadap infeksi jamur Alternaria porri Penelitian dilaksanakan di Desa Tawangagro, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman. Alat yang digunakan meliputi seperangkat alat pertanian, papan penanda, kamera, timbangan digital, penggaris, mikrotom geser dan mikroskop. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu 6 varietas bawang merah (Super Philip, Batu Ijo, Tajuk, Bima Brebes, Biru Lancor, Lokal Probolinggo), pupuk NPK Mutiara 16-16-16, SP-36, dolomit, pupuk kandang, kutek transparan, dan gliserin 30%. Penelitian merupakan percobaan non faktorial yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan ulangan 4 kali. Pengamatan yang dilakukan meliputi panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan per petak, potensi hasil, intensitas penyakit, ketebalan lapisan epidermis dan kerapatan stomata. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA), hasil analisis menunjukkan berbeda nyata diuji menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% dan 1%. Semua variabel pengamatan kemudian diuji korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa perbedaan varietas bawang merah berpengaruh nyata terhadap variabel panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, jumlah umbi, bobot segar umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun, bobot kering umbi per petak dan potensi hasil. Disamping itu, perbedaan varietas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada variabel intensitas penyakit, ketebalan lapisan epidermis dan kerapatan stomata. Varietas Batu Ijo memiliki potensi hasil tertinggi daripada varietas lainnya. Berdasarkan hasil uji korelasi ketebalan lapisan epidermis daun dan kerapatan stomata tidak memiliki korelasi yang nyata terhadap intensitas infeksi patogen Alternaria porri penyebab penyakit bercak ungu. Semua varietas yang digunakan dalam penelitian tergolong imun terhadap patogen Alternaria porri.

English Abstract

Shallot (Allium ascalonicum L.) is a useful vegetables that have high economic value. The high economic value of shallots inspire the farmers to plant this plant so that production increases per year. However, shallot productivity is still below the average potential yield. This thougt to be due to a plant disease attack. One of the important diseases in shallot cultivation is purple blotch caused by fungus Alternaria porri. Farmers generally control this disease by spraying chemicals which, if done continously will have a negative impact on the ecosystem. Preventive measures that can be taken to minimize yield losses due to purple blotch are choosing to use resistant varieties. The resistance of plant varieties different from another, one of which is influenced by structural defense, for example the wax layer and cuticle in the epidermis layer and the size, location and shape of the stomata. Epidermal layer as the outermost layer of leaves is one of the important factors in the successful penetration of pathogens into the plant body. Therefore, a study was conducted on the relationship between the thickness of the epidermal layer and the density of stomata of 6 shallot varieties on infection with the fungus Alternaria porri. The research was carried out in Tawangagro Village, Karangploso District, Malang and in a Plant Breeding Laboratory. The tools used include a set of experimental tools, marker boards, camera, digital scales, ruler and microscope. While the materials needed are 6 varieties of shallot (Super Philip, Batu Ijo, Tajuk, Bima Brebes, Biru Lancor, Lokal Probolinggo), NPK Mutiara 16-16-16 fertilizer, SP-36, dolomite, and 30% glycerin. The research is non-factorial experiment desaigned using a randomized block design with 4 repetitions. Observations made included plant height, number of leaves, number of tillers, wet tuber weight/plant, dry tuber weight/plant, dry tuber weight/plot, disease intensity, potential results, thickness of the epidermal layer and stomata density. The data obtained was analyszed using analysis of varian (ANOVA), the results of the analysis show significally different it is tested using the 5% and 1% Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). All observed variables are then tested for correlation to determine the relationship between these variables. The result of the research shows that differences in shallot varieties had a significant effect on the variables plant height, number of leaves, number of tillers, number of bulbs, wet tuber weight/plant, dry tuber weight/plant, dry tuber weight/plot, and potential results. Besides that, the different varieties does not show significant differences in the variables of disease intensity, thickness of the epidermal layer and density stomata. The Batu Ijo varieties has the highest yield potential than other varieties. Based on the correlation test result, the thickness of the leaf epidermal layer and the density of the stomata don’t have a significant correlation with the intensity of infection by the Alternaria porri pathogen which causes purple blotch disease. All the varieties used in the research were classified as immune to infection with the Alternaria porri pathogen.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	0524040094
Divisions:	Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User:	Unnamed user with username nova
Date Deposited:	19 Feb 2024 07:03
Last Modified:	07 Jun 2024 03:01
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/216146

Text (DALAM MASA EMBARGO) Indri Wulandari.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB)

Actions (login required)

View Item