Penampilan Produksi Peranakan Kambing Boer Berdasarkan Tipe Kelahiran Dan Sumber Pejantan

Aji, Agung Rizki Pratama (2017) Penampilan Produksi Peranakan Kambing Boer Berdasarkan Tipe Kelahiran Dan Sumber Pejantan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penampilan produksi Bobot Lahir dan Bobot Sapih Peranakan Kambing Boer berdasarkan tipe kelahiran dan sumber pejantan. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Burja Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 17 Mei - 02 juni 2016. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing milik CV. Burja di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu yang terdiri dari 10 ekor pejantan Boer murni, 317 kambing betina lokal, 457 kambing Peranakan Boer F1( 227 jantan dan 230 betina). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan karyawan CV. Kambing Burja dan pengamatan langsung dilapang. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan atau recording yang berkaitan dari parameter yang diamati yang sudah resmi disimpan oleh CV. Burja Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang akan digunakan telah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yaitu, anak kambing peranakan Boer hasil persilangan pejantan Boer dengan kambing betina lokal. Variable yang dianalisis adalah bobot lahir dan bobot sapih. Data dianalisa dengan ANOVA (Analysis of Varians) Rancangan Acak Lengkap Pola Satu Arah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot lahir tipe kelahiran tunggal memiliki rata-rata bobot lahir jantan dan betina masing-masing sebesar 2,99±0,50 dan 3,05±0,40 kg. Hasil analisis uji t terhadap bobot lahir anak jantan dan betina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Berdasarkan analisis ragam antara bobot lahir jantan dan betina tipe kelahiran tunggal berdasarkan pejantan kambing Boer yang berbeda pada genetik F1 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan bobot lahir jantan tipe kelahiran tunggal tertinggi adalah anak dari pejantan GD sebesar 3,31±0,70 kg. Sedangkan bobot lahir betina tertinggi sebesar 3,28±0,44 kg diperoleh dari pejantan AD. Berdasarkan hasil pengamatan bobot lahir tipe kelahiran kembar diketahui bahwa hasil hasil rata-rata bobot lahir jantan dan betina masing- masing sebesar 2,72±0,32 dan 2,57±0,32 kg. Hasil analisis uji t terhadap bobot lahir jantan dan betina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perberbedaan yang nyata (P<0,05) antara bobot lahir jantan dan betina tipe kelahiran kembar pada pejantan kambing Boer yang berbeda. Rataan bobot lahir jantan tipe kelahiran kembar tertinggi adalah anak dari pejantan TR sebesar 2,89±0,42 kg. Sedangkan bobot lahir betina tertinggi sebesar 2,75±0,26 kg diperoleh dari pejantan DA. Hasil pengamatan menunjukkan bobot sapih tipe kelahiran tunggal memiliki rata-rata bobot sapih jantan dan betina masing- masing sebesar 13,08±3,44 dan 12,11±2,82 kg. Hasil analisis uji t terhadap bobot sapih anak jantan dan betina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) antara bobot sapih jantan dan betina tipe kelahiran tunggal pada pejantan kambing Boer yang berbeda. Rataan bobot sapih jantan tipe kelahiran tunggal tertinggi adalah anak dari pejantan RK sebesar 14,72 ± 3,83 kg. Sedangkan bobot sapih betina tertinggi sebesar 13,44 ± 2,74 kg diperoleh dari pejantan CC. Berdasarkan hasil pengamatan bobot sapih anak tipe kelahiran kembar diketahui bahwa hasil rata-rata bobot sapih anak jantan dan betina masing- masing sebesar 10,77±2,56 dan 10,17±2,24 kg. Hasil analisis uji t terhadap bobot sapih jantan dan betina menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) antara bobot sapih anak jantan maupun betina tipe kelahiran kembar pada pejantan kambing Boer yang berbeda. Rataan bobot sapih jantan tipe kelahiran kembar tertinggi adalah anak dari pejantan CH sebesar 12,75 ± 3,74 kg. Sedangkan bobot sapih betina tertinggi sebesar 11,79 ± 3,15 kg diperoleh dari pejantan TR. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bobot lahir dan bobot sapih pada tipe kelahiran tunggal jenis kelamin anak jantan dan betina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Sedangkan bobot lahir dan bobot sapih pada tipe kelahiran kembar jenis kelamin jantan lebih besar dari pada betina. Pejantan kambing Boer berpengaruh signifikan terhadap bobot lahir jantan dan betina tipe kelahiran kembar, tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bobot lahir tipe kelahiran tunggal, bobot sapih tipe kelahiran tunggal dan bobot sapih tipe kelahiran kembar. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk penelitian berikutnya dilakukan Analisis tentang performans peranakan kambing Boer berdasarkan genetik F1 dan F2 pada Paritas yang berbeda agar dapat digunakan sebagai dasar seleksi sehingga kemajuan genetik dapat tercapai.

English Abstract

The purpose of this research was to know the production performance of filial Boer goat based on birth type and source of sire, includes birth weight (BW) and weaning weight (WW) on singgle birth and twin. The material used in this research were 457 filial boer (227 males and 230 females) resulted from 10 boer sires and 317 local goat dam. The method used in this research was survey. Data were analysed using analysis of variance (ANOVA) Completely Randomized Design One Way Lay out. BW of singgle birth was 2.99±0.5 kg for male and 3.05±0.40 kg for female. BW of twin was 2.72±0.32 kg for male and 2.57±0.32 kg for female. While WW of singgle was 13.08±3.44 kg for male and 12.11±2.82 kg female and WW twin birth was 10.77±2.56 kg for male and 10.17±2.24 kg female. The highest BW of single birth for male (3.31±0.70 kg) and female (3.28±0.44 kg) were resulted by sire GD and sire AD, resvectively. The highest BW of twin birth (2.89±0.42 kg) for male was resulted by sire TR, while the the highest BW of twin birth (2.75±0.26 kg) was resulted by sire DA and The highest male WW of singgle birth (14.72 ± 3.83 kg) was resulted by sire RK, while the highest female WW of singgle birth (13.44 ± 2.74 kg) was resulted by sire CC. The highest male WW of twin birth (12.75 ± 3.74 kg) was resulted by sire CH, while the the highest female WW of twin birth (11.79 ± 3.15 kg) was resulted by sire TR.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2017/346/051709942
Uncontrolled Keywords: Genetik Potential, Birth Weight , Weaning Weight
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.3 Sheep and goats > 636.39 Goats > 636.390 82 Goats (Breeding) > 636.390 821 Goats (Genetics)
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 13 Nov 2017 07:23
Last Modified: 19 Sep 2020 09:49
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/5364
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item