Tisna, Brilyan Bayani (2018) Daya Dukung Lahan Terkait Kegiatan Pariwisata di Gili Trawangan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Perkembangan pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkatn pada tahun 2014 kondisi pariwisata Indonesia mengalami peningkatan dilihat dari Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Desember 2014 mencapai 915,3 ribu kunjungan atau naik 6,35 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman Desember 2013. Menurut daata dari Dinas Pariwisata Lombok Utara sejak tahun 2009, pengunjung Gili Trawangan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hingga pada tahun 2014, jumlah pengunjung yang mendatangi Gili Trawangan adalah sejumlah 315.959 jiwa atau meningkat hingga 50% dari pengunjung tahun 2010 dengan rincian wisatawan nusantara sebanyak 43.783 jiwa dan wisatawan mancanegara sebanyak 272.176 jiwa. Bertambahnya jumlah pengunjung menyebabkan perkembangan pembangunan di Gili Trawangan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah hotel melati di Gili Trawangan sejumlah 117 unit dan pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai 144 unit. Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan permasalahan yang timbul di lokasi wisata Gili Trawangan seperti pada penilaian Quality of Life nilai masyarakat Gili Trawangan rendah karena bagi masyarakat perkembangan pariwisata membawa dampak negative terutama masalah lingkung. Masalah dapat ditemui berupa abrasi di sepanjang pantai yang mengakibatkan terputusnya beberapa titik jalan lingkar yang mengelilingi Gili Trawangan, terjadi kerusakan terumbu karang, , dan Masyarakat banyak yang menggali pasir untuk keperluan pembangunan menyebabkan terjadinya pengikisan tanah di permukaan Gili Trawangan. Kelerengan pada Gili Trawangan dibagi menjadi dua, yaitu pada bagian timur-selatan sebesar 0-5%. Sedangkan pada bagian barat-utara sebesar 5-15%. Topografi di RT 1 sebagian besar adalah 15-40%, hanya sedikit yang memiliki topografi 0-5% dengan guna lahan perdagangan dan permukiman. Wilayah RT 2 dan RT 3 terbagi hampir sama besar untuk masing-masing kelerengan, dan pada RT 4 hanya sedikit wilayah dengan kelerengan 15-40%. Luas paling besar di kelerengan 0-5% adalah RT 4 dan pada kelerengan 15-40% paling luas adalah RT 1 dengan demikian wilayah pengembangan akan berpusat di RT 4 dengan luas kelerengan datar paling besar. Keadaan tanah di Gili Trawangan terdiri dari tanah coklat dengan bahan induk endapan pasir. Seluas 317,37 ha lahan di Gili Trawangan berupa aluvium dan endapan pantai tersebar dari RT 1 hingga RT 5. Jenis tanah ini jenis yang agak halus, tetapi masih lebih kasar bila dibandingkan dengan jenis tanah lain yang ada di Gili Trawangan yaitu formasi kali babak. Luasan formasi kali babak sebesar 35,45 ha terletak di RT 5 dan hanya terdapat sedikit bangunan yaitu berupa bangunan hotel. Kondisi eksisting menunjukkan pembangunan terus bertambah akibat perkembangan pariwisata hingga kini mencapai 27% dari luas keseluruhan pulau Gili Trawangan atau sebesar 92 ha. Gili Trawangan mengalami pengikisan terutama di wilayah yang banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan terjadi pemutusan jalur yang melingkari Gili Trawangan di beberapa titik. Abrasi ringan sebagian besar didominasi dengan guna lahan terbuka yaitu perkebunan, hutan dan semak belukar. Guna lahan dengan kenampakan abrasi sedang adalah permukiman dan perdagang jasa, sedangkan kenampakan abrasi berat berada pada garis pantai yang terdapat banyak kegiatan perdagangan jasa dan rekreasi. Abrasi sedang paling luas adalah RT 2 karena wilayah yang digunakan untuk melakukan kegiatan lebih ii luas bila dibandingkan RT lainnya. Abrasi berat paling luas terdapat di RT 3, karena intensitas kegiatan tinggi terutama di bagiar pinggir pantai tempat para wisatawan melakukan aktivitas rekreasi dan foto. Gili trawangan terdiri dari ruang terbuka hijau dan permukiman, maka kemampuan resap air hujan dibagi menjadi 2, yaitu 10-30% untuk tutupan lahan permukiman, dan 80-100% untuk tutupan lahan