Pelestarian Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

Kurniati, Alifah Laily (2018) Pelestarian Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Stasiun Tanjung Priok dibangun pada tahun 1914 dengan tujuan untuk menunjang fungsi dari kolam pelabuhan Tanjung Priok II karena pada saat itu wilayah Tanjung Priok sendiri masih berupa hutan dan rawa sehingga dibutuhkan mobilisasi yang aman bagi wisatawan Eropa dan barang niaga menuju Batavia Centrum (Jakarta Kota). Bangunan stasiun ditetapkan sebagai benda cagar budaya pada Peraturan Daerah No.9 Tahun 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Cagar Budaya. Namun di tahun setelahnya, stasiun Tanjung Priok justru mengalami penurunan kualitas fisik bangunan karena tidak digunakan lagi sebagai stasiun penumpang yang menyebabkan berkurangnya pemasukan dana dari tiket penumpang. Hingga pada pada November-Desember 2008, PT Kereta Api Indonesia memutuskan untuk merenovasi dan membuka kembali stasiun Tanjung Priok sebagai stasiun penumpang, dilanjutkan dengan proyek rehabilitasi fasilitas rel serta pembangunan perangkat sinyal elektrik. Lalu pada tanggal 28 Maret 2009, stasiun Tanjung Priok kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Karena bangunan sempat mengalami sejarah kondisi yang terabaikan, maka dilakukannya studi penelitian mengenai pelestarian dari stasiun Tanjung Priok, guna mengetahui karakter arsitektural yang terdapat pada bangunan dan menentukan strategi pelestarian fisik yang dapat dilakukan. Penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan metode yang digunakan berupa metode deskriptif analisis, metode evaluatif, dan metode development. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi elemen yang terdapat pada bangunan stasiun Tanjung Priok. Kemudian metode evaluatif berupa penilaian makna kultural yang dilakukan pada elemen bangunan yang telah dianalisis, dan dikelompokkan dalam kelas potensial tinggi, potensial sedang, dan potensial rendah berdasarkan nilai yang dihasilkan. Lalu metode development berupa menentukan strategi arahan pelestarian fisik pada masing-masing elemen berdasarkan kelas potensial yang ditentukan dari total nilai yang didapat pada penilaian makna kultural dengan kategori teknik pelestarian preservasi dan konservasi untuk potensial tinggi, teknik konservasi dan rehabilitasi untuk potensial sedang, serta teknik rehabilitasi dan rekonstruksi untuk potensial rendah. Karakter spasial dibentuk dari bidang ruang pada bangunan. Pada stasiun Tanjung Priok karakter spasial yang menonjol berupa horizontalitas bangunan yang kuat dari sisi depan maupun sisi samping. Pada karakter visual, hal mendominasi pada bangunan adalah gaya arsitektur art deco yang sangat menonjol pada elemen fasade yang terbentuk dari geometri garis lurus dan zigzag, serta pengolahan bidang dasar persegi panjang, menjadikan bangunan sebagai citra kawasan di lingkungannya. Kemudian karakter struktural bangunan menggunakan material beton dan baja, pada upper dan mid structure yang keseluruhannya merupakan elemen asli dengan dimensi yang sangat besar sehingga menjadi hal yang langka pada zamannya. Dari ketiga variabel tersebut dilakukan penilaian makna kultural yang menghasilkan pembagian kategori potensial berdasarkan nilai yang didapat, lalu diberikannya strategi pelestarian fisik dengan menggunakan teknik pelestarian yang ditentukan.

English Abstract

Tanjung Priok station was built in 1914 with the aim to support the function of the Tanjung Priok Harbor pond II because at that time the area of Tanjung Priok on its own is still forested and swampy so the required mobilization that is safe for European travelers and commercial goods heading for Batavia Centrum (Jakarta Kota). The station building was designated as an object of cultural heritage at applicable local No. 9 Year 1999 About the preservation and utilization of the environment and cultural heritage. But in the years after, Tanjung Priok station experienced a decrease in physical quality of the building because it is not used again as a passenger station, which led to reduced income funds from passenger tickets. Until in November-December 2008, PT Kereta Api Indonesia decided to renovate and reopen Tanjung Priok station as a passenger station, proceed with rail facilities rehabilitation project and the construction of signal devices electrically. Then on March 28, 2009, station Tanjung Priok back enabled and promulgated by the 6th President of the Republic of Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Because the building had suffered a history of neglected condition, then he does research studies regarding the preservation of the station of Tanjung Priok, to know the architectural character of the building and determine the strategy of preservation physical harm can be done. Approximate approach to research methods used in the form of a descriptive analysis method, method of evaluative, and methods development. Method descriptive analysis is used to analyze and identify the elements contained on the Tanjung Priok station building. Evaluative method then in the form of cultural significance assessment performed on the elements of a building that has been analyzed, and classified in a class of high potential, potential, and low potential based on the resulting value. Then the method development in the form of specifying the physical preservation of the referral strategies at each of the elements based on the class of potential determined from the total values obtained in the assessment of cultural meanings with preservation and preservation techniques category high potential for conservation, conservation and rehabilitation techniques for potential medium, as well as rehabilitation and reconstruction techniques for low potential. The spatial character of the field of space in the building. On the spatial character of the Tanjung Priok station that stands out in the form of a strong building horizontalitas from the front or the side. On the character of the visual, it dominates on the building is an art deco style of architecture which was very prominent on the façade of the elements that is formed from the geometry of the straight line and zigzag, as well as the processing of a basic rectangular fields, making the building as imagery in the area of the environment. Then the structural character of the building material concrete and steel, on the upper and mid structure is entirely original element with very large dimensions so it becomes rare in his day. Of the three variables is done the assessment of cultural meanings that result in a division of the potential categories based on the value that is obtained, then it gives the physical preservation strategy using the specified preservation techniques.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2018/12/051800493
Uncontrolled Keywords: Pelestarian, Bangunan masa Hindia Belanda, Stasiun Kereta Api Tanjung Priok
Subjects: 700 The Arts > 720 Architecture > 720.9 History, geographic treatment, biography
Divisions: Fakultas Teknik > Arsitektur
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 26 Mar 2018 02:34
Last Modified: 16 Oct 2021 02:46
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/8935
[thumbnail of BAGIAN DEPAN.pdf]
Preview
Text
BAGIAN DEPAN.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB I.pdf]
Preview
Text
BAB I.pdf

Download (143kB) | Preview
[thumbnail of BAB II.pdf]
Preview
Text
BAB II.pdf

Download (156kB) | Preview
[thumbnail of BAB III.pdf]
Preview
Text
BAB III.pdf

Download (251kB) | Preview
[thumbnail of BAB IV.pdf]
Preview
Text
BAB IV.pdf

Download (14MB) | Preview
[thumbnail of Bab V.pdf]
Preview
Text
Bab V.pdf

Download (11kB) | Preview
[thumbnail of DAFTAR PUSTAKA.pdf]
Preview
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (11kB) | Preview
[thumbnail of 8. LAMPIRAN.pdf]
Preview
Text
8. LAMPIRAN.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item