Pamungkas, Buyut Patmawati Asih Retno (2020) Pengaruh Bentuk Aplikasi dan Tingkat ketebalan Mulsa pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman bit merah (Beta vulgaris L.) ialah tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat. Pemanfaatan tersebut terutama terletak pada bagian umbi. Umbi bit merah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, digunakan sebagai bahan pewarna alami tekstil dan makanan, serta digunakan sebagai bahan alami pembuatan obat. Berdasarkan pada tingginya pemanfaatan tersebut, menyebabkan permintaan umbi bit merah di Indonesia semakin meningkat. Namun demikian, pengembangan tanaman bit merah di dataran tinggi terkendala oleh keterbatasan lahan sehingga menyebabkan produktivitas dan kontuinitas umbi bit relatif rendah. Disisi lain, pemanfaatan lahan kering di Indonesia belum intensif untuk pengembangan pertanian, padahal jika dilihat dari segi luasan maka lahan tersebut sangat potensial dikembangkan sebagai sentra produksi tanaman termasuk tanaman bit. Kendala seperti fluktuasi suhu dan kelembaban tanah serta rendahnya ketersediaan air menjadi faktor pembatas yang perlu diatasi salah satunya melalui pengaplikasian mulsa jerami padi. Pengaplikasian mulsa jerami padi di atas permukaan tanah dapat mengendalikan suhu dan mempertahankan kelembaban tanah. Disisi lain, pemulsaan juga mencegah hilangnya air akibat penguapan dan mencegah pengikisan hara (leaching) ketika terjadi hujan. Namun demikian, besarnya pengaruh mulsa terhadap pengendalian suhu dan kelembaban tanah akan sangat dipengaruhi oleh bentuk dan tingkat ketebalan mulsa. Oleh karena itu, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh bentuk dan tingkat ketebalan mulsa jerami padi pada pertumbuhan dan hasil tanaman bit merah serta mendapatkan informasi tentang bentuk dan tingkat ketebalan mulsa jerami padi pada pertumbuhan dan hasil tanaman bit merah yang ditanam di lahan kering. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang yang terletak pada ketinggian 303 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2019. Metode penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan menempatkan bentuk mulsa pada petak utama dan terdiri dari 2 perlakuan yaitu jerami utuh (B1) dan jerami cacah (B2), sedangkan ketebalan mulsa ditempatkan pada anak petak dan terdiri dari 5 tingkatan yaitu tanpa mulsa (K0), ketebalan mulsa 2 cm (K1), ketebalan mulsa 4 cm (K2), ketebalan mulsa 6 cm (K3), dan ketebalan mulsa 8 cm (K4). Perlakuan diulang 3 kali sehingga didapatkan 30 kombinasi perlakuan. Parameter yang diamati meliputi komponen lingkungan mikro, komponen pertumbuhan dan hasil, serta komponen panen tanaman bit merah. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat interaksi atau pengaruh nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji antar perlakuan menggunakan BNJ taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi nyata antara bentuk aplikasi dan tingkat ketebalan mulsa pada komponen lingkungan mikro yang meliputi : suhu tanah permukaan maksimum pada umur pengamatan 33 dan 43 hst, kelembaban tanah maksimum pada umur pengamatan 23, 33 dan 43 hst dan ii kelembaban tanah minimum pada umur pengamatan 23, 33 dan 43 hst. Kemudian pada komponen pertumbuhan dan hasil tanaman yang meliputi : bobot kering akar pada umur pengamatan 15, 25 dan 35 hst, luas daun pada umur pengamatan 15, 25, 35 dan 45 hst, bobot umbi per tanaman pada umur pengamatan 15, 25, 35 dan 45 hst, bobot segar total tanaman pada umur pengamatan 15, 25, 35 dan 45 hst dan bobot kering total tanaman 15, 25, 35 dan 45 hst. Selanjutnya pada komponen panen terjadi interaksi antara bentuk aplikasi dan tingkat ketebalan mulsa pada pengamatan hasil panen per hektar pada umur pengamatan 60 hst. Penggunaan mulsa tanpa cacah ketebalan 6 cm dan 8 cm menghasilkan panen per hektar yang tidak berbeda nyata, namun keduanya lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Sedangkan penggunaan mulsa cacah ketebalan 8 cm menghasilkan panen per hektar yang tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Namun demikian, umbi yang dihasilkan pada seluruh perlakuan masih dibawah kondisi normal baik bentuk maupun ukurannya, diduga karena faktor serangan penyakit dan jenis tanah yang keras pada lahan kering. Berdasarkan analisis usaha tani, seluruh perlakuan belum layak untuk diusahakan karena menghasilkan R/C yang kurang dari 1, namun mulsa cacah ketebalan 8 cm menghasilkan nilai R/C yang lebih tinggi dari perlakuan yang lain yakni sebesar 0,80.
