Pengaruh Penambahan Pollard Dan Bekatul Dalam Pembuatan Silase Rumput Odot (Pennisetum purpureum, Cv. Mott) Terhadap Kecernaan Dan Produksi Gas Secara In Vitro

Fajri, Alifia Imtinatul (2017) Pengaruh Penambahan Pollard Dan Bekatul Dalam Pembuatan Silase Rumput Odot (Pennisetum purpureum, Cv. Mott) Terhadap Kecernaan Dan Produksi Gas Secara In Vitro. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Hijauan dalam pakan ternak ruminansia meru-pakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan usaha peternakan. Hijauan akan mempe-ngaruhi produktivitas ternak, sehingga diharapkan dapat diberikan secara berkelanjutan, namun ketersediaannya sangat bergantung terhadap musim. Di daerah tropis se-perti halnya di Indonesia, produksi hijauan pada musim penghujan akan melimpah baik secara kuantitas maupun kualitas serta akan mengalami penurunan produksi pada saat musim kemarau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menge-valuasi pengaruh penambahan pollard dan bekatul dalam pembuatan silase rumput odot (Pennisetum purpureum,cv. Mott) terhadap produksi gas dan kecernaan secara in vitro serta menentukan perlakuan terbaik yang menghasilkan kecernaan dan produksi gas tertinggi pada silase rumput odot. Materi penelitian adalah rumput odot, pollard dan bekatul sebagai bahan aditif dan cairan rumen yang diambil dari sapi berfistula rumen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan in vitro dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali pengelompokkan berdasarkan pengambilan cairan rumen. Adapun perlakuan tersebut adalah P1= rumput odot tanpa pollard dan bekatul, P2= rumput odot + pollard 20%, P3= rumput odot + bekatul 20%, P4= rumput odot + pollard 10% + bekatul 10%. Variabel yang diamati yaitu kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO), produksi gas inkubasi 96 jam, parameter produksi gas, degradasi bahan kering (DBK) dan degradasi bahan organik (DBO) secara in vitro. Pembuatan silase dilakukan sesuai dengan perlakuan dan disimpan selama 21 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian, apabila terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap KcBK dan KcBO secara in vitro dengan kecenderungan KcBK tertinggi pada P1 yakni 62,34% disusul oleh P2 (57,79%), P3 (57,73%) dan P0 (55,31%). Nilai KcBO tertinggi cenderung dihasilkan oleh P1 sebesar 68,18% disusul oleh P2 (65,54%), P3 (64,20%) dan P0 (60,09%). Pengamatan produksi gas memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada inkubasi 96 jam. Terjadi peningkatan produksi gas pada inkubasi 2 jam sampai 96 jam pada semua perlakuan. Parameter produksi gas yang diamati meliputi nilai b dan c menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) pada perlakuan. Nilai b berkisar antara 59,56-76,11 ml/200 mg BK. Nilai b merupakan fraksi tidak larut yang memiliki potensi untuk difermentasi dan berkaitan dengan komponen serat yang meliputi hemiselulosa, selulosa dan lignin. Nilai c merupakan laju produksi gas dan dalam penelitian ini berkisar antara 0,0079-0,0111 ml/jam. Nilai DBK dan DBO memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada perlakuan. Nilai DBK dan DBO pada P1, P2 dan P3 lebih tinggi daripada P0. Hal ini diduga karena tingginya kandungan Water Soluble Carbohydrate (WSC) dalam perlakuan akibat penambahan bahan aditif berupa pollard, bekatul dan kombinasi keduanya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan bahan aditif dalam silase rumput odot dapat meningkatkan kualitas silase serta perlakuan terbaik dihasilkan dengan penambahan pollard 20% (P1) ditinjau dari kecernaan tertinggi dan ditunjang dengan produksi gas dan degradasi yang tergolong tinggi. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai komponen serat terkait kandungan SK silase, nilai kecernaan serta produksi gas yang dihasilkan serta uji in vivo sehingga dapat diketahui pengaruh pemberian terhadap ternak ruminansia secara langsung.

English Abstract

The purpose of this research was to evaluate pollard and rice bran in dwarf elephant grass silage (Pennisetum purpureum, cv. Mott) processing on in vitro digestibilty and gas production. The materials were dwarf elephant grass, pollard and rice bran as additives. The research was arranged in randomized block design with 4 treatments and 3 replication based on rumen liquid collection. The treatments were: dwarf elephant grass without additive (T0), dwarf elephant grass + 20% pollard (T1), dwarf elephant grass + 20% rice bran (T2), dwarf elephant grass + 10% pollard + 10% rice bran (T3). Collected data were analyzed by analysis of variance and continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Variables measured were in vitro dry matter digestibility (DMD) and organic matter digestibility (OMD), cumulative gas production (GP) and degradability from GP residue. The result showed that the treatments didn’t significantly effect (P>0.05) on DMD and OMD but highly significant effect (P<0.01) on cumulative GP and degradability. It could be concluded that dwarf elephant grass + 20% pollard (T1) was the best treatment based on DMD (62.34%), OMD (68.18%) and supported by highly number of cumulative GP and degradability. Thus it was suggested to do further research on fiber composition and in vivo assay.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2017/448/051712477
Uncontrolled Keywords: dwarf elephant grass silage, pollard, rice bran, digestibility, gas production.
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.2 Cattle and related animals > 636.208 5 Cattle and related animals (Feeds and applied nutrition)
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 29 Jan 2018 07:03
Last Modified: 07 Sep 2020 04:09
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/8549
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item