Analisis Pengendalian Kualitas Pada Defect Produk Kemasan Jamu Anak Helios Dengan Metode Six Sigma (Studi Kasus di PT. Gujati 59 Utama, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)

Rini, Luh Putu Puspa (2017) Analisis Pengendalian Kualitas Pada Defect Produk Kemasan Jamu Anak Helios Dengan Metode Six Sigma (Studi Kasus di PT. Gujati 59 Utama, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Persaingan bisnis yang semakin ketat di Indonesia, menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi bisnisnya dalam sehari-hari. PT. Gujati 59 Utama menciptakan jamu anak helios sebagai upaya untuk menghadapi persaingan antar industri jamu di Jawa Tengah. Dalam perkembangannya, jamu anak helios menjadi jamu yang diminati oleh masyarakat khususnya bagi anak-anak. Jamu anak helios diminati oleh anak-anak karena selain manfaatnya yang dapat dijadikan sebagai penambah nafsu makan bagi anak-anak dan memiliki varian rasa yang ditawarkan juga cukup beragam. Melalui jamu anak helios, perusahaan berupaya untuk menarik minat konsumen dan mengenalkan budaya minum jamu di tingkat anak-anak. PT. Gujati 59 utama dalam melakukan proses produksi produk jamu anak helios setiap hari kenyataanya masih sering kali ditemukan ketidaksesuaian antara produk yang dihasilkan dengan yang diharapkan, dimana kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar perusahaan (mengalami kerusakan atau cacat). Standar kualitas kemasan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu tidak adanya kerusakan (bocor atau cacat). Apabila standar kualitas produk pada kemasan tidak sesuai dengan standar perusahaan, bagian Quality Control langsung menindaklanjuti yaitu dibakar. Kemasan produk jamu anak yang mengalami kerusakan (cacat) tidak dapat diproses ulang (rework), dikarenakan proses produksi pada pengemasan tersebut terkadang mengalami kesalahan prosedur oleh tenaga kerja dan terdapat kerusakan pada salah satu komponen mesin pengepressan (sealing). Hal ini secara tidak langsung merugikan perusahaan dalam segi keuangan, waktu, dan hasil produksi, sehingga proses produksi pada pengemasan produk jamu anak helios memerlukannya pengendalian kualitas untuk meminimalisir kerusakan (cacat) yang terjadi terus-menerus. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1). Mengindentifikasi titik kritis dari kerusakan (defect) proses produksi pada pengemasan jamu anak helios, 2). Menganalisis nilai kemungkinan kerusakan dari proses produksi pada pengemasan jamu anak helios, 3). Menganalisis faktor-faktor penyebab terjadi kerusakan (defect) pada titik kritis proses produksi pengemasan jamu anak helios, dan 4). Memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan kepada perusahaan sebagai upaya untuk mengurangi jumlah kerusakan (defect) yang terjadi pada proses produksi pengemasan jamu anak helios. Menurut Sukardi (2011), perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir kecacatan produk. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan kualitas serta mengatasi kerusakan proses produksi pada pengemasan produk yaitu metode Six Sigma (Pande, 2002). Six Sigma merupakan perbaikan secara terus-menerus untuk mengurangi cacat dengan cara meminimalisir yang terjadi pada proses produksi (Dewi, 2012). i iv Metode yang digunakan dalam Six Sigma adalah DMAIC (define, measure, analyze, improve, control) (Vanany, 2007). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Gujati 59 Utama mengenai pengendalian kualitas pada defect produk kemasan jamu anak helios dengan metode six sigma, dilihat dari total persentase kerusakan (cacat) diketahui bahwa nilai total persentase kerusakan lebih besar dari standar perusahaan yaitu sebesar 3,34% dengan selisih 1,44% dari standar perusahaan sebesar 2%. Hasil nilai kemungkinan kerusakan dari proses produksi pada pengemasan jamu anak helios yaitu sebesar 3,32 (Berdasarkan konsep Motorola terlihat pada lampiran 2) dengan nilai DPMO 34,300 yang artinya keberhasilan perusahaan dalam pencapaian target kualitas berada diatas rata-rata industri di Indonesia. Hasil nilai sigma juga menunjukkan bahwa perusahaan dalam keberhasilan pencapaian target kualitas (berdasarkan tabel konversi level sigma terhadap DPMO pada lampiran 1) yaitu masih rendah apabila dibandingkan nilai rata-rata industri USA dan rata-rata industri kelas dunia dikarenakan dari sejuta kesempatan yang ada terdapat 34,300 kemungkinan proses produksi yang tidak mampu memenuhi target perencanaan produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga, diperlukannya perbaikan secara berlanjut untuk mencapai kapabilitas proses tertinggi (Gaspersz, 2005). Faktor-faktor yang menjadi penyebab kerusakan (defect) pada titik kritis proses produksi pengemasan jamu anak helios terdiri dari faktor manusia dan faktor mesin. Faktor-faktor penyebab terjadi kerusakan pertama yaitu faktor manusia. Faktor manusia dikarenakan adanya kurang kompetensi dari tenaga kerja operator, kurangnya pengawasan dari tenaga kerja operator dan teknisi, penanganan yang lambat oleh tenaga kerja bagian teknisi, dan sedikitnya jumlah tenaga kerja teknisi. Sedangkan faktor mesin menjadi penyebab kerusakan kedua dikarenakan adanya jumlah mesin yang sedikit dengan kapasitas dan jam kerja yang tinggi dan kurangnya perawatan mesin. Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan kepada perusahaan sebagai upaya untuk meminimalisir jumlah kerusakan (defect) yang terjadi pada proses produksi pengemasan jamu anak helios dengan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Hasil analisis FMEA terdapat tiga prioritas permasalahan yang terbesar, diketahui bahwa nilai rpn urutan dari yang terbesar adalah kurangnya pengawasan dari tenaga kerja operator dan teknisi dengan nilai rpn sebesar 245. Kemudian, pada peringkat kedua adalah penanganan yang lambat oleh tenaga kerja bagian teknisi dengan nilai rpn sebesar 196. Pada peringkat ketiga adalah sedikitnya jumlah tenaga kerja teknisi dengan nilai rpn sebesar 196. Sehingga, dilihat dari permasalahan 3 prioritas yang didahulukan diperbaiki dengan disarankan agar menambah tenaga kerja operator dan teknisi.

English Abstract

Business competition is getting tighter in Indonesia, demanding the company to reorganize its business strategy in everyday. PT. Gujati 59 Utama creating jamu anak helios as an attempt to deal with competition among the herbal medicine industry in Central Java. In the development of jamu anak helios a herbal medicine become a herbal medicine that is in demand by the community especially for children. Jamu anak helios demand by children because in addition to the benefits that can be used as an appetite for children and has a variant of flavors offered are also quite diverse. Through jamu anak helios, the company strives to attract customers and introduce herbal drink culture at the level of children. PT. Gujati 59 Utama in the production process herbal medicine products helios every day the reality is still often found discrepancies between the product produced with the expected, where the quality of the product is not in accordance with company standard (damaged or defective). If the quality standards of products on the packaging does not comply with company standards, the quality control section immediately follow up is burned. Production process on packaging of child herbal products damaged (defective) can not be reprocessed (rework), because the process of production on the packaging is damaged there is one component of the machine on sealing. This indirectly disadvantages the company in terms of finances, time, and production so that the production process on the packaging of herbal products of children require quality control to minimize the damage (defects) that occur continuously. The objectives to be achieved in this research are as follows: 1). Identify the critical point of damage (defect) production process on helios herbal medicine packaging, 2). Analyzing the value of possible damage from the production process on helios herbal medicine packaging, 3). Analyzing the factors that cause damage (defect) at the critical point of production process of helios herbal medicine packaging, and 4). Provide recommendations for improvements that can be provided to the company as attempt to reduce the amount of damage (defect) that occurred. According to Sukardi (2011), quality improvement to the production process must be done continuously in order to minimize product defect. One of the methods that can be used to control the quality as well as to overcome the damage of the production process to the packaging of the product that is Six Sigma method (Pande, 2002). Six sigma is continuous improvement to reduce defects by minimizing the production process (Dewi, 2012). The methods used in Six Sigma are DMAIC (define, measure, analyze, improve, control) (Vanany, 2007). Based on the results of research that has been done in PT. Gujati 59 Utama about quality control on defect product packaging herbal medicine helios with six sigma method, seen from the total percentage of damage (defect) it is known that the total percentage of damage is greater than the company standard of 3.34% with the difference of 1.44% from the company standard of 2%. The result of iii vi possible damage from the production process on helios herbal medicine packaging is 3.32 (based on the Motorola concept seen the attachment 2) with the value of DPMO (Defect Per Million Opportunities) of 34,300. The resulting sigma value is known that PT. Gujati 59 Utama are in the average standard of the company in general in Indonesia. Sigma value obtained by the company in the success of achieving quality target (based on sigma level conversion table against DPMO seen the attachment 1) which is still low when compared to the average industry value of USA and the average world-class industry. So that, need improvement to achieve capability. Factors that cause damage (defect) at the critical point of production process of helios herbal medicine packaging consists of human factors and machine factors. The factors that cause the first damage is the human factor. The human factor is due there is less competence of the operator's workforce, there is less supervision of the operator's workforce and technicians, slow handling by the technician's workforce, and at least amount technician workforce. While, engine factor becomes the second cause of damage due to the number of machines which is slightly with capacity and high working hours and lack of machine maintenance. Recommendations for improvement that can be given to the company as an attempt to minimize the amount of damage (defect) which occurs in the production process of helios herbal medicine packaging with Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). The result of FMEA analysis has three biggest problem priorities, it is known that the rpn value of sequence from the largest is existence less supervision of the operator's workforce and technicians with a rpn value of 245. Then, in the second rank is slow handling by the technician's workforce with a rpn value of 196. The third rank is at least the number of technicians with a rpn value of 196. While, seen from the priority 3 issues prioritized to be improved with the suggested to increase the workforce of operators and technicians.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2017/479/051710666
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.13 Financial aspects
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Yusuf Dwi N.
Date Deposited: 30 Nov 2017 06:56
Last Modified: 13 Dec 2020 08:02
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/6298
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item