hutan, tegalan, semak, dan lapangan. Kemampuan resap air hujan rendah menyebabkan adanya genangan di beberapa lokasi terutama pada guna lahan permukiman dan perdagangan jasa. Ketika musim hujan genangan dapat ditemui pada kawasan yang memiliki kepadatan tinggi yaitu RT 3, RT 4, dan RT 5. Jumlah penduduk Gili Trawangan tahun 2016 sebanyak 1544 jiwa, karena setiap tahunnya penduduk Gili Trawangan mengalami peningkatan. Gili Trawangan dibagi menjadi 5 RT terpisah oleh batas fisik, wilayah RT yang terluas dan memiliki paling banyak penduduk adalah RT 1. Penduduk paling sedikit di RT 5 atau di bagian selatan Pulau Gili Trawangan. Guna lahan permukiman mendominasi di sebelah timur karena di sana terdapat pelabuhan sebagai pintu masuk ke dan dari Gili trawangan. Permukiman yang dimaksud tidak hanya permukiman warga, namun juga hotel, wisma, dan tempat menginap pengunjung yang bermalam di sana. Kegiatan paling ramai ditemui dalah di bagian timur Gili Trawangan karena pelabuhan sebagai jalan masuk ke Gili Trawangan terdapat di bagian timur pulau. Hal ini menyebabkan hotel dan restaurant menjamur di bagian timur dan menarik banyak wisatawan. Banyaknya pembangunan hotel dan restaurant ini dapat menjadi masalah bagi kondisi pantai, karena kegiatan wisatawan dapat menyebabkan abrasi. Seperti terlihat pada bagian barat Gili Trawangan, terjadi abrasi cukup berat di lokasi wisatawan berfoto karena daya tarik lokasi yang terdapat ayunan mengundang banyak wisatawan mendatanginya. Kandungan pH perairan Gili Trawangan sebesar 7,8 dan untuk salinitas berkisar antara 32% hingga 34%. Sedangkan untuk oksigen terlarut di perairan Gili Trawangan diketahui sebanyak 3,7 mg/l hingga 3,9 mg/l, untuk kandungan amoniak bebas terdapat sebesar 0,11. Kandungan fosfat hanya sebesar 0,03 mg/l sedangkan kandungan nitrat mencapai 0,4 mg/l. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan lahan di Gili Trawangan terbagi tiga, yaitu kemampuan lahan II, kemampuan lahan VI dan kemampuan lahan VII dengan faktor penghambat abrasi, jenis tanah dan kelerengan. Hasil perhitungan daya dukung permukiman (Tabel 4.17) menunjukkan daya dukung permukiman Gili Trawangan kurang dari 1 berarti daya dukung permukiman rendah dan mulai tidak mampu menampung penduduk di wilayah tersebut. Hal ini dapat diakibatkan oleh luas permukiman yang sempit, namun memiliki jumlah penduduk yang semakin banyak. Daya dukung permukiman paling rendah adalah RT 3. RT 3 memiliki jumlah penduduk paling banyak dibandingkan dengan RT lainnya yaitu sebanyak 562 jiwa selain itu memiliki kegiatan permukiman perhotelan besar. Daya dukung lindung di Gili Trawangan berkisar dari 0,1 hingga 0,3 yang berarti bahwa nilai daya dukung lindung di Gili Trawangan mulai perlu dilakukan pemeliharaan atau pemantauan. Daya dukung lindung paling rendah adalah RT 3 disebabkan karena kondisi penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk permukiman dan perdagangan jasa dibanding dengan penggunaan lahan lindung. Berdasarkan kesesuaian kawasan kegiatan selam memiliki nilai 61,1% , kegiatan rekreasi pantai memiliki nilai 72,6%, dan kegiatan snorkeling memiliki nilai 61,4%. Daya dukung kawasan pesisir Gili Trawangan dapat dilihat bahwa daya dukung kawasan selam di Gili Trawangan dapat menampung 43 orang, daya dukung kegiatan snorkeling yang terdapat di wilayah pesisir pantai Gili Trawangan, diketahui sebanyak 11 orang, dan kegiatan rekreasi pantai diketahui memiliki nilai 268 orang. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa daya dukung kawasan pesisir Gili Trawangan telah melampaui daya dukung yang dapat ditanggung untuk masing-masing kegiatan.
English Abstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FT/2018/13/051800494 |
Subjects: | 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.08 Land survey |
Divisions: | Fakultas Hukum > Ilmu Hukum |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 26 Mar 2018 02:53 |
Last Modified: | 23 Sep 2020 08:31 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/8937 |
Actions (login required)
View Item |