English Abstract
Red beetroot (Beta vulgaris L.) are horticultural plants that have many benefits. Utilization is mainly located in the tuber section. Red beetroot is widely used as a food ingredient, used as a natural coloring agent in textiles and food, and is used as a natural ingredient in making drugs. Based on the high utilization, the demand for red beet bulbs in Indonesia is increasing. However, the development of red beet plants in the highlands is constrained by limited land, causing the productivity and continuity of beetroot tubers to be relatively low. On the other hand, the use of dry land in Indonesia has not been intensive for agricultural development, whereas when viewed in terms of area, the land has the potential to be developed as a production center for plants including beet plants. Constraints such as fluctuations in temperature and soil moisture and low water availability are limiting factors that need to be overcome one of them through the application of rice straw mulch. The application of rice straw mulch above ground level can control temperature and maintain soil moisture. On the other hand, mulching also prevents loss of water due to evaporation and prevents leaching of nutrients when it rains. However, the magnitude of the influence of mulch on controlling soil temperature and humidity will be greatly influenced by the shape and thickness of the mulch. Therefore, the aim of this research is to study the effect of the shape and thickness level of rice straw mulch on the growth and yield of red beetroot plants and to obtain information about the shape and thickness level of rice straw mulch on the growth and yield of red beetroot planted on dry land. The purpose of this research is to study the effect of application form and thickness level of rice straw mulch on the growth and yield of red beetroot plants and to obtain information about the shape and level of thickness of rice straw mulch on the growth and yield of red beetroot planted on dry land. This research was conducted in Jatikerto Village, Kromengan District, Malang Regency which is located at an altitude of 303 meters above sea level. This research was conducted in March to May 2019. The research method used Divided Plot Design (DPD) by placing mulch on the main plot and consisting of 2 treatments, namely whole straw (B1) and chopped straw (B2), while the thickness of mulch placed on subplot and consists of 5 levels, namely without mulch (K0), mulch thickness 2 cm (K1), mulch thickness 4 cm (K2), mulch thickness 6 cm (K3), and mulch thickness 8 cm (K4). The treatment was repeated 3 times so that 30 treatment combinations were obtained. The parameters observed included components of the microenvironment, components of growth and yield, and components of red beet crop harvest. Observational data obtained were analyzed using analysis of variance (F test) at 5% level. If there are interactions or significant effects of the treatment, then proceed with the inter-treatment test using HSD level of 5%. The results showed a real interaction between the application form and the thickness level of mulch on microenvironment components including: maximum surface soil temperature at 33 and 43 days after planting, maximum soil moisture at 23, 33 and 43 days after planting and minimum soil moisture at age observations 23, 33 and 43 days after planting. Then the plant growth components include: root dry weight at 15, 25 and 35 days after planting, leaf area at 15, 25, 35 and 45 days after planting, tuber weights per plant at 15, 25, 35 and 45 days after planting, total fresh weight of plants at the age of observation 15, 25, 35 and 45 days after planting and total dry weight of plants 15, 25, 35 and 45 days after planting. The use of mulch without chopping thickness of 6 cm and 8 cm produces yields per hectare that are not significantly different, but both are higher than other treatments. While the use of chopped mulch thickness of 8 cm produces the highest harvest per hectare compared to other treatments. However, the tubers produced in all treatments were still under normal conditions both in shape and size, presumably due to disease and hard soil types on dry land. Based on the analysis of farming, all treatments are not feasible to be cultivated because they produce R/C that is less than 1, but chopped mulch thickness of 8 cm produces R/C values that are higher than other treatments which is equal to 0,80.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2020/42/052003696 |
| Uncontrolled Keywords: | - |
| Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.1 Edible roots > 635.11 Beets |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:34 |
| Last Modified: | 11 Apr 2023 03:27 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/181100 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Rahmanda Ilman Firmansyah.pdf - Published Version Restricted to Registered users only until 31 December 2023. Download (8MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |