Wulandari, Wiwik Tri (2017) Analisis Efisiensi Teknis Dan Tingkat Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Studi Kasus Di Desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Manfaat cabai yang dibutuhkan masyarakat setiap saat, menjadikan cabai sebagai komoditas unggulan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi pemasaran baik untuk domestik atau internasional. Kebutuhan setiap saat masyarakat terhadap cabai merah segar, mengakibatkan tingginya permintaan cabai merah di pasaran. Mulai dari retail tradisional, retail modern, warung pinggir jalan, restoran kecil, usaha katering, hotel berbintang, perusahaan saus, hingga perusahaan mi instan, sehari-harinya membutuhkan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit dalam bentuk segar maupun kering. Selain itu juga untuk bentuk kering, pasta maupun bubuk ditujukan untuk pasar ekspor (Dermawan, 2010). Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap cabai merah berfluktuasi dari tahun ke tahunnya. Konsumsi cabai merah pada tahun 2012 sebesar 1,639 kg/kapita/tahun dan 1,424 kg/kapita/tahun pada tahun 2013. Produksi yang tidak mencukupi mengakibatkan Indonesia melakukan impor, pada tahun 2012 tercatat Indonesia melakukan Impor cabai merah segar sebesar 3,22 ribu ton dan cabai olahan sebesar 23,61 ribu ton. Volume impor cabai merah segar dan cabai olahan lebih tinggi dibadingkan dengan volume ekspornya, dimana volume ekspor cabai merah segar sebesar 578 ton dan cabai olahan sebesar 9,44 ribu ton pada tahun 2012. Terjadinya impor cabai merah disebabkan harga cabai impor jauh lebih murah dibandingkan dengan cabai lokal. Harga cabai merah impor sebesar Rp 25.000,00/kg, sementara harga cabai merah lokal sebesar Rp 40.000,00/kg. (PUSDATIN,2012). Produksi cabai Indonesia sangat fluktuatif namun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang menyebabkan konsumsi cabai yang terus meningkat pula. Berdasarkan BPS tahun 2013 produksi cabai di Indonesia mengalami penurunan menjadi sebesar 1,33 juta ton, dimana pada tahun 2009 sebesar 1,37 juta ton. Produksi cabai terus meningkat setelah mengalami penurunan pada tahun 2010, dimana pada tahun 2011 produksi sebesar 1,48 juta ton, tahun 2012 sebesar 1,66 juta ton, dan 1,73 juta ton pada tahun 2013. Sedangkan produksi cabai merah nasional pada tahun 2013 mencapai 1,012 juta ton dimana terjadi kenaikan produksi sebesar 7,28% dibandingkan tahun 2012 yang produksi cabai merah sebesar 0,954 juta ton. Indonesia memiliki daerah-daerah penghasil cabai merah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, dan Sumatra Utara. Jawa Timur merupakan provinsi pernghasil cabai merah terbesar di Indonesia, dimana Jawa Timur menyumbang produksi cabai merah sebesar 101,7 ribu ton pada tahun 2013. Daerah-daerah penghasil cabai merah diantaranya kabupaten Malang, Tuban, Kediri dan Banyuwangi. Penyumbang produksi cabai merah Jawa Timur dalam jumlah besar adalah Kabupaten Malang sebesar 21,75 ribu ton, Kabupaten Tuban sebesar 19,95 ribu ton, Kabupaten Kediri sebesar 12,77 ribu ton, dan Kabupaten Banyuwangi sebesar 8,08 ribu ton (BPS Jatim, 2013). Desa Bocek merupakan salah satu sentra produksi cabai merah yang ada di Kabupaten Malang. Daerah tersebut sangat berpotensi untuk dilakukan budidaya cabai merah, namun tingginya serangan hama penyakit, semakin menyempitnya lahan pertanian, iklim dan cuaca yang tidak menentu mengakibatkan produksi cabai merah tidak maksimal. Petani cabai merah di Desa Bocek masih perlu mengkombinasikan penggunaan faktor produksi secara efisien untuk menghasilkan cabai merah yang optimal dan mampu mencapai target produksi potensialnya. Kurangnya pengetahuan petani dalam penggunaan input produksi secara optimal mengakibatkan petani masih berlebihan dalam penggunaan input pupuk dan pestisida kimia dan kurang maksimal penggunaan input bibit. Penggunaan input produksi yang kurang optimal mengakibatkan produksi yang dihasilkan kurang maksimal dan juga berdampak pada kurang maksimalnya tingkat pendapatan yang diperoleh. Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani cabai merah di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. 2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. 3. Menganalisis pengaruh faktor sosial (usia, pendidikan, dan pengalaman) terhadap tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah di Desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani cabai merah sebesar Rp 73.039.241,- per hektar. Rata-rata pendapatan tersebut diperoleh dari rata-rata penerimaan sebesar Rp 141.414.163,- per hektar dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp68.374.922,- per hektar. Dari hasil rata-rata tingkat pendapatan tersebut disimpulkan bahwa rata-rata produksi usahatani cabai merah di daerah penelitian masih rendah, namun usahatani tersebut menguntungkan dan dapat ditingkatkan sehingga layak untuk diteruskan. Keuntungan yang diperoleh petani dapat ditingkatkan seiring dengan peningkatan produksi cabai merah melalui pengalokasian dan pengkombinasian penggunaan faktor produksi secara tepat. Efisiensi teknis yang dicapai petani responden di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang merupakan hasil analisis Cobb Douglas Stocastic Frontier. Petani dikatakan efisien apabila berada diantara nol dan satu. Dari hasil analisi dapat diketahui bahwa tingkat efisiensi teknis produksi cabai merah, petani responden yang terbanyak mencapai tingkat efisiensi teknis tinggi yaitu antara 0,8449 – 0,9996, sebesar 65% dengan jumlah petani responden sebanyak 22 orang. Sedangkan responden pada tingkat efisiensi sedang 0,6902 - 0,8448 sebesar 29% atau sebanyak 11 petani, dan pada tingkat efisiensi rendah hanya terdapat 2 orang petani. Pengaruh faktor sosial ekonomi (usia, pendidikan, dan pengalaman petani) terhadap tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang di analisis menggunakan analisis regresi linier sederhana. Dilihat pada hasil analisis diketahui faktor sosial pendidikan yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi teknis dengan nilai signifikan sebesar 0,0001, sementara nilai t huting sebesar 4,368 dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai t table sebesar 2,8453 atau terima H1. Sedangkan faktor sosial usia dan pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi teknis.
English Abstract
The benefits of chili are needed by the community at any time,that make chili as a superior commodity which is has high economic value and has a marketing potential for both domestic and international. Everyday needs by the community against fresh red chili, has create high demand for red chili on the market. Starting from traditional retail, modern retail, roadside stall, small restaurant, catering business, star hotel, sauce company, to instant noodle companies, everyday need some amount of chili in fresh or dried. Beside that, the dry form, pasta or powder is intended for export markets (Dermawan, 2010). Indonesian consumption of red chili fluctuates from year to year. The consumption of red chili in 2012 is 1,639 kg / capita / year and 1,424 kg / capita / year in 2013.Insufficient production. Indonesia imports, in 2012 Indonesia recorded a fresh red chili imports of 3.22 thousand tons and processed chili by 23.61 thousand tons. The volume of imported fresh chilli and processed chilli is higher compared to the export volume, where the export volume of fresh chili is 578 tons and processed chilies is 9.44 thousand tons in 2012. The occurrence of imports of red chilli is due to the price of imported chilli is much cheaper than the local chili. The price of imported red chili is Rp 25.000,00 / kg, while the local red chili price is Rp 40.000,00 / kg. (PUSDATIN, 2012). Production of chili Indonesia is very fluctuating but tends to increase along with the increasing population growth which causes the consumption of chilli that continues to increase as well. Based on BPS in 2013, chili production in Indonesia decreased to 1.33 million tons, which in 2009 was 1.37 million tons. Chili production continued to increase after a decline in 2010, where in 2011 the production of 1.48 million tons, 1.66 million tons in 2012 and 1.73 million tons in 2013. While the national chili production in 2013 Reached 1.012 million tons where there was an increase in production of 7.28% compared to the year 2012 which red chili production of 0.954 million tons. Indonesia has red chili producing areas such as West Java, Central Java, East Java and North Sumatra. East Java is the largest province of chili in Indonesia, where East Java contributes 101,7 thousand tons of red chili in 2013. Red chilli producing areas include Malang, Tuban, Kediri and Banyuwangi districts. The biggest contributor of East Java chili production is Malang Regency with 21.75 thousand tons, Tuban Regency is 19.95 thousand tons, Kediri Regency is 12.77 thousand tons and Regency of Banyuwangi is 8.08 thousand tons (BPS Jatim, 2013). Bocek Village is one of the red chili production centers in Malang Regency. The area is very potential to be conducted red pepper cultivation, but the high pest of disease, the increasingly narrow agricultural land, climate and unpredictable weather resulting in red pepper production is not optimal.Red chili farmers in Bocek Village still need to combine efficient use of production factors to produce optimal red peppers and achieve their potential production targets. Lack of knowledge of farmers in the use of input production optimally. Use of seed input. The use of production input is less than optimal maximum and maximum production. The purpose of this study include: 1. Analyzing the income level of red chili farming in Bocek Village, Karangploso District, Malang Regency. 2. Analyzing the technical efficiency level of red chili farming in Bocek Village, Karangploso District, Malang Regency. 3. Analyzing the influence of social factors (age, education, and farmer's experience)on the level of technical efficiency of red chili farming in Bocek Village, Karangploso Subdistrict, Malang Regency. The average income received by the red chili farmers amounted to Rp 73.039.241,- per hectare. The average income is derived from the average revenue of Rp 141,414,163,- per hectare and average expenditure of Rp 68.374.922,- per hectare. From the average result, it is concluded that the average production of red chili farming in the research area is still low, but the farming is profitable and can be improved so it is feasible to continue. Profits obtained by farmers can be increased along with the increase of red chili production through the allocation and combining the use of production factors appropriately. The technical efficiency achieved by respondent farmers in Bocek Village, Karangploso Subdistrict, Malang Regency is the result of analysis of Cobb Douglas Stocastic Frontier. Farmers are said to be efficient when they are between zero and one. From the analysis results can be seen that the technical efficiency level of red chilli production, most respondents farmers achieve high technical efficiency level that is between 0.8486 - 0.9996, 62% with the number of respondents as many as 21 people. While the respondents at the level of moderate efficiency 0.6975 - 0.8485 of 32% or as many as 11 farmers, and at a low efficiency level there are only 2 farmers or 6%. The influence of socioeconomic factor (age, education, and farmer's experience) on the level of technical efficiency of red chili farming in Bocek Village, Karangploso Subdistrict, Malang Regency was analyzed using simple linear regression analysis. Seen in the analysis result, it is known that social education factor significantly Technical efficiency with a significant value of 0.0001, while the value of t huting of 4.368 where the value is greater than the value of t table of 2.8453 or accept H1. While the social factors of age and experience have no significant effect on the level of technical efficiency.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2017/681/051710896 |
Uncontrolled Keywords: | Efisiensi Teknis, Pendapatan, Stochastic Frontier |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.17 Products > 338.173 84 Products (Hot spices) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Yusuf Dwi N. |
Date Deposited: | 13 Dec 2017 03:00 |
Last Modified: | 28 Sep 2020 07:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/6935 |
Actions (login required)
View Item |